KAMELA

بواسطة fitrimeydha13

81 13 4

Seperti sepertiga garis kata, langkahnya berat medekati garis hidupnya yang pada kenyataannya ia sudah melang... المزيد

KULMINASI I
Part I - Langit
Part III - Dulu
Part IV - Dunia Baru untu Kamuflase

Part II - Ruang

8 2 1
بواسطة fitrimeydha13


Kemarin adalah hari yang indah hilang dengan kepergian orang tuanya. Gadis kecil menangis. Ia berlari pada malam yang tenang. Dia jalan melalui lorong-lorong gelap. Dia melepas lelah di bawah pohon yang tawarkan keheningan, duduk di bangku penuh daun berguguran. Dia telah mengerti arti kehilangan, karena kemarin adalah hari yang indah hilang dengan kepergian ibu dan ayahnya.



Hari-hari yang aku jalani semakin membuatku terpukul, apa sebenarnya salah mereka? Pertanyaan itu menjadi do'a menjelang tidur dan momok di tiap hariku. Selama ini aku selalu mengalami mimpi- mimpi buruk. Dan menjadi hantu di tiap malamku, aku semakin tidak mengerti dengan diri ini. Kenapa mimpi-mimpi itu selalu datang di hari-hariku yang semakin suram ini. Sudah satu minggu ini aku masih penasaran dengan kematian orang tuaku, dan apa yang aku lakukan sama sekali diluar akal sehatku, tiap kali aku mempertanyakan hal ini sama Om ku, dia hanya menunjukan sikap yang sama sekali tidak mempedulikan aku, apa karena aku masih kecil? Iya benar aku masih 8 tahun sekarang, memiliki tubuh kecil dan tidak bisa marah ataupun mengurus ini itu tidak bisa dilakukan sendiri. Dia sama sekali tidak pernah menghargai ocehan dan luapan hatiku betapa sakitnya aku, setelah apa yang aku alami. Beberapa hari ini aku merasa bahwa tak ada tindak lanjut dari pihak yang berwajib? kenapa kasus ini masih belum terungkap juga sampai aku dewasa pun kasus ini masih belum bisa ditangani. Apa mungkin mereka menginginkan uang untuk dapat melanjutkan penyelesaian ini. Ternyata beginilah hukum di Negaraku Indonesia, apabila ada uang mereka jalan. Sungguh hal yang sangat tidak masuk akal, kenapa uang sangat berkuasa di Negaraku, sementara keadilan di sini sangat bergantung dengan uang. Tuhan mengapa mereka hidup bergantung pada uang, aku masih kecil dan aku rasa aku tidak sanggup mengungkapkan peristiwa ini sendirian ??

Tangisanku hanya dianggapnya tangisan anak kecil yang minta ini itu, tangisan rengekan seorang anak yang sangat merindukan dan sangat sendih tidak ada yang merasakan itu.

Mungkin bisa dikatakan aku mengalami gangguan depresi yang sangat berat, jika bayang-bayang itu muncul disela hari-hariku entah kenapa nafas dan irama detak jantungku tak beaturan, dan keringat dingin membasahi kepala dan seluruh badanku. Aku sangat berbeda dengan aku yang dahulu, tawaku yang aku muncul setiap waktu kini sama sekali tak ada dalam rona mukaku, begitu pula dengan hatiku yang sama sekali tidak pernah mau untuk tersenyum untuk diriku dan orang lain. Yang ada dalam hati saat ini, cuman mereka yang bisa buat aku tertawa dan tersenyum riang seperti dahulu. Kehidupanku hanya berada di ruangan yang sangat pengap ini.

Aku mulai merasakan hal aneh dalam diriku. Seolah aku tidak lagi mengenali siapa aku, beberapa hari belakangan ini aku merasa ada didalam diriku untuk melakukan hal yang sangat menolak nalarku. Aku semakin takut dengan diriku sendiri. Siapa lagi yang akan menjalani kehidupan seperti ini jika bukan diriku sendiri.

Malam itu, ketika hari kedua setelah kepergian ayah dan ibu, didalam kamar kecil rumah Om ku. Tepat dihadapanku sebuah buku dan pencil ditangan kananku. Aku membuat sebuah lingkaran terus melingkar melingkar dan melingkar, hingga buku itu berlubang tembus kebelakang. Aku tidak tahu dengan psikomotor dalam diriku. Rasa-rasanya ketika aku tersadar aku tidak pernah melakukan hal itu. Seperti di alam bawah sadarku.

Om ku memberikan aku kamar dengan ukuran yang sangat kecil, ruangan ini berada tepat dibawah anak tangga. Bahkan bisa disebut ruangan ini lebih pantas untuk bianatang piaraan. Di kamar ini bisa terdengar keras suara kaki yang menuruni anak tangga. Dan ventilasi udara yang sangat kecil dan juga ukuran yang sangat sempit. Yang hanya terisi tempat tidur dengan ukuran mini dan meja belajar yang hanya berhias vas bunga mawar plasticmodel. Cahaya sangat sedikit sekali masuk didalam ruangan ini, sehingga membuat ruangan ini menjadi lembab dan pengap, sementara tiap malam harus berselimut rapat karena begitu banyak nyamuk yang berterbangan baik di siang hari maupun malam hari. Makanan yang tiap kali aku santap adalah sisa dari masakan yang hampir busuk. Apabila aku tidak memakannya maka dia akan memaksaku agar makanan itu masuk kedalam mulutku. Dengan terpaksa aku menelan, karena aku takut dengan tamparan yang selalu Om ku berikan kepadaku.

Tak lama setelah aku mendengar suara Om yang menuruni anak tangga. Ternyata dia memberikan aku sisa makanan yang kemarin dan berlendir. Sebuah sup tulang iga yang sudah tak layak aku makan. Dengan menahan rasa jijik dan ingin muntah, aku berusaha memasukkan makanan ini ke lambung dan usus 12 jariku. Setelah 15 menit aku memakan makanan itu, tiba-tiba perutku rasanya diperas dengan kuat. Aku terserang diare dan aku terpaksa tidak masuk sekolah gara-gara diare. Tapi apa yang Om ku lakukan terhadapku, dia memberikan aku obat dan setelah itu menyuruhku membersikan lantai yang kotor karena cap sepatunya. Aku berusaha sekuat tenaga mengerjakan ini semua, tanpa ada kata-kata yang aku keluarkan sedikitpun dari mulutku. Tapi kenapa pandanganku menjadi gelap dan nafasku seakan berhenti dan mencekikku dileher. Tak lama setelah itu, aku melihat ruangan yang sepertinya aku kenal dengan ruangan ini. Ternyata kamarku, aku berbaring diatas tempat tidur dan melihat tante yang menemaniku yang terbaring lemah.

"apa kau sudah merasa baikan?"

Wow....ternyata masih ada orang yang mau berbicara denganku dengan ramah.

"ya...cuman sedikit sakit perut sama kepala!"

"ini tante buatkan bubur untukmu...ayo dimakan dulu?!"

Aku dengan lahap memakan makanan itu, karena selama ini aku hanya memakan makanan basi dan sudah tidak layak untuk dimakan.

"maafkan tante kamela....tante tidak bisa berbuat apa-apa. Tante tidak berdaya dengan sikap Ommu yang selalu keras dalam hidup. Maaf Kamela...."

Aku hanya terdiam dan sama sekali tidak ingin mengeluarkan komentar apapun. Karena menurutku percuma juga aku berbicara, karena aku tidak bisa memperbaiki hubungan keduanya. Apalagi Om ku yang sangat kejam dan sadis memperlakukan aku. Aku menghabiskan bubur ini dengan waktu yang singkat. Langkah tanteku pergi meninggalkanku sendirian dikamar ini. Aku merasakan hal yang beda dari sikap tanteku tadi.

"aku merasa dia sangat menderita dalam hidupnya"

Keesokan harinya aku bergegas pergi ke sekolah karena sudah dua hari ini aku tidak masuk karena sakit. Tapi ketika aku keluar, aku melihat tante bella menangis di sofa, aku sama sekali tak berani mendekatinya karena aku takut Om ku tahu bahwa aku ikut campur dalam rumah tangga mereka. Aku keluar dengan langkah yang ragu, ragu akan meninggalkan tante bella apa tidak? Karena aku merasa kasihan dengannya. Ketika aku berada di depan pintu rumah, aku mendengar suara Om ku yang sangat lantang memarahi Tante Bella, aku mengintip mereka dari luar jendela teras rumah. Di sana aku melihat tante bella yang dipukul dan diinjak kepalanya, tanpa sadar air mata ini menetes. Ya...tuhan kenapa Om ku sangat kejam terhadap istrinya? Apa salah dia sehingga dia dianiaya seperti itu. Aku melihat wajah Tante Bella berdarah. Aku harus pergi sebelum Om ku melihat aku yang telah memergoki dia menganiaya istrinya sendiri. Aku lari dan cepet-cepat keluar dari rumah ini. Disekolah aku memikirkan hal ini sampai bel pulang sekolah berbunyi, aku harus cepat pergi meninggalkan orang yang sama sekali tidak memiliki hati nurani. Tapi bagaimana dengan Tante Bella? Apakah aku harus meninggalkan dia sendirian di sana? Tidak, tidak...aku tidak boleh egois. Aku harus tetap menemani dia walaupun apa yang terjadi. Aku telah sampai di depan rumah, aku terdiam sejenak, kalau aku pergi dari sini, aku harus tinggal dimana? Saudaraku hanya tinggal dia. Aku menghela nafas panjang dan kembali membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Tapi, langkahku terhenti ketika aku berada tepat didepan kamar Tante bella. Aku ingin tahu bagaimana keadaannya. Kebetulan pintu terbuka sedikit, sehingga aku dapat melihatnya, apakah disana sudah tidak ada Om ku lagi? Ternyata Tante Bella duduk dilantai dan bersandar ditempat tidur. Dia terdiam tak berdaya dengan bengkak dipipi kirinya karena pukulan yang sangat keras menghantam wajah cantiknya. Aku tak kuasa, apa yang harus aku lakukan? Tanpa berfikir panjang aku masuk kedalam kamar dan menghampirinya.

"Tante...."

Dia menatapku dengan pandangan yang kosong.

"apa tante baik-baik saja?" aku mendekat dan memegang tangannya yang terasa dingin dan memandangi wajahnya yang sangat pucat. Dia menangis dan memeluk aku. Aku sama sekali tidak berdaya waktu itu, tubuhnya yang besar sementara aku yang sangat kecil memeluk dia dengan erat.

"cepat kau keluar dari sini, sebelum Ommu datang." Dia mendorongku dan meyuruhku segera pergi dari sini.

aku keluar dengan sesekali aku melihat kearahnya yang sama sekali aku tidak tega meninggalkan dia sendirian disini.

Kembali, mendengarkan teriakan tanteku yang menjerit kesakitan. Lagi-lagi aku tidak bisa apa-apa. Aku hanya resah dan ingin menghentikan pertengkaran mereka. Tak lama setelah itu suara itu hilang. Dan buatku bertambah curiga, apa yang terjadi diluar sana?

Ternyata kehidupan orang lain sama sekali berbeda dengan kehidupan yang ayah berikan padaku. Kembali aku teringat akan ayah dan ibuku. Aku masih belum puas melihat kedua orang yang sangat aku cintai. Seandainya aku menemukan siapa pembunuh ayah dan ibuku, mungkin aku akan melakukan hal yang sama kepada mereka, bahkan lebih dari itu. Aku akan memotong tubuhnya dan akan aku buang ke laut sebagai makanan ikan. Sungguh emosi dan amarah yang tidak bisa aku control. Kini aku sebatang kara, baik di sekolah maupun di rumah. Tak ada seorangpun yang tahu isi hati ini dan tak ada satu orangpun yang mau berteman denganku.

Entah apa yang sebenarnya yang terjadi dengan kehidupan rumah tangga tante dan Omku, aku sama sekali tidak ingin ikut campur dalam masalah ini.

Pernah suatu malam aku menemukan dia sedang asyik dalam kamar dengan wanita lain yang bukan tante Bella. Aku yang waktu ingin mengambil minum, terhenti karena ada suara wanita lain yang bukan suara tante Bella. Dan aku melihat mereka bermesraan kemudian aku lari kedalam kamar. Aku takut Omku melihatku. Tetapi aku masih ingat betul kejadian waktu itu. Dan dari situ aku bisa menilai seperti apa sebenarnya dia, masalah apa yang tiap hari mereka perdebatkan.

Keesokan harinya ketika aku baru pulang dari sekolah. Aku melihat rumah dalam keadaan sepi, "kenapa tidak ada seorang sama sekali di rumah ini pada kemana tante bella? Apa mungkin gara-gara kejadian tadi malam? Apa mungkin mereka bertengkar hebat tadi malam yang sampai mengganggu tidurku?" apa yang terjadi pada keluarga ini?

Sesampainya aku dikamar, mulutku dibungkam oleh omku sendiri, dia menjatuhkan aku diatas tempat tidur. Dan dia berusa melepas seragam sekolahku, dan dia mencoba untuk memperkosaku. Aku berusaha untuk melepaskan dekapan omku, aku berusaha mencapai dan mengambil vas bunga yang berada disamping tempat tidurku, kemudian aku hantamkan vas itu tepat dikepala. Sungguh sasaran yang tepat!!

Dan darahpun mulai membasahi seluruh seragam sekolahku yang masih belum sempat terbuka semuanya. Dan bajingan itu pun meneteskan darah yang mengucur deras dan membasahi seluruh wajahnya. Kejadian ini membuatku semakin tidak yakin akan adanya masa depan yang sangat indah, ayah apa yang harus aku lakukan. Darah, darah dan darah!!! Aku semakin tidak kuat menjalani kehidupanku yang sekarang!! Aku harus pergi dengan ayah dan ibuku. Keadaan ini semakin membuat aku gila! Dan melakukan apapun diluar akal sehat. Bagaimana mungkin seorang saudara dari ayahku berani-beraninya mau melakukan hal yang memalukan dengan keponakannya sendiri. Itupun dia masih kecil. Sekalipun aku masih kecil setidaknya aku masih memiliki akal sehat. Ini benar-benar membuatku marah dengan jalan cerita ini, setelah tidak adanya ayah dan ibuku disampingku.

Aku lari menuju kamarku dan menguncinya rapat-rapat. Aku menangis dengan membungkam mulutku sendiri. Agar tidak terdengar diluar. Aku duduk dilantai dingin itu, masih mengenakan seragam sekolah meraputih yang penuh darah. Aku duduk rapat memeluk lututku. Aku harus meminta tolong kepada siapa? Tidak ada. Aku menangis sejadi-jadinya menangis, tanpa suara. Takut setakut takutnya, dan gila segila-gilanya. Aku menganggap semua yang ada dihadapanku adalah palsu. Didepan ku, om ku sendiri berani melakukan ini. Dengan kejahatan yang ia lakukan kepadaku, tiba muncul sisi diriku yang lain, agar bisa membuatnya mati dengan tubuh yang tercabik-cabik. Memutilasi tubuhnya dengan tanganku sendiri.

Beberapa hari sebelum kejadian, tiap kali aku mendengar pertengkaran antara Om dan Tanteku, aku hanya bisa mendengarkan dia di balik dinding kamar karena teriakan keduanya sama-sama keras dan tidak mau mengalah satu sama yang lain. Sungguh suasana yang buatku bertambah ingin pergi dari rumah ini secepatnya. Hal yang seperti ini sering sekali terjadi, rasanya tidak ada ketenangan dan kedamaian di dalam rumah ini. Sungguh-sungguh membosankan. Atmosfer rumah ini sungguh sangat berbeda dengan rumahku. Disini penuh dengan kejahatan, tidak ada kasih sayang dan cinta. Semua merasakan kesakitan. Dan kali ini aku sangat mendambakan dan merindukuan kembali bagaimana dikasihi dan disayangi. Dia tiap kali membuatku takut.

Aku menyempatkan diri untuk mengambil pisau dapur untuk berjaga-jaga apabila omku berani menyentuhku sekali lagi. Dan setelah kejadian itu, kamar ku didobrak oleh omku sendiri. Aku kembali mencari pisau yang aku simpan ditempat aman. Dengan tangan gemetar aku memegang pisau itu, sampai pintu kamar pun terbuka, tapi aku mendapatinya dengan tubuh yang lunglai dan kepala masih penuh dengan darah. Dia tergeletak begitu saja dihadapanku. Jarak satu langkah saja antara pintu dan tempat tidur. Aku tepat ada didepannya diatas ranjangku. Aku duduk memeluk erat lututku, dan menatap omku dari atas. Dengan tangan yang masih memegang pesau dapur. Seolah sisi diriku yang lain berkata agar membunuhnya sekarang juga. Manusia yang tak berdaya sudah ada dihadapanku. Akan tetapi aku masih bisa menahannya. Aku pun tertidur dengan posisi yang masih sama.

Keesokan paginya, aku sama sekali tidak lagi menemui tanteku ada dirumah ini. Itu artinya aku tinggal di rumah ini hanya berdua, aku semakin takut dengan sikap omku yang terlalu berlebihan memperhatikan aku, dan sangat beda dengan sikapnya yang dulu. Aku menuju ruang tengah untuk melihat apa masih ada jejak yang ditinggalkan oleh tanteku, akan tetapi omku terbangun dari pingsannya sepanjang malam itu.

"Kamela...maafkan kelakuan om yang kemarin ya...om sama sekali tidak sadar? Gara-gara tante kamu meninggalkan rumah ini, om jadi kesepian." Dia merabah tubuhku dan membuat aku risih dengan ini semua.

Aku semakin takut, takut apa yang aku bayangkan akan terjadi. Aku langsung lari, masuk ke dalam kamar dan mengunci kamar itu rapat-rapat, aku selalu memegang pisau yang tadi masih diatas ranjangku. Aku tidur dengan pisau dibawah bantalku.

Dan ketika malam telah larut, aku menemukan suara yang sangat keras mendobrak kamarku. Aku terbangun dari tidurku, aku sangat ketakutan dengan kejadian ini. Pisau ditangan kananku sudahku buka dari lipatannya, dan aku memeluk bantal yang berada disampingku, yang aku rasakan waktu itu adalah paranoid yang sangat hebat! Aku tahu kalau itu adalah Omku. Aku tidak akan membiarkan dia masuk ke dalam kamarku.

"kalau kau berani masuk, aku tak segan-segan akan membunuhmu!" parkataanku dalam hati. Tak lama setelah itu suara dobrakan pintupun hilang, aku menghela nafas panjang. Syukurlah aku tidak jadi membunuhnya!!

Dan hari-hari yang aku lalui terus seperti itu. Malam-malam ku tidak bisa tenang karena suara dobrakan pintu yang sangat keras dan suara dari pemabuk sialan itu. Seperti biasa, pisau ini yang selalu menemani malam-malam ku. Aku berusaha menyelamatkan diriku dari kelakuan bejat omku sendiri. Jauh didalam pikiranku agar bisa pergi dari sini secepatnya, tapi aku harus kemana?

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

453K 26.8K 31
Story Kedua Neo Ka🐰 Duda Series Pertama By: Neo Ka Gayatri Mandanu itu ingin hidup simpel, tidak ingin terlalu dikekang oleh siapapun bahkan kadang...
1.2M 56.2K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
68.6K 6.1K 27
Juwita pernah menaruh hati pada Jeremy, namun terpaksa ia pendam karena sahabatnya Serena memiliki perasaan yang sama dan berbalas. Bertahun-tahun ia...
321K 811 4
bocil diharap menjauh