My Annoying Bae || Bae Jinyou...

Door baehwinoona

31.3K 3.6K 331

Bae Jinyoung x Lee Daehwi DeepHwi Lee Daehwi, 18 tahun, berstatus sebagai siswa tahun terakhir di SHS 101, ne... Meer

Awal Mula
First
Second
Third
Fourth
sixth
seventh
eighth
ninth
tenth
eleventh
twelfth
thirteenth
fourteenth
fifteenth
sixteenth
seventeenth
eighteenth
UP

Fifth

1.3K 184 6
Door baehwinoona

“Apa yang terjadi dengan keningmu?”

Jinyoung mendongak. Ia menatap telunjuk tangan Woojin yang mengarah pada keningnya.

“Itu bekas luka ‘kan?” tanya Woojin lagi.

Jinyoung mengangguk, lalu dengan cuek kembali fokus merapikan meja kerjanya. Ia sempat memeriksa bekas luka yang dimaksud Woojin. Jinyoung sengaja melepas perekat luka yang diberikan Daehwi semalam. Agar tidak menimbulkan berbagai spekulasi di kalangan para karyawan rumah sakit.

Sebenarnya Jinyoung sudah mempersiapkan jawaban kalau ada yang bertanya seperti Woojin barusan. Meski tahu itu jawaban konyol, Jinyoung ingin menjawab—Habis terkena amukan induk singa.

“Kenapa senyum?”

Jinyoung melotot. Ia lupa jika masih ada Woojin di ruangannya.

“Hanya ingin saja.” Jinyoung kembali memasang ekspresi datar. “Tidak boleh?”

Dasar muka tembok.

Woojin mendengus dalam hati. Diam-diam ia mengamati kegiatan Jinyoung yang masih sibuk menata beberapa map yang nyaris berserakan di atas meja. Tiba-tiba sebuah topik pembicaraan muncul dalam otaknya. Woojin mengeluarkan ponselnya, lalu memeriksa pesan yang dikirim oleh Ibu Jinyoung padanya satu jam yang lalu.

“Jadi namanya Lee Daehwi?”

Sesuai dugaan, gerakan tangan Jinyoung terhenti begitu mendengar nama yang keluar dari bibir Woojin. Woojin menyeringai puas melihat reaksi Jinyoung. Dalam hati ia berterima kasih pada sang Bibinya itu yang telah berbagi informasi ini padanya.

“Ya ampun, kau bahkan sudah mengajaknya tinggal di rumahmu,” Woojin bedecak-decak dengan kedua tangan terlipat di depan dada. “Kau ini memang pintar menyembunyikan rahasia, ya?”

“Ck, apa saja yang sudah diceritakan Eommaku padamu?”

Woojin terkekeh, “Semuanya. Tapi aku tak keberatan mendengarnya lagi darimu.”

“Untuk apa?” Jinyoung melirik sinis. “Itu membuang waktuku. Kau tanyakan saja pada Eommaku itu.”

“Tidak mau. Aku ingin mendengarnya darimu.”

Jinyoung mendesah, lalu menjatuhkan tubuhnya di atas sofa kecil di dekat meja kerjanya. Ia memijit pelipisnya sejenak, sebelum mulai bercerita pada Woojin tentang Daehwi.

“Baiklah. Kau sudah tahu namanya.” Jinyoung bersedekap dan lagi-lagi memasang wajah datar. “Untuk sementara waktu ia akan tinggal di rumahku karena masa sewa apartemennya sudah berakhir.”

“Sudah berapa lama kau menjalin hubungan dengannya?”

“Satu bulan”

“Satu bulan?” Woojin membelalak. “Wow. Jadi hubungan kalian masih terbilang baru, ya?”

Jinyoung mengangguk. Dalam hati Jinyoung ingin melihat ekspresi  Woojin. Maafkan aku Woojin Hyung. Aku terpaksa bohong.

“Kau kenal Daehwi dimana?”

“Woojin Hyung,” Jinyoung menatap Woojin dengan serius. “Jika kau ingin bertanya lebih lengkap, lebih baik tunggu sampai aku memperkenalkan Daehwi pada keluarga besar. Aku tidak mau mengulang cerita sebanyak dua kali. Itu sungguh membuang waktu dan tenagaku.”

Ya ampun, pelit sekali.

Woojin tersenyum tipis dan memilih mengalah. Lagi pula, ia ingat sekarang sudah waktunya jam pulang karena shift jaganya sudah selesai.

“Baiklah. Aku akan mendengarkannya saat pertemuan keluarga nanti. Kau harus memperkenalkan kekasihmu di hadapan kami.”

Jinyoung mengangguk, lalu berdiri untuk kembali membereskan meja kerjanya. Sesekali ia melirik ke arah Woojin yang baru saja berpamitan dengannya dan berjalan menuju pintu. Setelah sepupunya itu keluar dari ruangannya, Jinyoung menghela napas lega. Ia berhasil menghindari topik pembicaraan mengenai Daehwi lebih lanjut.

Bukannya Jinyoung tak mau, tapi ia belum siap. Bagaimanapun cerita mengenai status mereka sebagai pasangan kekasih harus dibicarakan bersama Daehwi, untuk menutupi kebohongan di baliknya.

.

Daehwi duduk di bangku taman belakang rumah Jinyoung. Ia tersenyum. Taman itu terlihat lebih indah saat di malam hari, dengan dihiasi cahaya lampu di berbagai titik yang tersebar di area taman. Sejak melihat keindahan taman di rumah Jinyoung, Daehwi sudah memutuskan akan menjadikan taman ini sebagai tempat favoritnya.

Daehwi menengadah, menatap langit yang hanya dihiasi sedikit bintang. Pikirannya kembali menerawang. Ia mengingat lagi tujuannya saat ini. Namun lebih dari itu. Rentetan kejadian yang ia alami setelah aksi kaburnya dari rumah, sampai akhirnya bertemu dengan Jinyoung dan tinggal di rumah lelaki itu, sudah mengacaukan tujuan awalnya. Belum lagi permintaan Jinyoung agar dirinya mau berperan sebagai kekasihnya.

Daehwi merenung. Ia mengingat-ingat bagaimana orang-orang di rumah Jinyoung. Mereka baik, apalagi Bibi Song. Daehwi merasa sangat nyaman saat bersama perempuan setengah baya itu. Sifatnya yang penyayang dan lemah lembut, juga perhatian, mengingatkan Daehwi pada sosok Ibunya. Lalu ada sosok Ibu Jinyoung yang bertemu dengannya hari ini. Meski awalnya ia memang canggung saat berinteraksi dengan Ibu Jinyoung, namun lama-lama melunak juga, terlebih ketika sedang membicarakan Jinyoung Ibunya jadi begitu semangat.

“Apa yang sedang kau lakukan di sini?”

Suara khas itu membuyarkan lamunan Daehwi. Daehwi menengok ke samping dan mendapati Jinyoung sudah berjalan mendekatinya. Wajah Jinyoung terlihat lelah, sementara jasnya sudah terlepas dan berada dalam genggaman tangannya.

“Oh, Hyung baru pulang?” tanya Daehwi begitu Jinyoung duduk di sebelahnya.

Iya, Hyung. Pada akhirnya ia harus harus membiasakan dirinya memanggil Jinyoung dengan sebutan ‘Hyung’ mulai hari ini, setelah pertemuannya dengan Ibu Jinyoung yang tiba-tiba tadi. Siapa tahukan keluarga-keluarga Jinyoung yang lainnya datang tiba-tiba seperti yang di lakukan Ibu Jinyoung tadi―meskipun itu sebenarnya tidak sengaja―lalu mempergokinya memanggil Jinyoung dengan tidak sopannya, bisa di cap buruk ia nanti. Tapi ia tak berjanji jika tiba-tiba ia kelepasan memanggil lelaki itu tanpa embel-embel ‘Hyung’. Hei, ia juga butuh pembiasaan untuk hal itu.

Jinyoung mengangguk, lalu menatap Daehwi lekat-lekat. “Apa yang sedang kau pikirkan?”

“Tidak ada,” Daehwi menggeleng sambil tersenyum samar. “Aku hanya sedang mengingat Eommamu.”

Jinyoung tersenyum simpul. Ia kembali menemukan sisi lain dari Daehwi. Dengan raut wajah yang lebih tenang seperti sekarang, Daehwi tampak lebih dewasa.

Jinyoung merebahkan punggungnya dengan helaan nafas yang kuat, “Daehwi-ya, tiga bulan—aku pikir tiga bulan akan cukup. Karena mungkin Eomma akan mengawasiku.”

“Maksudmu tiga bulan?” Daehwi mengerutkan alisnya, “YA! Berpura-pura selama tiga bulan? Tidak mau! Kau pikir kau siapa menyuruhku begitu—“

“Hei,” Jinyoung menatap Daehwi kaku, “Aku akan memberikan apapun yang kau mau. Apapun,” ia menaikkan nadanya.

“Kenapa kau memaksa sekarang? Kau pikir aku akan semudah itu untuk menurutimu?”

“YA!” Jinyoung geram, “Itu tidak akan sulit! Kau hanya perlu berpura-pura di depan Eomma, berkata iya di setiap permintaan Eomma! Toh, Eomma juga tinggal jauh dari sini. Jadi kau tidak selalu bertemu dengannya!” ucapnya dengan wajah yang memerah.

“KAU—kalau kau meminta bantuan pada seseorang, bukan begini caranya!”

“Dengar, aku akan memberikan apapun padamu. Apapun! Apa itu kurang untukmu? Lagipula kau sedang menumpang di rumahku, anggap saja sebagai imbalan karena aku sudah menolongmu. Hanya tiga bulan—“

“Kenapa kau sekarang jadi perhitungan begitu? Bukan kemauanku juga kan tinggal di rumahmu? Aku―sudahlah, aku akan mempertimbangkannya.” Ucap Daehwi final.

Senyuman di wajah Jinyoung merekah begitu saja mendengar penuturan Daehwi barusan.

“Baiklah, aku mengerti. Sebaiknya kita masuk,” Jinyoung berdiri sambil melirik Daehwi. "Sepertinya makan malam sudah siap."

Daehwi tidak berkata lagi dan memilih mengikuti Jinyoung yang berjalan di depannya. Diam-diam Daehwi mengamati sosok laki-laki itu.

Kesan awal, Jinyoung sosok yang menyebalkan karena seenaknya menciptakan situasi yang rumit tanpa meminta persetujuannya lebih dulu. Lagi-lagi hari ini ia harus beradu mulut dengan lelaki itu. Sigh.

.

Jabatan sebagai CEO di rumah sakit mendiang sang Ayah—yang kini telah diwariskan padanya, membuat Jinyoung harus rela membagi waktunya di rumah untuk menyelesaikan pekerjaan yang ia bawa dari rumah sakit. Begitu sampai di rumah, Jinyoung langsung masuk ke ruang kerja. Berkutat dengan beberapa berkas pekerjaan serta email yang masuk maupun memeriksa data daftar pasien yang ditanganinya.

Menyadari gelasnya sudah kosong, Jinyoung keluar sejenak dari ruang kerjanya. Bermaksud mengisi ulang gelas itu dengan air putih. Jinyoung berjalan menuju dapur yang membuatnya melewati ruang tengah, di mana Daehwi masih asyik menonton televisi. Jinyoung melirik jam yang terpasang di sudut ruangan. Jam setengah sepuluh malam.

“Kau belum tidur?”

“Oh,” Daehwi menoleh. “Sebentar lagi. Kebetulan ada variety show favoritku yang sedang tayang.”

Jinyoung menatap Daehwi dengan ekspresi heran. Ia bisa melihat mata Daehwi berair, namun senyuman lebar terus terpatri di wajah Daehwi. Pandangan Jinyoung beralih pada layar televisi. Mungkin variety show yang sedang ditonton Daehwi ber-genre komedi.

“Kau suka menonton acara variety show?”

“Eum.”

“Baiklah. Selama kau tinggal di sini, kau bisa memuaskan hobimu itu,” Jinyoung bersiap kembali ke ruang kerjanya. “Tapi jangan tidur terlalu larut. Aku yakin kau tidak akan cocok jika terbangun dengan mata panda.”

Daehwi berdecak pelan, “Hyung juga. Jangan memforsir dirimu untuk bekerja keras. Beristirahatlah.”

Jinyoung tertegun. Kalimat yang lolos dari bibir Daehwi sebenarnya sederhana, tapi bagi Jinyoung itu sangat bermakna.

Beginikah rasanya saat ada seseorang yang memberikan perhatiannya padamu? Selain keluarga maupun teman.

“Daehwi-ya?”

“Hm?”

“Terima kasih.”

Daehwi menautkan kedua alisnya, “Untuk?”

“Perhatianmu atas kondisi kesehatanku,” jawab Jinyoung lalu masuk ke dalam ruang kerjanya. Daehwi hanya terdiam, namun pandangannya masih tertuju pada pintu ruang kerja Jinyoung yang sudah tertutup.

“Apa tadi dia sedang tersenyum padaku?” gumam Daehwi dengan kerutan pola pikir di dahinya.

Tbc...

.
.
.
Huaahhh double update!! Gimana??  Apakah cerita ini cukup memuaskan??  Aku sebenarnya sangat tidak pede untuk mempublish cerita ini huhu
Oh iya, chapter ini dan sebelumnya awalnya mau aku update 2 hari yg lalu. Tapi moodku tiba2 hancur denger kabar daehwi yg katanya lagi lagi di bully karena postingan nya di fancafe :(( apa salah anakku??!!! 😭😭 oke maafkan aku yang agak lebay ini yeorobun 🙏
Yang punya kritik dan saran bisa komen yya^^

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

66.8K 12.2K 20
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
859K 38.1K 97
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
91.4K 6.9K 47
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
649K 31.2K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...