Always Lin [Lai Guanlin]

By hilxlin

46.6K 3.6K 93

"Na, hatiku...sudah kamu bawa jauh bertahun-tahun lamanya. Dan sekarang, kamu minta aku buat menjauh dan melu... More

1: Tukang ngintip
2 : Ditebengin
3 : Nasgor
4 : Pujasera
5 : dejavu
6 : what is love?
7 : my answer is you
8 : jealous
9 : instagram?
10 : remidi?
11 : sick?hug?
12 : slap
13 : kesel,capekkk
14 : wedang ronde
15 : ternyata sahabat?
16 : jihoon sialan!
18 : cie ngebelain dia:')
19 : berantem??
20 : Lin, jangan pergi...
21 : jauh darimu..
22 : jatuh hati denganmu
23 : kamu percaya kan???
24 : sepan
25 : gimana apanya?
26 : Makrab
27 : kekunci!!
28 : asli ganteng
29 : Guanlinnnnn😈
30 : mistakes
31 : get sick
32 : dijengukin para cogan
33 : baikan
34 : surprised
35 : es kepal
36 : seriously,im sorry
37 : graduation
39 : nyeri lagi
38 : hangout
41 : Sena?
42 : shocked
43 : nothing a reason
44 : let you go
45 : hai Sena
46 : gagal?
side story- the bad night
47 : selamat ulang tahun
epilog

40 : what a fact?

617 57 0
By hilxlin

Nana sekarang sudah disibukkan dengan kuliahnya. Begitu juga Renjun, yang selalu menemani Nana kuliah.
Guanlin? Juga lebih sibuk dari dirinya.

Nana sudah menjadi mahasiswi dan sekarang sudah hampir memasuki semester 2.

Keadaannya, seperti kurang membaik. Badannya sedikit kurus, mungkin karena terlalu serius memikirkan kuliahnya, atau mungkin ada penyebab lain? Dirinya pun tidak tahu.

Kedua orangtuanya sangat khawatir pada keadaan anaknya, berulang kali mereka membujuk anaknya untuk memeriksa ke dokter, namun Nana selalu menolaknya dan menganggap dirinya baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak...

"Wajah Lo pucet, Lo sakit? Mau gue anterin ke dokter?" Tanya Renjun yang duduk di sebelahnya—duduk di koridor kampus.

Nana yang sedang sibuk memainkan phonselnya menoleh dan menggeleng pelan.
"Nggak usah, lagian gue nggak sakit. Wajah gue emang gini kan?"

"Jangan keras kepala, kalo Lo ada apa-apa gimana?" Ucap Renjun, berusaha membujuk Nana.

Nana hanya tertawa kecil, "nggak usah berlebihan ih Njun, gue nggak apa-apa beneran."

"Tapi, kan..euhm, mencegah lebih baik daripada mengobati. Maksud gue, sebelum semuanya terlambat,"
Ujar Renjun pelan.

Nana menatap Renjun lekat-lekat.

"Maksud Lo apa?"
Tanya Nana dan Renjun sedikit terkejut, namun dengan segera ia menetralkan ekspresi nya.

"Y-ya.. maksud gue, kalo Lo sakit kan, seenggaknya dicegah dulu, sebelum Lo sakit dan sembuhnya lama, kan sayang nggak masuk kuliah." Ucap Renjun.

"Jadi Lo mendoakan gue biar sakit nih?"

"Ish, bukan begitu. Lo mah dikhawatirkan malah begitu." Ucap Renjun dan membuat Nana tertawa kecil.

"Thanks udah mengkhawatirkan gue," Nana terkekeh.

"Udah tahu sih, kan, dari dulu."
Sindir Renjun.

"Udah ah, gue pergi duluan ya, habis ini gue ada kelas. Ntar pulang duluan aja, gue ambil kelas tambahan soalnya. Bye.." ujar Nana lalu pergi menjauh dari situ, menyisakan Renjun yang menatapnya khawatir.

Renjun hanya menghela nafas panjang, ia takut suatu hal yang selama ini ia takutkan akan mengejutkan Nana.
Dimana sebuah hal, hanya Renjun dan kedua orangtua Nana yang tahu.

Sebuah hal besar, namun, kedua orangtuanya memilih untuk tidak memberi tahu Nana soal itu. Padahal Renjun sudah mengusulkan agar segera diberi tahu, sebelum semuanya benar-benar terlambat..
Namun kedua orangtuanya menolak, membiarkan Nana menikmati masa-masa bahagianya dulu, padahal itu keputusan yang salah.

Iya, bukan? Bagaimana perasaannya ketika ia sudah dibuat bahagia, sebahagia mungkin, namun suatu hari, hanya dalam beberapa menit saja, sebuah fakta membuatnya hancur.
Hancur tak tersisa, pasti Nana akan sedih. Renjun takut, Nana akan bersedih berlama-lama.

Renjun memilih kuliah bersama Nana karena ia berniat untuk menjaga Nana, was-was jika suatu saat ada yang terjadi padanya. Dan kedua orangtua Nana juga memberinya sebuah kepercayaan untuk menjaga Nana.

"Na, maaf aku nggak bisa ngomong sekarang sama kamu, aku takut kamu langsung down, dan kamu nggak nerusin kuliah karena kamu kepikiran." Gumam Renjun sendiri.

***

Sementara dilain sisi, Nana yang sedang mengikuti kelasnya, sedikit tidak fokus.

Ia hanya menghela nafas, ia tahu jika dirinya sedang tidak baik-baik saja.
Namun dia sendiri menutupi hal itu dari orang-orang disekitarnya.

Ia tidak ingin orang-orang menatapnya lemah dan kasihan karena ia sakit.
Ia tidak mau jadi Nana yang lemah.

Sebenarnya, ia sedikit memikirkannya perkataan Renjun tadi.

Sebelum semuanya terlambat.

Apa maksudnya? Apa ada yang Renjun sembunyikan darinya?
Namun manik mata Renjun tidak sedikitpun menunjukkan sebuah kebohongan.
Selama ini, dia bahagia karena kedua orangtuanya selalu membuatnya bahagia, terlebih Renjun, yang memang selalu menemaninya juga selama ini.

Guanlin? Dia sangat merindukan lelaki itu. Terakhir mereka bertemu, saat pertengahan semester lalu, dan itu baru satu kali.
Nana dan Guanlin sering bertukar kabar lewat chat di Line, ataupun SMS biasa.
Kadang, jika keduanya tidak terlalu sibuk, mereka melakukan video call.
Dan itu sedikit membuat hatinya lega, karena kekasihnya itu baik-baik saja.

Sedangkan dirinya? Ia merasa memang tidak baik-baik saja. Namun entah, ia tidak tahu. Ia enggan untuk memeriksakan kesehatan nya ke dokter.

Entahlah, ia merasa takut.. tapi tidak tahu takut pada apa...

"Nana! Kamu melamun, peringatan sekali lagi kamu harus keluar!"
Tegur sang dosen bernama Sehun, yang membuat Nana sedikit terkejut dan meminta maaf, lalu ia fokuskan kembali pada materi.

Ya, Sehun. Kakak kelasnya dulu waktu SMA. Ia tidak menyangka Sehun menjadi dosen disini, terakhir ia melihatnya, saat acara halal bihalal di sekolahnya, karena di alumni, jadi dia datang.
Dan sekarang, dia bertambah tampan.
Apalagi dengan kemeja yang selalu ia gulung lengannya sampai siku, ughh....

Akhirnya ia bisa mengikuti kelasnya sampai selesai dengan fokus.
Lalu ia pulang ke rumahnya dengan menggunakan taksi.

***

Sesampainya dia dirumah, ia mendapati mobil Renjun yang terparkir di halaman rumahnya. Dengan segera, ia memasuki rumahnya, dan ia melihat Renjun yang sepertinya sedang mengobrol penting dengan kedua orangtuanya, lalu semua orang langsung beralih menatapnya saat ia disitu.

"Ada apa?" Tanya Nana heran.

"Ah, nggak apa-apa, cuma mastiin aja Lo balik sampe rumah dengan selamat, soalnya tadi Lo nolak balik bareng gue."
Renjun terkekeh, sedikit menutupi sebuah kebohongan.
Dia bohong jika dia disini untuk memastikan Nana baik-baik saja, tidak, tidak seperti itu...

"Kirain ada apa." Nana menyusul duduk di samping Renjun.

"Yaudah, gue pulang duluan. Aku permisi dulu Tante, om." Renjun berpamitan.

"Baru aja gue pulang, langsung mau balik." Ujar Nana.

"Besok kan masih bisa kesini, yaudah pergi dulu ya, assalamualaikum."
Ujar Renjun lalu ia pergi keluar rumah.

Sekarang ia dihadapkan dengan kedua orangtuanya.

"Kenapa sih, pada natap aku begitu?"
Tanya Nana saat ia sadar, orangtuanya memperhatikannya.

"Nggak apa-apa, muka kamu pucet, kurang piknik ya." Gurau ayahnya, mencoba merilekskan pikiran nya tentang anak gadisnya.

"Hmm kayaknya, tugas kuliah akhir-akhir ini banyak." Gumam Nana.

Kedua orangtuanya saling bertatapan.

"Gimana kalo kamu liburan? Sedikit merefresh pikiran kamu, ambil cuti lah. Mama khawatir, kalo kamu terlalu serius gitu." Ujar Mamanya.

"Liburan? Boleh juga, tapi, aku bener-bener lagi semangat kuliah nih, masa cuti cuma buat liburan." Ucap Nana.

"Jangan terlalu dipikirkan," ujar Papanya.

"Kenapa sih? Pada takut banget kayaknya, kalo aku terlalu mikirin kuliah."

"Kan dari dulu, kamu belum pernah mikirin pelajaran sampe sefokus ini, Mama khawatir aja." Sahut sang Mama.

"Hmm Mama bener juga, aku belum pernah sefokus ini. Tapi ini juga demi masa depan aku, kan? Biar aku cepet lulus terus bisa nikah sama Guanlin hahahahha." Ujar Nana santai, sedangkan kedua orangtuanya pura-pura ikut tertawa dengan tingkah anaknya.

"Kamu ngarep banget nikah sama Guanlin," ujar Papanya.

"Kenapa? Nggak boleh?"

"Emang dia punya apa mau nikahin kamu, kuliah aja belum selesai."
Seru Papanya.

"Ish, si papah kok ngomongnya gitu? Ya nanti nikahnya kalo udah mapan lah."
Tukas Nana.

"Yaudah iyain aja, Pah." Ucap Mamanya.

"Jadi, gimana? Mau liburan nggak? Keluar negeri aja, saran papah. Disana enak," saran Papanya.

Nana hanya mengendikkan bahu dan menghela nafas.

"Atau mau ke Bandung? Biar ketemu Guanlin." Goda Mamanya.

"Boleh juga, Ma." Nana terkekeh.

Seketika pikirannya bertemu Guanlin langsung, berjalan-jalan diatas motor bersama Guanlin di jalanan yang teduh, langsung redup, mengingat Guanlin sedang sibuk-sibuknya disana.

"Ck, Guanlin lagi sibuk banget disana. Ntar aja deh, aku pikirin." Ucap Nana lalu ia pergi ke kamarnya.

Sedangkan orangtuanya hanya menghela nafas, melihat anaknya yang sangat santai mengingat ada satu hal yang membuat mereka berdua khawatir tentang anaknya.

***


Continue Reading

You'll Also Like

9.8M 883K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...
1.1M 117K 55
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...