JALANG

Od fitrimeydha13

8.5K 123 12

Sebuah Karya sastra yang epik dibalut dengan berbagai diksi dalam sebuah Antologi Puisi dan cerpen. Více

PEREMPUAN DAN MALAM
AKASIA
ANYELIR
ASOKA BERKACA KACA
ASTER
DEKAT DENGAN LANGIT
FONIS MATI UNTUK FITRI
KHANA
KEMUNING
KENANGA SENJA
SECANGKIR KOPI
SEMILIR ANYELIR
SERUNI PAGI HARI
LOTUS
AMBROSIA
ARBUTUS
LALU
TITIK TEMU
ARUMI
MAYA MAYAPADA
JERUJI

LARASATI

195 3 0
Od fitrimeydha13

Mungin kali ini dunia sedang murka terhadap karmanya ada. Bukan sekali dua kali bahkan beribu kali ia menghancurkan dirinya menjadi berjuta-juta abad dari masa Socrates dan para manusia purba hingga sekarang terbentuknya manusia-manusia robot.

Tidak bisa disalah artikan syarat arti sebuah metamorphosis sebuah kisah jadul yang berelegi melayu. Wanita dijajah pria hingga sampai saat ini wanita yang menjajah pria. Bahkan, jika berfikir lebih dalam lagi, untuk mengucapkan kata yang tak masuk akal saat ini sudah sangat benar. Para manusia dan tokoh-tokoh besar membenarkannya. Lantas apa bedanya berbicara dengan orang-orang yang berada di ruang isolasi rumah sakit jiwa, hanya saja ia tidak bisa mengendalikan dirinya saja. Namun, dalam peranan sikap dan gaya tidak ada bedanya dengan manusia kebanyakan.

Ketika ronggah kejora yang bersinar di dini hari yang tak sama seperti hari-hari yang lalu. Namun, manusia masih mengindahkan kisah kasih yang juga syarat tentang keduniawian. Hidup di dunia bagaimana tak menikmati isi dunia? Sementara sang bijak mengujar diujung-ujung plot cerita bahwa dunia tak akan kekal jika untuk dikejar. Sudah tahu pasti. Manusia mana yang tak tahu itu, manusia dengan IQ 2 atau dibawah rata-rata dia tahu kalau dirinya akan musnah.

Disela sebuah narasi semua bahkan satuan manusia menamai dirinya tak lagi bisa bernafas tanpa cinta. Beberapa keping diantara jejak para petuah, hanya segelintir manusia yang memaku dirinya atas jiwa tanpa agama, tanpa tuhan sekalipun. Tak mempercayai sang pencipta dan para pecinta. Mereka hancur dan larut dalam kisah yang ia buat sendiri. Yang ia tafsirkan sendiri atas logika yang ia miliki, mempelajari alam yang sedang ia alami saat ini hingga nanti.

Diwaktu dua pasang beradu kasih di rimbunan altar yang menurutnya suci, ia menafsirkan bahwa mereka akan terpisah setelah rasa bosan bersarang didalam hati dan jiwanya. Berganti ganti pasangan sana sini, menncoba coba ini itu yang menurutnya pas. Dari kisah yang demikian ia tak lagi bisa memaknakan dirinya benar-benar tunduk dan patuh dengan hal-hal yang sudah dianggapnya klasik dan mudah sekali ditebak.

Bertubi tubi ia melihat dua pasang kekasih dengan mata kepalanya sendiri. Sang lelaki yang bergonta ganti pasangan, dibawahnya pulang ke sebuah rumah yang ia tinggali dengan lelaki itu. Lelaki itu ayahnya, dengan mudah memperkenalkan diri, perempuan yang kecentilan itu meraih tangan kecilnya. Dengan senyumnya manis nan hambar. Di lingkarkannya kedua tangan di pingggang sang perempuan dengan kedua tangan. Perempuan kecil itu hanya duduk dan mengamati apa yang ada dihadapannya saat ini. Ketakwajaran ini sering ia alami sejak ia tahu rasa cemburu dan iri dalam hatinya. Sejak ia mulai bisa mengejah peristiwa yang selalu nampak jelas disekelilingnya. Larasanti. Perempuan kecil ini terlahir tanpa maksud. Dari sebuah pernikahan yang diawali dengan cinta dan hawa nafsu. Dia terbentuk didalam rahim seorang ibu yang belum ada kesiapan menerima janin kecil yang tumbuh di perutnya.

Tuhan mengisyaratkan sesuatu yang tak lain manusia yang akan memaknainya, akan tetapi cacian demi cacian itu terus terucap begitu saja tanpa logika sehatnya. Bisa dikatakan pernikahan yang mereka jalin selama 2 tahun terakhir ini hambar tanpa cinta dan mencintai. Suami yang memang ia percayai menjaganya, membagi beberapa keping rasa birahinya kepada wanita-wanita lain. Janin yang ada diperutnya tak diharapkan dengan ketulusannya. Ada rasa sayang, ada rasa benci sebenci-bencinya. Namun ia bertahan untuk membiarakannya besar begitu saja selama 9 bulan.

Larasati terlahir begitu saja tanpa ada seorang ayah yang mengumandangkan adzan ditelinga kanannya. Orok merah itu menangis dengan suara melengking, dibalut kain handuk putih disamping ibunya. Tetes airmata itu begitu saja keluar. Seolah ingin ia menginjaknya, seolah ia ingin menciuminya. "Matanya sungguh mirip ayahnya." Ia membuang arah dan membelakangi bayi kecilnya. Ia menangis sejadi-jadinya dan berteriak sekencang-kencangnya. Suara jeritan ibu atas kesakitan hatinya dan jerit bayi kehausan itu saling beriringan. Sangat berisik.

Ia menggendonngnya, ia susui bayi itu layaknya manusia waras pada umumnya. Rambut dikepala kecil itu sangat lebat dan hitam sangat mirip dengan rambutnya. Ia tersenyum dengan airmata yang masih menggenang dipelupuk matanya yang sudah bengkak itu. Bayi kecil itu tetidur begitu saja, ia letakkan diranjangnya. Ibunya berjalan mondar mandir kesana kemari, entah apa yang ia cemaskan. Hatinya sangat berkecamuk. Ia berharap orang yang ia tunggu datang, namun tak datang.

Langkahnya terhenti, banyak yang ia fikirkan dalam kepalanya. Ia melihat kearah ranjang, ia mendekati dan mengelusnya dengan lembutnya. "Maafkan ibu nak. Ibu akan membesarkan mu tanpa seorang ayah. Ibu akan jadi ayah buatmu."

Seiring berjalannya waktu, perempuan itu membesarkan anaknya seorang diri. Keluarganya tak lagi menjamahnya. Ia menikah tanpa restu dari kedua belah pihak keluarga. ia tak memiliki keluarga. Kerap kali ia menunjukkan sikap tak wajarnya, kerap kali ia berhalusinasi tentang lelaki yang dulu ia cintai. Ia berdandan dengan cantik dan berpakaian seksi. Ia duduk di ruang tamu, seolah ia sedang menunggu lelaki yang pernah ia cintai dan masih ia cintai dan ia benci. Ia duduk dengan pandangannya yang kosong. Sudah satu jam ia menunggu, ia mulai merabah rabah seluruh tubuhnya sendiri. Ia perlahan melepas satu persatu pakaiannya. Ia berjalan memasuki kamarnya. Ia melihat bayi kecilnya tertidur pulas. Ia melihat dirinya dicermin, dimeja rias kamarnya. Ia menangis sejadi-jadinya tanpa suara. Ia duduk dipojok kamarnya dengan melipat kakinya, pipinya hitam karena eyelinernya, lipsick merah maroonnya ia usap merata keseleruh wajahnya. Ia tarik rambut yang sudah tersisir rapi. Ia sangat membenci tubuhnya dan dirinya sendiri. Kejadian ini kerap sekali terjadi di malam hari.

Beberapa bulan berjalan cukup sulit baginya. Ia mengisi waktunya kali ini dengan kerja keras, untuk biaya susu anaknya. Kali ini ia berfikir matang, dengan mencari seorang perawat yang menjaga anaknya. Ia bekerja di sebuah rumah border. Ia menjadi wanita penggila sex. Menurutnya mencari uang dengan menjual kemaluannya adalah hal yang sangat mudah. Disamping ia tidak memiliki kelebihan apa-apa, dan bodoh. Namun, memiliki pantat dan dada yang menurutnya bisa menjual. Ia menjadi salah satu maradona dirumah border itu, tarifnya sangat mahal untuk per-jamnya.

Dari hasil jerih payahnya ia membeli rumah baru yang lebih besar dari sebelumnya. Ia memindah segala perkakas dirumahnya, ia kemas bajunya dan segala perabot rumahtangga. Ia buang semua baju suaminya. Kali ini ia jauh lebih tegar dari beberapa bulan yang lalu, melepas lelaki yang ia cintai.

#

Tiba disuatu malam, dimana ia melayani para tamunya. Ia melihat sekilas wajah yang mirip dengan suaminya. Ia mengamati dari kejauhan. Ternyata benar, disana tepat dihadapannya adalah lelaki yang dulu ia cintai. Matanya basah memerah, ia pergi meninggalkan pemandangan yang membuatnya sakit. Sudah tiga tahun berlalu, tetapi sakit hatinya masih melekat. Seolah memang tidak bisa dihapus.

Kabar terdengar begitu saja ditelinga Dimas suami yang ia cintai. Bahwa mantan istrinya Lastri menjadi primadona para lelaki lelaki penggila sex. Dimas mendaftarkan diri untuk menjadi pelanggan di kelas 1. Ia menunggu diruangan untuk dilayani oleh perempuan bernama Lastri, Dimas mengganti namanya dengan nama palsu, agar ia tak ketara oleh Lastri.

Lastri datang dengan senyum sumringahnya, dan terdiam dengan wajahnya yang campur aduk melihat wajah suaminya ada dihadapannya sekarang. "Ada apa kamu kemari" wajah Lastri seketika memerah menahan marah. Dimas menghampirinya, ia mencoba merayunya. Namun Lastri seketika itu pula meninggalkannya seorang diri dan pulang kerumahnya.

#

7 tahun Lastri menekuni pekerjaannya menjadi PSK. Ia merasakan daya tahan tubuhnya menurun pesat. Akhir-akhir ini ia banyak mengambil waktu untuk libur, istirahat dirumah dan bermain dengan anaknya Larasati. Wajahnya kali ini pucat, pandangannya saat itu memudar dan gelap. Ia tak sadarkan diri. Tetiba ia menemui dirinya berbaring dikamarnya, pengasuh Laras lah yang menolongnya. Dokter datang saat itu juga, memeriksanya dengan cermat. Dokter hanya mengatakan ini terlalu capek saja. "Syukurlah" ucapnya.

Saat itu pula Larasati dengan usia 7 tahun menemani ibunya yang sedang terbaring diranjangnya. Larasati sangat mencintai ibunya, walaupun kerap kali ia mendapatkan tindak kekerasan. Di betis kaki kirinya cacat karena ibunya. Waktu itu masih 5 tahum, Laras panggilan kecilnya. Mendapatkan cambukan dari batang sapu. Laras kecil waktu itu hanya menangis kesakitan. Ia kerap kali mendapatkan balasan dari apa yang ibunya terima dari tempat ia bekerja atau mungkin dari keganjilan hidup yang ia terima selama ini. Ia menerima pelampiasan amrah dari ibunya.

Tanda-tanda keburukan dari tubuh Lastri semakin jelas. Tiap kali ia mendaptkan tubuhnya yang selalu merasa kesakitan, mukanya pucat pasih. Ia bergegas memeriksakan dirinya kedokter, ia harus menunggu hasil tes dari doker untuk beberapa hari.

Tak pergi bekerja, bukan berarti tidak bekerja. Ia masih menerima tamu dirumahnya. Saat itu Laras belajar didalam kamarnya, ia mendengar suara-suara mengerikan dari balik tembok. Sudah berkali-kali Laras melihat dan mendengar hal yang menjijikkan semacam ini. Laras mencoret-coret bukunya hingga sobek. Ia menahan kesal dan benci dengan pekerjaan ibunya itu. Kerap kali juga ia menerima olok-olokan dari teman-temannya dan dari para tetangga. Ia sangat dini untuk mengartikan hal ini, tapi waktu membuatnya belajar dari apa yang ia amati sehari-hari.

Sering pula Laras rintih tangis dibalik kamar itu, terkadang pula Laras mendengar ibunya membanting-banting barang. Ia sama sekali tidak tahu rasa apa yang ibunya rasanya. Tiap kali ia bertanya tentang ayahnya, yang ada ia mendapatkan pukulan keras dari ibunya. Begitu saja bertanya, ibunya mengunci dirinya didalam kamarnya. Jerit rintih itu terdengar lagi, teriakan-teriakan kata-kata kotor keluar begitu saja. Sekali lagi, Laras mengamati hal-hal yang masih ambigu dihidupnya, hidup ibunya juga.

5 hari berjalan, tes dari dokter keluar. Lastri mengambil hasil lab dan mendengar ujaran dokter dengan cermat. Ia berjalan semoyonga meninggalkan rumah sakit. Ia kembali kerumah hanya ingin melihat Laras. Tapi saat itu, Laras berada disekolah. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia ambil album yang berada dilemari ruang tamu. Ia lihat kembali masa-masa bahagianya menjadi seorang istri. Saat itu ia menikah diusia 19 tahun, ia melihat wajahnya yang masih ayu. Ia amati lagi foto-foto kenangannya. Laras yang masih kecil hingga ia sudah bisa berjalan.

Ia tertidur disofa, saat itu Laras pulang dari sekolah. Melihat ibunya yang sedang tertidur pulas di sofa, ia tak berani mendekatinya. Ia tahu, ibunya sangat marah jika tidurnya terganggu. Ia lewat saja dan masuk kedalam kamar. Mendengar suara pintu tertutup, Lastri terbangun dan menghampiri Laras.

"Nak, Ibu mau tanya sama Laras." Laras mendekati ibunya

"Tanya saja bu."

"Jika ibu pergi, Laras mau hidup dengan Ayah?" Laras hanya diam saja.

"Ayah Laras masih hidup. Ia ada di kota, jaraknya agak jauh dari sini. Mau ?"

"Ibu mau kemana?" Laras menanyai ibunya dengan curiga. Ia takut ibunya sudah tidak mau lagi membesarkannya.

"Ibu hanya akan pergi sesaat saja. Pergi ke luar negeri untuk urusan kerja. Laras dengan ayah ya?" Laras menangis begitu mendengarkan dirinya akan ditinggal oleh ibunya. Kemudian pergi kepada seorang ayah yang sangat asing.

"Laras harus nurut sama ibu. Ibu akan mengirim kabar lewat surat buat Laras." Laras menengis semakin kencang. Sementara Lastri menahan tangisnya yang membuat dadanya meledak.

Lastri sudah mengatur semuanya, dan meminta untuk bertemu dengan Dimas mantan suaminya. Ia menceritakan semuanya ke Dimas, yang pada saat itu Dimas masih dibawah pengaruh obat. Berusaha mendengarkan cerita Lastri.

"Oke aku akan memberikan tempat buat anakmu. Cepat pulang, karena aku tidak betah merawat seorang anak sendirian." Dimas pergi meninggalkan Lastri begitu saja.

Sementara Lastri hanya menangis tanpa suara. Ia kembali kerumahnya, ia masuk ke kamar Laras yang sedang tertidur waktu itu. Ia mengusap rambutnya, ia cium pipinya, keningnya.

"Maafkan ibu nak, ibu tidak bisa menjadi ibu yang baik buatmu. Ibu tidak bisa mengajari dan mendidikmu dengan baik."

"Kelak jadilah kau perempuan kuat. Dan hebat. Ibu akan melihatmu dan disampingmu meskipun ibu tidak ada."

Tangisnya semakin menjadi-jadi. Ia berlari meninggalkan Laras dan mengunci kamarnya. Ia mengemasi pakaiannya. Ia kemasi pula pakaian Laras. Esok paginya mereka berdua pergi kerumah Dimas, ayah Laras.

"Pagi sekali datang kerumah" Jawab Dimas dengan aroma alcohol yang masih melekat dibaju dan tubuhnya.

"Pesawatku berangkat pukul 10.30 WIB pagi ini." Lastri membalas. Lastri memperkanlan Laras dengan ayahnya.

"Laras masuklah, ini ayahmu yang ingin sekali kamu temui." Laras menatap wajah ayahnya. Ada rasa takut diwajah Laras. Dimas terlihat menakutkan dimata Laras, jauh lebih menakutkan daripada ibunya. Laras menjabat tangannya dan menciumnya.

"Anakmu sudah usia berapa ini?" Laras sontak terkaget seketika. Dia mendengar kata anakmu. Seolah bukan anaknya.

"Dia sekarang 8 tahun. Untuk sekolah dan lain sebagainya sudah aku urus. Dia bisa masuk sekolah besok." Ujar Lastri.

Tanpa panjang lebar berbicara dengan Dimas, Lastri pamit untuk segera pergi ke Bandara. Laras yang menangis tidak mereka hiraukan. Laras menahan sakit hati, melihat kepergian ibunya yang tanpa berat meninggalkan anaknya kepada seorang lelaki yang menakutkan seperti ini. Laras menangis sekencang-kencangnya. Ia masih menarik tangan ibunya, namun tangan itu dilepas dengan kasar oleh ibunya. Ibunya pergi begitu saja dari hadapannya. Tidak meninggalkan ciuman atau pesan basa basi seorang ibu terhadap anaknya.

#

Kini Larasati harus beradaptasi dengan suasana baru lagi. Kali ini dihadapannya adalah seorang lelaki yang cukup keras dan menjijikkan. Sehari-harinya hanya minum alcohol, membawa pulang wanita berganti-ganti.

Rasa dendam dengan kehidupan yang ia jalani tampak sekali dari sikap dan psikologinya. Ia menjadi wanita keras dengan ketakwajaran yang ia terima. Selama sekian tahun berjalan, tidak ada satupun surat yang datang padanya.

Tepat diusianya yang ke-17 tahun, satu surat datang ditujukan untuknya. Tertulis nama Lastri dari Sandiego.

San Diego, 2012

Untuk putriku Larasati

Surat ini ibu titipkan ke teman Ibu disini. Ada petuah dari ibu untuk menyerahkan surat ini di tahun 2015 nanti. Surat ini akan datang padamu disaat kamu berusia 17 tahun. Nak, ketika kamu sudah membaca surat ini, ibu bahkan sudah tidak ada di dunia ini.

Maafkan ibu tidak bisa mengirimkan kabar dan surat yang begitu sering kepadamu. Bagaimana kabar putriku disana. Pasti sekarang sangat cantik dan seksi? Hahaha....

Diusiamu yang sudah matang saat ini, ibu akan berkata dan menceritakan sesungguhnya apa yang ibu miliki. Banyak kata maaf yang akan ibu sampaikan. Maaf tidak bisa menjadi seorang ibu yang baik buatmu, maaf ibu sudah membuatmu malu datang ke sekolah karena pekerjaan ibu yang tidak terhormat. Maaf karena ibu terlalu sering memukulmu sampai kaki indahmu itu cacat gara-gara ibu.

Ibu sangat tahu namun ibu tidak tahu harus bagaima. Bagaimana bersikap layaknya seorang ibu, ibu bahkan tidak tahu bagaimana caranya mencintai. Kekerasan yang ibu dapatkan dari lingkungan dan kehidupan yang ibu pelampiaskan ke kamu. Kamu ibu jadikan sasaran kekerasan ibu.

Nak bagaimana sekolahmu? Apa kamu mendapatkan nilai bagus? Maaf ibu selama ada disampingmu sangat jarang menanyai kabarmu disekolah.

Ibu disini tinggal dengan teman-teman ibu yang sangat baik. Ibu sudah meninggalkan pekerjaan itu. Dan ibu sedang melakukan terapi kesehatan. Mungkin kamu sakit hati ketika ibu pergi meninggalkanmu ke luar negeri. Tapi, ibu punya alasan yang waktu itu kamu tidak cukup umur tahu ada apa dengan ibu.

Ibu positif HIV Aids, waktu itu ibu tahu dari hasil lab di rumah sakit tentang kesehatan ibu. Di Indonesia belum ada obat yang bisa menjinakkan virus ini. Ibu sangat takut nak, ibu memutuskan untuk pergi ke San Diego sesuai apa yang disarankan oleh dokter.

Namun, kondisi ibu semakin tidak baik nak. Saat ini tubuh ibu sangat lemah. Lihatlah tulisan ibu ini yang sudah hampir tidak bisa dibaca. Tangan ibu susah digerakkan. Ibu minta maaf kepadamu sekali lagi, tolong jangan benci ibumu ini. Ibu punya banyak sekali salah ke kamu. Putri kecilku yang cantik, jadilah kamu wanita yang kuat dan tegar. Jangan ikuti apa yang ibu pernah lakukan ini.

Berbahagialah kau disana sayangku. Terimakasih sudah bersediah menjadi putri ibu. Kecupan dikeningmu dari ibu. Jaga dirimu baik-baik.

Seketika Laras terkulai lemas dilantai, airmata tak henti-hentinya keluar. Ada rasa penyesalan atas kebenciannya terhadap ibunya.

Laras dewasa berkembang menjadi perempuan yang tegar. Ia sekarang bekerja disalah satu media cetak. Ia menjadi penulis sekarang. Dan ia yang sekarang duduk dihadapan laptopnya menulis kisah ibunya dan dirinya

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

3.6M 432K 41
[COMPLETED] [JUDUL SEBELUMNYA : Hey, Shawty] Pembicaraan tentang Andreas selalu datang dan pergi, tapi keberadaannya masih menjadi misteri. Katanya...
73.2K 8.2K 77
"ada apa dengan ku, kenapa perasaan ini muncul secara tiba-tiba?" - irene #seulrene #gxg #irene #seulgi #wendy #joy #yeri #sinb #minho #sehun
344K 3.2K 10
Kisah jejen seorang hypersex. Dibalik kelainannya, ada hantu perempuan yang selalu membisikinya untuk selalu mencari kepuasan. Dan hantu tersebut sel...
654K 1.7K 14
Suatu drama fantasi seks. Kisah cinta dan nafsu liar. Kisah perselingkuhan di balik layar. WARNING!! ⛔️🔞 :: Adults Content! "Angannya tercapai menik...