JALANG

By fitrimeydha13

8.5K 123 12

Sebuah Karya sastra yang epik dibalut dengan berbagai diksi dalam sebuah Antologi Puisi dan cerpen. More

PEREMPUAN DAN MALAM
AKASIA
ANYELIR
ASOKA BERKACA KACA
ASTER
DEKAT DENGAN LANGIT
FONIS MATI UNTUK FITRI
KHANA
KEMUNING
KENANGA SENJA
SECANGKIR KOPI
SEMILIR ANYELIR
SERUNI PAGI HARI
LOTUS
AMBROSIA
ARBUTUS
LALU
TITIK TEMU
MAYA MAYAPADA
JERUJI
LARASATI

ARUMI

67 2 0
By fitrimeydha13

Pagi itu tak seperti biasanya cahaya yang hangat tak lagi menyentuh kulitnya dengan lembut, semuanya membeku seketika. Sembari dengan bergugurnya daun-daun dibalik jendela kamarnya. Selimut putih masih menutupi tubuhnya. Tubuhnya masih terkulai lemah tak berdaya. Buku-bukunya berserakan, semua benda dikamarnya berceceran. Tepat dimalam yang sudah hilang dalam heningnya, dia berteriak sekencang-kencangnya. Membanting daun pintu kamarnya keras-keras. Melempar semua benda yang berjajar rapi diatas meja. Semalam adalah saksi kebutaannya, saksi semua rasa terpukulnya, saksi rasa sakit yang teramat perih menusuk hatinya. Hidupnya seolah berantakan kala itu. Sebelumnya, dia menerima surat dan kotak kecil dengan warna ungu dan ikat pita emas, yang tiba-tiba saja datang ke alamat rumahnya. Disana jelas tertulis nama yang dikasihinya. Bram (kekasihmu). Dia perlahan membaca kata perkata dengan senyum bahagia diwajahnya. Namun, ada percak darah tertinggal disurat itu. Jantungnya berdegub tak menentu. Bukan pelan lagi, tapi dengan mata yang mengejar huruf demi huruf untuk kata dan kalimat selanjutnya.

Arumi Kekasihku,..

Terimakasih untuk waktumu yang sangat indah bersamaku. Kau bukan hanya bungaku. Kau sudah menjadi belahan jiwaku, kau dan aku ada dalam waktu yang sama, tidak ada sekat penghalang, tidak ada batasan ruang. Kita adalah satu.

Sayang, aku ingin selalu memegang lembut tanganmu, kudekap kau dengan hangatku,, kumanja kau dengan kasihku. Semuanya sayang... apapun itu aku lakukan yang terbaik buatmu.

Kau perempuan terbaik ku. Bahkan akan aku bawa namamu dengan abaadi disini. Dihatiku.

Kau tau perempuanku? Bagaimana sunyinya hariku tanpa sapaan mu tiap pagi, yang selalu berisik handphone ku berbunyi membangunkanku. Bagaimana aku tidak meriindukan mu, di kontrakan yang sederhana itu kau selalu kirimkan makanan kesukaanku. Apa-apa tentangmu aku suka, dan begitu pula sebaliknya sayang. Kau ingat janji kita berdua, kita akan selalu ada dimasa yang walaupun kita terpisah, kau dan aku satu. Biar sekalipun ragaku tak ada, kau selalu bersemayam disini.

Kau ingat itu, janji kita berdua. Dikolam belakang rumahmu?

Sayang, beberapa hari yang lalu sudah aku rencanakan untuk segera meminangmu. Sudah ku telpon ayah-ibuku di desa. Aku ceritakan bahwa aku jatuh hati dengan perempuan bernama Arumi. Mintalah dia sebagai calon istriku. Disana mereka akan segera mempersiapkan hari dimana aku dan kedua orang tuaku memintamu. Sudah aku bayangkan pakaian terbaikku. Sudah aku rencanakan permata cantik untuk calon istriku. Sudah aku bayangkan rumah sederhana kita berdua.

Tapi, ada satu hal yang membuat semua itu pudar sayang. Aku sangat mencintaimu. Melebihi yang engkau tau. Sayang aku sangat minta maaf yang sedalam-dalamnya. Aku tidak bisa lagi menepati janji itu. Aku harus melipat cerita ini dengan rapi. Aku akan meletakkannya disebuah kotak kayu. Aku harus menyimpan ini dengan baik.

Aku harus pergi Arumi kekasihku. Dengan berat hati aku mengatakan ini. Aku hanya berpamitan, dan melepasmu baik-baik. Jangan sakit hati sayang. Kau akan selalu dihatiku, tepat dimana orangn-orang melupakan aku, aku akan selalu ada dimana-mana. Terimakasih untuk cintamu yang membuat hari-hariku penuh dengan cerita indah.

Aku sangat mencintaimu Arumi...

Selamat tinggal sayangku....

Kekasihmu Bram.

###

Siang itu dikolong jembatan, sepasang kekasih beradu mulut dan saling cercah satu sama lain. Perempuan itu terlihat menahan perih diwajahnya karena tamparan keras dari lelaki yang sedang berada dihadapannya. Tangisnya tak terbendung ia berteriak kesakitan. Namun dari jauh, ada seorang lelaki yang mengamati pertengkaran itu dan melihat pukulan keras yang melayang begitu saja diwajah perempuan itu. Dia mendekati, berlari mendekat ke arah perempuan itu. Dan menantangnya lelaki yang memukulnya, agar pergi dari hadapannya sekarang juga.

"Sudah jangan menangis" Lelaki itu mendekati dan memegang pundaknya.

"Siapa kau?" tanyanya dengan wajah memerah basah karena airmata.

"Kenalkan namaku Bram" tanpa segan Bram mengulurkan tangannya untuk mengajaknya berkenalan. Namun dia hanya diam dan pergi berlalu begitu saja, meninggalkan Bram yang masih dengan tanda tanya. Bram pun mengikutinya.

"Hey nona, aku hanya berusaha menghiburmu dan membantumu saja. Aku tidak ada niat buruk sama sekali." Bram masih mengikuti langkah kakinya yang semakin cepat. Sementara ia terus berjalan dengan amarah yang masih membara dibenaknya. Sesekali ia menghapus air matanya.

"Hey nona. Kau betul-betul tidak mau berteman denganku?" Masih belum ada suara jawaban.

"Baiklah kalau begitu. Selamat menikmati kesakitanmu ya.. Nona" Bram menghentikan langkahnya. Dengan pelan Bram berbicara dengan dirinya sendiri, "Jika kau melihat kearahku dalam hitungan ke-3 maka kau akan bertemu denganku lagi esokdan kita akan menjadi teman. 1, 2, 3" tepat dihitungan ke-3 peremuan itu melihat ke arahnya namun melanjutkan jalannya.

Bram yang waktu itu hanya tersenyum tipis dan percaya diri bahwa dia akan bertemu lagi dengan perempuan itu.

###

Sore hari di café tempat biasa Bram berkumpul dengan teman-temannya. Namun, salah satu teman melihat ada keanehan dengan tingkah laku Bram. Tidak biasanya dia jadi pendiam seperti ini dengan pandangannya yang kosong.

"Eh Bram sedang mikir apa? Kontrakan ? atau kuliah atau apa sih? Tegang amata mukanya?" tomi teman Bram satu kampus itu menanyai Bram yang duduk tepat disampingnya. Bram menjadi pusat perhatian teman-temannya. Seketika gurauan diantara mereka tiba-tiba diam memperhatikan Bram.

"Enggak ada apa-apa. Aku capek saja mungkin habis lembur ngerjain tugas" jawab Bram.

Tak lama mereka berbincang, mata Bram tertuju pada perempuan yang ia temui waktu itu. Dengan dandanannya yang masih sama, jaket jins, rok hitam pendek, dan rambutnya yang masih tergerai rapi.

Perempuan itu berjalan dengan tatapan mata yang kosong. Ia duduk di meja pojok belakang dekat jendela. Ia menyulut rokok yang ia keluarkan dari kantong jaketnya. Masih tetap sama dengan pandangannya yang kosong. Mata Bram tak lepas menatapnya. Teman-teman Bram menertawai tingkahnya.

"Woi.. kalau lihat cewek seksi aja ada reaksi. Pas teman sendiri tanya, apa ya didengar?" salah seorang teman memukul pelan kepala Bram dengan buku. Bram tersadar dengan sikapnya yang konyol. Mereka tertawa terbahak.

Disela, Bram meninggalkan teman-temannya dan berjalan ke arah perempuan itu. Teman-teman Bram, masih mengamati Bram dari jauh. Bram duduk tepat dihadapan perempuan itu, duduk dan menatap perempuan itu dengan pandangan yang sangat dalam.

"Cantik" Suara lembut Bram menyadarkan perempuan itu dari pandangannya yang kosong.

"kau lagi" jawabnya singkat dengan nada sebal.

"Aku ingin menjadi temanmu." Bram masih meminta tanpa malu.

Perempuan itu masih dalam diam nya, tanpa jawab tanpa tanggapan. Dan masih terus menghisap rokok yang ada ditangannya.

"kenapa kau ingin berteman denganku?" jawab perempuan itu.

"Ya.. aku sendiri tidak tahu." Bram mengangkat pundaknya.

"Masih banyak perempuan diluar sana, yang pantas kau jadikan teman."

"entahlah, hatiku berkata aku ingin mengenalmu itu saja. Bagaimana pipimu? Apa masih sakit?" Bram mencoba memberikan perhatian kepadanya.

"Bukan urusanmu" jawabnya dingin.

"aku kasihan melihatmu. Seolah aku ingin melindungimu." Seketika perempuan itu diam. Seolah ia menahan nafas, dan tiba-tiba dada berdebar tak biasa.

"Bagaimana bisa perempuan seperti kamu diperlakukan seperti itu. Aku sangat tidak terima." Bram menatapnya dalam-dalam. Tiba-tiba perempuan itu meneteskan airmata dan tersenyum mendengarkan perkataan Bram.

"Siapa namamu" perempuan itu bertanya singkat.

"Namaku Bram. Bramantyo yang melindungi seorang perempuan yang dianiaya dengan teman lelakinya. Tanpa ucapan terimakasih dan ditinggalkan begitu saja" jawab Bram dengan tawa diwajahnya.

"Eh.. sudah aku hanya bercanda. Aku Bram. Kau siapa?" lagi-lagi Bram mengulurkan tangannya.

"Namaku Arumi" jabatan tangan itu mendapatkan balasan. Berbunga wajah Bram seketika itu.

Suasana menjadi dingin dengan canda gurau Bram, Arumi hanya tertawa tipis. Namun, lama waktu berjalan, Arumi melebarkan senyumnya dan tertawa bersama Bram kala itu.

Mereka dari hari ke hari mengadakan janji ditempat yang sama disore hari hingga malam. Sesekali mereka menyisakan waktu untuk makan malam berdua. Saling mengenalkan diri satu sama lain. Bertambah lama semakin dekat dan lekat.

Dari hari ke hari dari minggu ke minggu dan bulan ke bulan. Sampai pada hari yang special yang Bram rencanakan bersama teman-temannya untuk menyatakan isi hatinya kepada Arumi. Dan meminta Arumi untuk menjadi kekasih hatinya dan miliknya. Malam itu dengan hiasan lilin didepan rumah Arumi, Bram memanggil Arumi dekat jendela kamarnya. Bram menyatakan perasaannya waktu itu juga dengan disaksikan teman-temannya. Arumi melihatnya dari jendela, dan turun keluar menghampiri Bram yang kala itu sedang berbicara gila di hadapan teman-temannya tentang perempuan yang ia cintai. Arumi menghampiri Bram dan meniyakan permintaan Bram. Maka bersatulah mereka malam itu.

###

Dada Bram semakin sakit tidak seperti biasanya. Obat dilaci kamarnya sudah hampir menipis. Ia memimum beberapa butir obat dan merebahka dirinya diatas ranjangnya. Ia mengambil handphone di samping kirinya, dengan tangannya yang gemetar, nafasnya yang berat dan keringat dingin yang mengucur deras membasahi bajunya. Ia mengirim pesan singkat untuk Arumi. "Selamat tidur sayang, mimpi indah tentang kita berdua. I love you..." lima menit selanjutnya ada balasan singkat dari Arumi, "Iya sayang. Selamat tidur juga, istirahat yang nyenyak ya. Besok kembali aktifitas. I love you too.."

Keadaan Bram semakin hari semakin parah. Pihak rumah sakit sudah meminta Bram untuk melakukan pencakokan hati. Namun, Bram terus berkata "sebentar". Karena semakin parah operasi ini harus dilakukan dengan segera, akan tetapi Bram selalu menjawabnya dengan kata yang sama alas an yang sama dan kalimat yang sama.

###

Arumi memejamkan mata dengan airmata yang tak henti-hentinya mengalir dipipinya. Suara lonceng angin terdengar jelas dikamar itu. Jendela terbuka dari semalam. Ia tak menghiraukan apapun yang menyakitinya. Ia merasa dirinya sudah tidak berguna lagi. Sesekali ia merintih kesakitan, hati mengalami sakit yang sangat dalam. Ia kembali teringat dengan kotak kecil yang belum sempat ia buka semalam. Ia bernjak dari tidurnya dan mencari kotak kecil itu. Ia mengacak-acak semua isi kamar, dan mencari kotak itu, tak lama ia menemukannya. Ia membukanya dengan cepat, dengan cari jemari tangan yang gemetar. Dengan matanya yang sebam, dengan wajahnya yang sedih.

Sebuah kalung dengan liontin bulat yang berisi dandelion didalamnya. Ia menangis dan memegang kalung itu dengan erat. Ia berteriak sekencang-kencangnya. Ia tak kuasa menahan isi hatinya. Banyak tanya yang ingin ia layangkan kepada Bram. Banyak yang ia ingin katakana dihdapan Bram. Masih banyak. Tapi waktu terasa singkat, dari hari pertama bertemu sampai perpisahan yang tanpa alas an yang jelas, Bram meninggalkan Arumi begitu saja. 4 tahun bersama rasanya sangat singkat, Arumi sudah mempersiapkan tahun-tahun yang panjang bersama dengan Bram. Tapi yang dihadapinya beda, mimpinya ancur begitu saja. Apa yang terjadi Arumi tidak mengetahuinya.

###

1 tahun kemudian

Senja kala itu, Arumi masih dengan dioramanya. Ia berjalan melewati trotoar, tangannya terlentang menyentuh dinding bangunan disamping kanannya. Ia membayangkan dirinya berjalan berdua bersama Bram. Ia datangi lagi café pertama kali ia memperkenalkan dirinya, bercanda dan bergurau. Ia duduk di tempat yang sama. Dan masih diam ditempat yang sama beberapa jam berharap Bram ada dihadapannya.

Mata Arumi masih dengan pandangannya yang kosong. Kalung kado dari Bram ia kenakan, sesekali ia memegang liontin itu dan melihatnya. Ia tersenyum manis. Ia melhat jarum jam yang menunjukkan bahwa dia sudah 4 jam duduk disitu. Tapi ia tidak beranjak, perlahan air matanya menetes. Ia mengunjungi café itu tiap minggu ini sudah minggu ke-6 dari satu tahun yang sudah jauh berjalan, dengan harapan yang sama, datang kepadanya seorang Bram. Ia hembuskan nafas panjang. Ia menangis tertuduk dan terseduh, ia menutup mukanya dengan kedua tangannya.

"Jangan menangis" tiba suara seorang laki-laki memegang pergelangan tangan yang menutup mukanya. Isak tangis itu tiba-tiba diam seketika. Arumi membuka mukanya dan segera menatap suara siapa itu.

Seketika itu pula Arumi memandang wajah lelaki yang ada dihadapannya. Arumi diam seribu bahasa dengan air mata yang mengalir dengan deras.

"Maafkan aku Arumi..." Arumi berdiri dan menampar Bram dengan keras.

"Kau anggap apa aku ini? Selama ini kau kira aku boneka tanpa hati dan perasaan?" Bram berdiri menenangkan Arumi. Menarik Arumi kepelukannya, mendekap Arumi dengan eratnya.

"Aku merindukanmu sayang. Maafkan aku, aku pergi tanpa kabar. Setelah mengiirim surat kepadamu, aku operasi pencangkokan hati ke Singapore, kata dokter aku mengalami koma selama 3 bulan. Aku bersama mu kala itu, melihat gelisahmu, melihat tangismu sayang, aku sangat kasihan. Aku tidak bisa menyentuhmu, aku selalu ada disampingmu waktu itu. Aku menemanimu tidur sayang, rasa-rasanya tanpa melihat matamu terlelap aku tidak puas menjagamu. Aku sempat putus asa waktu itu. Tapi kaulah semangatku, sampai sekarang kau masih setia mencintaiku. Begitupun aku, aku masih mencintaimu." Isak tangis Arumi bertambah keras. Ia melepaskan pelukan Bram.

"Kenapa kau tidak pernah cerita padaku sebelumnya?"

"Karena aku tidak ingin membuatmu sedih sayang. Percayalah padaku, aku tidak bermaksud tidak mempercayaimu. Tapi, aku sangat yakin bahwa aku akan bisa melalui ini sediri. Kau adalah kekuatanku. Aku tidak ingin melihatmu menangis seperti ini. Sudah, aku kembali sekarang disampingmu. Besok orang tuaku akan datang kerumahmu. Mereka akan memintamu untuk menjadi istriku. Bulan depan kita langsungkan pernikahan kita ya." Bram menghapus airmata dipipi Arumi. Arumi menganggukkan kepalanya, sembari ia memeluk erat tubuh Bram dengan rasa rindu yang teramat dahsyat.

Arumi dan Bram memutuskan untuk menikah tepat di acara ulangtahun Bram yang ke-27 tahun. Kalung dengan liontin dandelion itu masih dikenakan Arumi sebagai saksi penyatuan cinta mereka dalam ikatan suci pernikahan.

Continue Reading

You'll Also Like

267K 2.4K 4
Romeo hanya diam menatap ke arah wanita cantik yang sedang menangis, sambil memeluk mayat suaminya, yang merupakan kakak kandung Romeo. "Azam, bangu...
7.6K 1.2K 30
Yakinlah Ketika kita memberi sesuatu, suatu saat kita akan menerima sesuatu. Begitu juga tentang cinta ketika ketika memberi cinta suatu saat kita ju...
11.3K 782 7
Meski sangat terlambat, apa ini masih bisa dianggap malam pertama? - Kim Yugyeom
28.6K 1.7K 23
[UPDATE SEWAKTU-WAKTU] . Kumpulan cerita tentang Super Generation couple Oneshoot, twoshoot and many more :)) [Pict in cover from Pinterest]