A Journey to Atlantis

By mayuyumi_

553 49 7

[slowbuild!vkook] [ft.minyoon/namjin] [family stories] terkadang seseorang butuh waktu, untuk menemukan jati... More

the youngest's love tale

the youngest's family tale

333 27 7
By mayuyumi_

terkadang kita butuh jeda, ketika kita memutuskan untuk menunggu; terdiam dibalik asa yang meminta perhatian.

terkadang kita butuh ruang, ketika kita merasa dunia terlalu menekan; satu ruang yang membuat kita nyaman.

Keluarga...

Adalah apa yang kita butuhkan. Adalah tempat berkeluh-kesah, dan tempat bersandar.

Namun... Bagaimana jika satu-satunya tempat berpulang, justru sebaliknya menjadi bumerang?



















"Jungkook! Udah jam berapa ini?!!! Mau tidur sampe kapan sih? Bangun!!!" teriakan yang terus berulang menggema di bangunan tingkat dua komplek perumahan elit kota Seoul.

Yang diteriaki masih terlelap, sedangkan yang meneriaki sudah terlalu lelah.

Wanita paruh baya itu menghela napas kasar menghadapi tingkah anak bungsunya. Hanya bisa geleng kepala atas perangai malas pria kesayangannya itu.

Si anak sulung, yang kebetulan tengah menginap di rumah (karena setelah bertunangan dengan kekasihnya, dia tinggal bersama calon suaminya itu) hanya ikut geleng kepala lalu mengusap punggung mamanya menenangkan.

"Udah biarin aja ma. Mungkin Kookie semalem ngebut nugas." Yoongi, anak sulung di keluarga itu berbicara, berharap itu akan sedikit menenangkan mamanya.

Mereka sedang membuat kue, terlalu iseng karena tidak ada kerjaan, dan Yoongi juga sudah tingkat akhir, jadi dia lagi santai karena hanya tinggal merampungkan skripsi akhirnya.

Nah sedangkan adiknya, Jungkook baru masuk kuliah (sudah semester 2 sih) di universitas yang sama dengan Yoongi, tapi mereka sudah jarang bertemu karena jadwal Yoongi yang tak tentu, terlebih Yoongi sudah tidak tinggal di rumah.

Inginnya mama mereka, Seokjin, Jungkook juga membantu membuat kue. Tetapi anaknya yang satu itu masih sibuk bergelung dalam selimut. Sudah siang begini orang tua mana yang tidak kesal anaknya belum bangun? Membantu beberes juga tidak. Kerjaannya cuma kuliah (ini memang dia wajibkan), nongkrong sama temennya, terus kalau di rumah cuma main hape atau main game, dan hal itu benar-benar kadang membuat Seokjin kesal dibuatnya.

"Halah alibi ngerjain tugas adik kamu mah, Yoon. Paling main game di hapenya sampe lupa waktu. Sana bangunin adikmu. Udah jam 1 dan belum ada tanda-tanda bangun. Untung ini hari Minggu. Huft, gimana mau dapet jodoh kalo tiap hari begini."

Yoongi langsung melesat ke kamar adiknya karena kadang dia juga tidak sanggup mendengar omelan mamanya. Kadang omelannya ngena di hati, dan itu benar-benar membuat kuping panas. Jadi daripada Yoongi kena dampaknya juga, mending dia menginvasi kamar adiknya.

Saat Yoongi masuk, Jungkook masih pulas dengan selimut membungkus dirinya. Namja manis itu menggeleng kehabisan kata. Sudah siang begini, apa Jungkook ga sadar waktu?

Maka dari itu Yoongi memilih duduk di kursi putar meja belajar Jungkook, lalu mengambil pistol mainan yang ditata di dinding, yang dia ingat itu berisi air. Lalu dari tempatnya dia duduk, dia membidik muka Jungkook dan menyemprotkan air menggunakan pistol itu. Hal tersebut sukses membuat Jungkook kelabakan karena mengira atap kamarnya bocor.

"Anjir boc--fuck." niatnya panik langsung hilang saat dia bangkit tergesa, lalu tanpa sengaja mengarahkan pandangannya ke arah Yoongi dan dia sukses mengumpat. "The fuck, hyung. Iseng banget si lu ah."

"Bangun, kelinci bongsor. Udah jam 1, mama udah ngomel daritadi. Bantuin bikin kue."

"Ogah ah ngantuk."

"Si anjir."

"Lu aja sono ah. Itung-itung belajar jadi istri idaman Jimin-hyung."

Yoongi memutar bola mata bosan. Tau kok Jungkook cuma mau bikin dia memerah karena jujur saja setiap kali ada yang menyinggung tentang hal itu, rona alami akan muncul dengan sendirinya di pipi Yoongi.

"Bacot. Mending lu juga belajar dulu jadi kalo lu nemu jodoh lu, lu punya bakat yang bisa dipamerin."

"Ga minat show off bakat manggang kue."

"Belagu anjir dasar kebo."

"Bodo ah gue ngantuk, hyung. Semalem abis nugas."

"Alibi, bilang aja ngeML."

"Sumpah dah kaga," sambil terus membalas omongan kakaknya, Jungkook balik memejamkan matanya dan memeluk guling kesayangannya, "itu deadline tugas buat besok. Jadi gue kebut semalem."

"Tumben. Biasanya baru bakal lu kebut ntar malem?"

"Hmm mau nemenin si cabe Bambam tar malem."

"Owh. Yaudah bangun--eh anjir malah merem lagi. Ya!! Jungkook bangun ga lu?!!!" Yoongi tadinya ngobrol sama adiknya sambil mainin kuku, jadi saat dia dongak dan liat adiknya malah otw molor lagi, dengan segera dia menghampiri Jungkook dan menarik selimutnya mengakibatkan Jungkook terjatuh dari ranjangnya. "Bangun ga lu. Ga bangun gue siram pake air seember nih."

"Bacot amat anjir dasar calon bini si bantet Jimen. Ama calon laki aja baik, manis, ama adik sendiri barbar. Heran."

"Yeu. Siapa suruh males lu mendarah daging. Gimana mau dapet pacar coba? Si Taehyung juga ogah sama lu."

"Y sis. I'm up, tolong bacotnya berenti. Incess budek ni lama-lama," dengan santai Jungkook melewati kakaknya yang sudah siap memakinya. Tapi Yoongi urungkan niat itu dan kembali turun ke dapur membantu sang mama.
.
.
.
.
.
.
.

"Loh? Anak perawan mama udah bangun? Kirain mati karena ga bangun-bangun." sindir Seokjin saat melihat Jungkook masuk dapur dan duduk di kursi tinggi, menuang air, meminumnya kemudian mencomot kue yang ada di toples. Matanya otomatis memutar jengah atas sindiran itu.

"Perawan, perawan. Perjaka kali. Mentang-mentang anak sulung mama udah ga perawan--aduh anjir sakit bego, hyung!"

"Mulut!!!" seru Seokjin memperingatkan.

Jungkook hanya mendengus sembari balik memelototi Yoongi yang sedari tadi seolah ingin menguburnya hidup-hidup.

Lalu dia ingat, dia harus izin dulu karena nanti mau menemani Bambam pergi. "Ma, nanti sore aku izin nganterin Bambam beli--"

"Ga."

"Ma yaelah cuma ben--"

"Ga."

"Ma yaam--"

"Ga kecuali kamu ngepel dulu sana. Beberes rumah. Kerjaan kamu kalo di rumah cuma leha-leha doang. Bantuin mama engga. Sekarang malah mau main."

"Ma--"

"Kerjain atau ga pergi, Kook?"

Mendengar ultimatum yang sulit dibantah, Jungkook sukses membawa dirinya pergi mengambil mesin penyedot debu mengabaikan kakaknya yang meledeknya, kemudian berlalu ke ruang tamu dan mulai beberes.

Saat kerjaannya sudah hampir selesai, karena kini dia sedang berkutat dengan pel-an, Jungkook diam-diam bersorak dalam hati. Tetapi suara yang tiba-tiba menggema diiringi langkah kaki sukses membuatnya mengumpat.

Karena well, selain suara itu berisi ledekan, si sosok yang meledeknya berhasil mengotori lagi lantai yang sudah dia pel.

Bersiap dia akan memaki, namun umpatannya tertahan di ujung lidah saat sosok itu berucap lagi, "Ups maaf ya, hyung ga sengaja ngancurin usaha lu mengkinclongkan lantai. Ga calling dulu sih mau ngepel."

Si anjir...

"Oiya, Yoongi man--"

"YOONGI-HYUNG!!! BURU BAWA CALON LAKI LU PERGI DARI HADAPAN GUE SEBELUM KAKINYA YANG BANTET GUE BIKIN TAMBAH BANTET! AHDKDHLWNS BANTET SIALAN LANTAINYA JADI KOTOR LAGI FKWHXKDH."

Jimin yang baru datang cuma tertawa, kemudian berlalu ke dapur menghampiri kesayangannya. Meninggalkan Jungkook yang masih menggerutu.

"Dasar bantet gatau diri. Yakali gue mau ngepel ngumumin ke seantero komplek. Anjir ganteng-ganteng bego. Untung punya temen ganteng jadi bisa gue gebet, seengganya ada benefit jadi kakak ipar. Coba kalo ga, udah gue pecat dari idup hyung gue. Aelah anjir kesel bat gue. Bangsatteu emang tu orang."

"Jungkook mama denger ya gerutuan kamu. Selesein kalo mau main, buru!!!"

"Sabar anjir gue mah. Kenapa semua orang nyebelin sih."

"jUNGKOOK!"

"iYA MAMAKU SAYANG INI OTW SELESAI."

Merenungi apa yang baru saja terjadi, terkadang Jungkook ada niatan untuk kabur dari rumah...
.
.
.
.
.
.
.
.

MamaQ
Pulang ini udah jam berapa?
7.10pm

Yalord mama ini baru jam 7:(
7.12pm

MamaQ
Pulang atau besok-besok ga boleh main lagi. Mau?
7.13pm

Aku kan udah gede ma:( lagian aku kan ama Bambam
7.15pm

MamaQ
pULANG!! Ngeyel banget si jadi anak. Udah bandel ya kamu?
7.16pm

Jungkook sukses mengumpat. Ini mamanya apa-apaan sih? Strict banget jadi orang tua. Kalau Jungkook cewek sih bisa maklum jam 7 sudah dicariin, disuruh pulang. Nah, dia ini kan cowok? Yakali jam segini sudah dititah demikian?

MamaQ
Kenapa ga bales lagi? Gamau pulang? Yaudah gausah pulang selamanya.
7.18pm

Ma... Aku baru keluar jam set 5 tadi yaampun:( Bambam belom selesai.
7.19pm

MamaQ
Bambam kan punya pacar. Suruh aja Mark yang nemenin dia. Apa susahnya? Buat apa punya pacar tapi ga bisa nemenin?
7.20pm

Justru karena Mark-ge lagi sibuk dia ga bisa nemenin. Mama tuh kenapa si sensi banget akhir-akhir ini?
7.22pm

MamaQ
hAH APA?! KAMU MAU BILANG MAMA BAWEL, IYA? UDAH BERANI YA KAMU, KOOK. PULANG. SEKARANG.
7.23pm

Yalord ya Tuhan, ingin rasanya Jungkook gerusin lantai mall sampe keraknya. Yang bilang jadi anak bungsu itu enak, mEREKA PEMBOHONG!!! Kata siapa jadi anak bungsu enak?! GA ENAK.

Harus menghadapi ortu yang overprotektif. Belum lagi kalo mereka tipe yang strict, yang percaya apa kata orang-orang dulu bilang. Rulesnya cuma; orang tua selalu benar. Ga pernah salah; which is kadang bikin kesal.

Sumpah rasanya Jungkook berharap ada orang yang mau adopsi dia aja. Daripada stress menghadapi mamanya yang begini.

Iya Kookie pulang sekarang.
7.26pm

Jungkook langsung mencolek Bambam dan mengatakan apa maksudnya. Bambam sukses meledeknya namun sangat mengerti sifat mama Seokjin. Jadi dia hanya mengangguk dan bilang kalau sepatu yang dia incar juga sudah dia dapatkan.

Karenanya mereka menuju parkiran dan bersiap pulang. Namun sebelumnya keduanya mampir membeli kopi di starbucks lalu cus menuju komplek perumahan mereka.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Bagus, besok-besok ga bakal mama kasih main lagi."

'Yalord baru juga nginjek satu langkah masuk rumah, mama udah siap aja ama omelannya:('

"Ma, ini baru jam 8--"

"Besok kamu ke kampus naik bis aja. Motor mama sita."

"Ma yaampun kejam banget sama Kookie--"

"Makanya kalo dibilangin nurut. Udah sana naik ke kamar terus tidur."

"Ma--"

"Jangan jawabin terus kalo dibilangin orang tua. Ga takut kualat kamu?"

cABUT AJA NYAWA GUE, TUHAN, CABUUUT!!! GA SANGGUP GUE.

"iyabawelbangetsihanjiremangnyagueanakkecilapa."

"Apa, Kook?"

"Ga. Dah aku mau naik."

"Kalo dibilangin tuh dengerin jangan malah ngoceh ngejawab. Dasar anak jaman sekarang ngebangkang terus."

"iYE AH BERISIK. SEKALI JUGA DENGER. GA AUS APA NGOMEL MULU."

"kIM JUNGKOOK UDAH BERANI YA KAMU--"

"Ma, ada apa si berisik banget daritadi?" Namjoon, suami Seokjin dan ayahnya Yoongi juga Jungkook datang dari arah kamar, langsung menghentikan omelan Seokjin yang akan keluar.

Pertanyaan itu langsung dijawab Seokjin dengan kekesalan yang terselip di dalamnya. Namjoon hanya menggeleng melihat tingkah strict istrinya.

"Jinnie, Jungkook itu--"

"Gausah belain Jungkook, Joon. Jangan manjain dia terus. Kapan dia jadi dewasa kalo kita manjain dia terus?"

"Seokjin, kamu--"

"pERTANYAANNYA YANG BENER ITU KAPAN AKU DEWASA KALO MAMA TINGKAHNYA KAYAK GITU TERUS? PERLAKUIN AKU KAYAK ANAK KECIL. EMANGNYA AKU ANAK SMP APA, DIKIT-DIKIT DISURUH PULANG, DIKIT-DIKIT DIOMELIN PADAHAL GA NGELAKUIN APA-APA."

"BERANI YA KAMU TERIAK KAYAK GITU KE MAMA?! JANGAN KEMANA-MANA KAMU. MAMA MAU NGOMONG SAM--hmmpph."

"Cut it out, Seokjin. Give him space. Sekarang ayo kamu tenangin diri dulu."

Namjoon menyeret istrinya masuk ke kamar mereka, meninggalkan kesunyian di ruang tamu yang menjadi saksi bisu adu bacot keluarga itu.
.
.
.
.
.
.
.
.

Yoongi di kamarnya hanya bisa menghela napas kasar. Merasa lelah karena terkadang dia juga merasa mamanya berlebihan. Namun yang dia rasakan sekarang lebih ke rasa malu. Karena sejak dia masih pacaran dengan Jimin sampai sekarang bertunangan, setiap kali sosok itu ada di rumah ini, ada saja keributan yang dibuat mama dan adiknya.

Yoongi takut Jimin akan mempertimbangkan kekurangan keluarganya ini dan meninggalkannya.

"Mikirin apa sih serius banget?" sentuhan pada pelipisnya membuat Yoongi mendongak dan dia langsung bertemu pandang dengan Jimin, yang sudah segar sehabis mandi.

Jimin duduk di samping Yoongi di ranjang yang ada sembari tangannya mengeringkan rambut basahnya; menunggu jawaban sang terkasih atas pertanyaannya.

Sampai akhirnya Yoongi menjawab, dia hanya bisa mengernyitkan alis bingung. "Maaf ya, Jim."

"Buat?"

"Mama sama Kookie lagi-lagi--"

"B aja."

"Jim..."

"Hm?"

"Aku ga enak karena setiap kali kamu ada di sini, ada aja yang mereka ributin."

"Terus?" Jimin kini menatap serius Yoongi, menghadapkan tubuh mereka berdua lalu tangannya mengelus kernyitan di pelipis kekasihnya. "You think too much."

"Itu karena aku takut kamu ga nyaman sama keluarga aku."

"Said who?"

"Me."

"Aku kenal kamu udah lama, dan aku pacaran sama kamu sejak Jungkook masih SMP dan sekarang dia udah kuliah. Coba itung udah berapa lama aku berusaha berbaur sama keluarga kamu, hm?"

"More than five years."

"Yeah dan itu cukup buat bikin aku terbiasa sama keluarga ini. Therefore, aku kenal kamu sejak kita kelas 3 SMP dan kita pacaran saat kelas 2 SMA. Aku rasa, itu cukup buat bikin aku mikir kalo setiap keluarga punya kekurangan, there is no perfect family around. Trust me."

Yoongi hanya bisa terus menatap Jimin yang tengah mengusapi pipinya, jelas sekali kalau dia berusaha menenangkan pikiran dan hatinya.

"Jangan pikirin apa-apa lagi. Inget, kamu bukan lagi pacar aku, baby, but you are my fiancee, soon-to-be my life partner. Jadi apapun kekurangan kamu, atau keluarga ini adalah sesuatu yang harus aku biasakan dan terima. Tapi aku juga harus berusaha buat nyempurnain kekurangan itu. Got it?"

Yoongi tersenyum manis, mengangguk lalu melemparkan dirinya ke pelukan Jimin yang langsung menyambutnya hangat. "Thank you so so much, and I love you, J."

"Gausah berterima kasih untuk hal yang emang seharusnya aku lakuin, and you know my heart."

"Love you so much, Jimine."

Dan Jimin hanya bisa mengusap sayang punggung dan rambut Yoongi sembari sesekali menciuminya. Setelah beberapa menit tak bergerak dalam posisi itu, Jimin pamit mengecek Jungkook yang dibalas Yoongi dengan ucapan terima kasih lagi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jimin sukses dibuat takjub saat membuka pintu kamar Jungkook. Well, tumben rapi, pikirnya. Karena biasanya kabel dan stick ps akan melintang dimana-mana.

Si pemilik kamar sudah asik bersembunyi dibalik selimut. Jimin menghampirinya perlahan dan duduk di pinggir ranjang, lalu mencolek Jungkook dari luar selimut.

"Udah tidur, Kook?"

Tak ada jawaban, tapi Jimin yakin dia dengar suara isakan.

"Lu nangis? Cengeng ah."

"Bacot. Sana lu pergi."

Namun Jimin masih duduk diam, bergeming di tempatnya. Lalu tangannya dia larikan ke arah rambut Jungkook yang terlihat, mengelusnya penuh sayang. "Gamau cerita?"

"Ga."

"Kook."

"Gue capek hyung sama tingkah mama. Kerjaannya tiap hari ngomeeeeel terus. Apalagi sejak Yoongi-hyung pindah, makin-makin lah objek omelannya gue doang..."

"Ya lu juga males si."

"...kuliah juga ngures tenaga, hyung. Masa sampe rumah gue disuruh ngebabu. Okelah, bantu-bantu, tapi pasti ada aja yang dia komenin. Ga pernah gue denger dia muji hasil ngebabu gue. Yang ada ngomen yang bikin gue kesel. Kayak serba salah. Dikerjain salah, ga dikerjain tambah salah. Maunya perfect mulu emang gue Tuhan apa."

Jimin hanya diam, mendengarkan Jungkook berkeluh kesah.

"Terlebih lagi, mama suka banget ngetreat gue kayak anak kecil. Gila, hyung, gue udah legal gini masih aja diocehin pulang tiap kali gue di luar. Mending itu udah jam 9 ya, lah ini masih sore udah ngomelin gue gatau waktu. Lebih keselnya pas posisi gue masih di kampus, nugas, dan dia nyangkanya gue main, qgdkdbslq rasanya gue mau makan beling."

"Udah?"

"I know I'm fcking lazy as a person, dan gue lebih banyak do nothing dan main hape lah, ngegame lah, terus bangun siang lah. Tapi kan gue ada di umur dimana gue berusaha untuk nemuin jati diri, ngerencanain masa depan, bisa ga dia maklumin dikit dan kasih gue ruang? Ngekang ga bakal bikin gue netapin masa depan, hyung."

"Kook, ok just listen, ok?" Jimin bersuara, dan saat tak ada balasan dari Jungkook, dia berasumsi kalau Jungkook mengiyakan perintahnya. "You know that she is a mother, a person in the world who wants, always wants the best for her children, right? Ya karena dia seorang ibu, dia mau ngedidik lu supaya jadi pribadi yang baik buat kedepannya. Well, oke, sometimes I think cara yang dia pake rada salah, and she is very strict, tapi inti dari sikapnya adalah dia mau lu jadi orang yang merasa bangga sama diri lu sendiri di masa depan."

Jungkook mau menjawab, namun dia merasa ada yang menahannya.

"Lu juga harus ngurangin males lu. Jangan ngegame mulu, kalo emang niat mau nemuin jati diri, do what you like, but gaming bukan sesuatu yang tepat. Lakuin apa yang jadi favorit lu. Do that a couple of times, find passion, inget; males cuma bakal bikin lu stuck di tempat."

"Hyung, faedahnya dia ngomelin gue apa?"

"Maybe she tries to encourage you? Dia mau lu ga males mulu, Kook. Cuma kadang nyokap lu bingung gimana caranya deketin anaknya."

"Kalo gitu big lies yang bilang anak cowok itu deket banget sama mamanya."

"Ga seratus persen salah, cuma pasti ada aja faktor yang jadi penghalang. Nah, di kasus lu adalah kemalesan lu--"

"--and her strict behaviour."

"...ok dan itu. So, gini... Lu ga seharusnya tadi teriak ke mama, dia mungkin terluka sama teriakan lu. Besok minta maaf, ok? And all you need is to sit with her and speak about all the things. Kalo lu tanya kenapa mama masih ngetreat lu kayak anak kecil, which is tentang 'jam malam' jawaban gue cuma satu; because you are her lil superhero, dan ga bakal berubah. She wants you save everytime and everywhere, dan yang dia tau, tempat teraman buat lu adalah rumah ini. It's just that. Ok? Got it?"

"Hyung... Gue masih ga ngerti sama sikap mama yang kayak gini. Dia tuh ada aja topik buat ngomelin gue. Gue lagi diem nih, nonton tv abis bersihin gudang, ngebahas lagi lah dia topik yang udah basi. Kesel, hyung. Stress gue lama-lama. Dia kayak pengen gue jadi sesempurna apa yang dia mau. Tapi yang dia liat gue ga bakal bisa."

"Ya maybe dia cuma berusaha buat terus ngobrol sama lu? Tapi dia gatau harus ngobrolin apa jadi ya..."

"Lucu. Dengan ngomel bisa bikin kita ngobrol gitu?"

"Kook, lu deket sama papa, dan Yoongi deket sama mama. Wajar sikap mama kayak gitu. Dia maybe cuma bingung gimana ngedeketin lu."

"Gatau ah, hyung." Jungkook makin menenggelamkan dirinya ke dalam selimut.

"Trust me, she loves you. Dan inget, sit with her and speak."

Tak ada jawaban dari Jungkook, Jimin memilih kembali ke kamar Yoongi, membiarkan Jungkook memikirkan semuanya.

Saat pintu tertutup, disaat itulah Jungkook berbisik, "I know and I love her too, but her love and loving her do really hurt me."
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Suasana meja makan di pagi hari kala itu sangat hening. Seokjin yang biasanya mengoceh mendadak benar-benar bungkam. Namjoon sudah bilang pada istrinya untuk bersikap seperti biasa, namun sepertinya teriakan Jungkook berefek sangat dahsyat. Terbukti semalam dia menangis seraya mencurahkan semua isi hatinya.

Yoongi menghela napas dan melirik adiknya. Jimin semalam sudah menceritakan segalanya, dan dia berharap Jungkook akan ambil tindakan sekarang. Karena, kalau sepagi ini dia sudah bangun disaat tak ada kuliah pagi, buat apa dia merelakan tidur berharganya?

Namun tak ada tanda-tanda Jungkook akan bicara, dan mamanya benar-benar diam. Apa Yoongi harus memancing obrolan?

"Oiya ma, pa," semua bahu yang tadinya tampak biasa saja langsung tegang saat Jimin bersuara. Jimin hanya mengabaikan itu dan melanjutkan. "Hari ini aku sama Yoongi balik ke apartemen ya? Kebetulan yang rusak udah diperbaikin, dan minggu depan aku mau ngajuin sidang jadi aku butuh Yoongi di rumah dan lagipula semua berkas aku di sana. Gapapa kan, ma, pa?"

Mendengar itu, Namjoon yang pertama kali menanggapi. "Iya gapapa. Kita malah seneng kalian sering nginep, setidaknya inget kalo masih punya rumah lain. Sukses buat sidang akhirnya ya, Jim. Magang kamu gimana?"

"Siap pa. Bakal sering mampir. Moga ajuan aku diterima. Magang lancar pa. Kalo ada ijazah aku bisa langsung dikontrak nanti."

"Bagus dong itu. Yaudah fokus aja gausah pikirin yang lain. Yoongi juga cepet rampungin skripsi kamu." Seokjin tiba-tiba menyahuti.

"Iya maaa."

"Kook, besok bisa bantu hyung anterin berkas ke cafe Taehyung?"

Jungkook yang sedari tadi diam kini mengalihkan pandangannya ke arah Jimin yang mengajaknya bicara. Lalu melirik mamanya. Ia hanya mengangguk lalu lanjut makan lagi.

"Kalo ditanya tuh ja--"

"Ma, Kookie boleh nanya ga?" Jungkook berucap memotong kalimat Seokjin yang sudah dia hafal betul. Tangannya meletakkan sendok yang dia pegang, menunggu jawaban mamanya.

"Hmm."

"Mama marah sama aku? Tumben pagi ini ga ngocehin aku buat biasain makan sesuatu yang aku ga suka?"

"Jungkook--" Yoongi berusaha bersuara, tapi tak bisa ketika Jungkook melanjutkan lagi. Jelas-jelas mengabaikan siapapun termasuk kernyitan yang sudah muncul di dahi Seokjin.

"Aku minta maaf udah teriak ke mama. That was my limit. Mama kalo mau ngobrol sama aku, langsung aja to the point. Kalo mama mau tau progress idup aku gimana, langsung aja tanya. Kalo mama mau aku jadi anak yang bisa banggain mama, bilang aja. Kalo mama rasa di luar itu ga aman buat aku, bilang juga aja kalo ada baiknya aku stay di rumah karena dengan begitu mama bakal tenang."

Tak ada yang menjawab, Seokjin pun masih diam.

"Aku ga bisa sesempurna yang mama mau. No one's perfect, ma dan aku satu dari banyak orang di dunia yang punya kekurangan. Kalo mama rasa kekurangan aku bakal jadi penghalang buat masa depanku, bisa ga lain kali mama nasehatin aku aja? Jangan dengan cara teriak-teriak gitu? Aku tau mama berusaha bikin aku ngilangin kemalesan itu, but sometimes a teenager needs time. Iya aku ignorant dan aku minta maaf udah bikin mama muak. Tapi kan selalu ada yang bilang, 'ganti teriakan dengan nasehat sayang', itu bakal lebih manjur dari apapun."

Jungkook menunduk karena merasa matanya mulai basah. Ia tak berani menunjukkan mukanya sekarang ini.

"Dan aku... Oke aku mungkin baru beranjak 20 tapi kan aku kalo di luar sama orang yang mama kenal dan aku selalu berusaha stick to mama's rules. Cuma..." Jungkook menelan ludah susah payah, karena rasanya dia seolah menelan batu; perih di tenggorokan ketika dia merasa dia menangis. "...I need healing time. Dan kadang chit-chatting sama temen-temen aku ngurangin stress yang aku dapet dari teriakan mama setiap kali aku di rumah. Mama bilang punya temen itu menyenangkan dan emang itu yang aku rasain. Tapi please, suruh aku pulang dengan cara yang agak smooth bisa? Bilang aja 'mama khawatir kalo jam segini kamu belum di rumah. Mama takut kamu kenapa-napa. Nowhere safer than our home.' bisa kah? Boleh ya?"

"Kookie...?" Jungkook merasakan pelukan, dan dia yakin itu mamanya. "Maafin mama juga ya?"

Jungkook bersingut memeluk Seokjin, menenggelamkan wajahnya di pelukan hangat sang mama.

"Mama ga pernah sadar kalo semua itu malah bikin kamu tertekan. Mama cuma ga mau kamu ga punya masa depan kalo kamu males terus. Makanya mama berusaha bikin kamu gerak. Maaf karena mama protesin hasil kerja kamu terus, itu supaya kamu siap kalo suatu saat nanti kamu kerja, sebagus apapun hasil kerja kamu, pasti ada aja orang yang mengkritik. Dan maaf karena mama ga to the point untuk bilang kalo mama tenang saat kamu udah sampe rumah. Kamu bener karena rumah ini menurut mama adalah tempat teraman buat kamu. Dan mama malah bersikap kayak gitu. Maaf ya sayang?"

Jungkook hanya mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya.

"Mama sayang kamu, tapi mama bingung deketin kamu. Karena sejak dulu kan kamu deketnya sama papa."

"...yang mama juga."

"Iya... Kita saling intropeksi ya, sayang?"

Mengangguk adalah yang Jungkook lakukan. Dan ketiga orang lainnya yang masih menyaksikan itu benar-benar merasa lega. Well... This is tough but at least it ends smooth.

Dan mereka hanya bisa berharap bahwa ke depannya; semuanya akan baik-baik saja.




Until the next tale.

Pernah ada diposisi Jungkook? Atau diposisi Seokjin? /g.

Basically this was inspired by real life experience.

Will gonna be divided into some parts and won't really have conflicts but yeah, still dunno /gg.

This is gonna be JK's journeys I think. Hope yall enjoy!!!

Votement then? Thank you lots!!! ❣❣❣







Yumi,
Jakarta, Jan 17, 2020

Continue Reading

You'll Also Like

159K 25.5K 47
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
Mom? [ch2] By yls

Fanfiction

108K 11.3K 33
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
68.3K 7.4K 38
Sebuah rahasia yang tidak akan pernah meninggalkanmu...
411K 33.2K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.