BLACK QUEENS (Complete)

By kucing_hitam25

30.7K 1.2K 40

BlackQueens itulah nama tim pembunuh bayaran Ashley, yang beranggotakan tiga wanita cantik dengan Ashley seba... More

PART 2
PART 3
PERKENALAN TOKOH
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7 -Ending-
PESAN

PART 1

7.2K 219 3
By kucing_hitam25

Tiga orang gadis tengah duduk di sofa berwarna putih di sebuah ruangan yang sudah usang dari sebuah gedung tua. Jika dilihat dari luar, memang nampak seperti gedung yang sudah lama ditinggalkan, tapi siapa sangka ternyata itu adalah sebuah markas.

Gadis cantik berambut pirang lurus sebahu dengan memakai dress hitam yang sangat kontras dengan kulit putih pucatnya yang dipadukan dengan sepatu boot 3 cm warna senada, Ashley.

Gadis berambut hitam gelombangnya yang dipadukan dengan kaos hitam dan celana panjang yang pas dikaki jenjangnya, Victorya.

Dan sisanya seorang gadis cantik tentunya memakai pakaian serba hitam sama dengan Victorya, Sandra.

“Kita ada pekerjaan” ucap Ashley bersamaan melemparkan sebuah dokumen di meja.

Victorya dengan segera mengambil dokumen itu dan dibolak-baliknya kertas kertas itu secara seksama.

“Siapa yang memintanya?” tanya Victorya.

“D. Robbert” jawabnya singkat.

“D.Robbert? Bukankah itu anggota menteri negara ini?” sela Sandra.

“Yea. Dan dia berani membayar besar agar kita bisa membunuh Joe Hopper itu” jelas Ashley.

“Masalah apa yang membuat D.Robbert berani berurusan dengan Joe?” tanya Victorya.

“Dia menculik anaknya dan hampir membunuhnya jika FBI tidak datang terlebih dahulu. Dan dengan cekatan ia melarikan diri dan sampai sekarang penegak hukum negara ini belum ada yang bisa menangkapnya.” Jelas Ashley.

Victorya membalas dengan anggukan, ia tahu Joe ini bukan sembarang orang biasa. Ia sangat pandai dalam bermain petak umpet sampai seluruh penegak hukum negara ini pun kewalahan menghadapinya.

“Dan jangan lupa dia pshyco gila” sela Sandra. “Aku bisa menebak motif ia menculik anak D ini karena balas dendam” tambahnya.

“Ya kau benar” jawab Ashley datar.

“Jadi kapan kita akan memulainya?” tanya Victorya.

“San, temukan dimana dia sekarang!”
perintah tegas Ashley yang diberi anggukan Sandra.

Gadis blaster Indonesia-Belanda itu membuka laptopnya dan mengetikkan sesuatu. Ia sedang mencari keberadaan target dengan bantuan cctv kota ini.

Sangat canggih hampir sama dengan sebuah eagles eye. Gadis cantik yang pandai dalam hal hacking.

“Di LilyClub” ucap Sandra singkat.

“Baiklah karena ini misi kelas 1 sedang, sebaiknya aku dan Vic saja. Kau pulanglah San”

“What?! No! aku juga ingin ikut” bantah Sandra.

“Bagaimana kalau Leon mencarimu di rumah dan ternyata kau tidak ada. Apa yang akan kau jelaskan?” ucap Victorya.

Sandra mendengus kesal dan mengangguk pasrah.

**

Pukul sudah menunjukkan 00:17 a.m dengan menggunakan mobil sport putih Ashley dan Victorya memasuki area parkir LilyClub.

“Waow.. Sungguh mewah” gumam Victorya.

“Club kelas atas yang biasa digunakan golongan konglomerat dan orang-orang penting” ucap datar Ashley.

“Tidak diragukan lagi kalau Joe kesini.” Ucapnya masih menggumam. “Tapi bagaimana seorang psyco gila sepertinya bisa berbaur dengan orang-orang ini?” tambahnya.

“Dia psyco ingat, mungkin dari luar ia tampak biasa, tapi didalamnya ada seekor iblis berdarah dingin yang nafsu membunuhnya bisa keluar kapan saja”.

Mereka keluar dari mobil dan memasuki Club itu dengan anggun. Saat ini Ashley masih memakai dress yang dipakai tadi, tidak berubah, hanya ada tambahan senjata yang dipersiapkan sebelumnya di paha gadis itu.

Sedangkan Victorya, dia saat ini memakai gaun ketat merah maroon panjangnya yang memperlihatkan paha mulusnya yang tak lupa senjatnya yang telah ia sembunyikan.
Melangkahkan kaki ke dalam Club disambut dengan dentuman musik yang dipandu oleh DJ mengalun keras memekakkan telinga. Suasana Club yang khas remang-remang dengan wanita-wanita berpakaian kurang bahan menari ria di panggung yang sudah disediakan.

Segera Ashley dan Victoya berjalan mendekati meja bar yang tak jauh dari tempat berdiri mereka.

“Apa yang ingin kalian pesan nona cantik?” sapa Bartender laki-laki itu pada mereka.

“Minuman dengan kadar alcohol yang rendah ” balas Ashley yang diberi kikikan Victorya.

“Apa?” tanyanya.

“No” jawabnya masih tertawa geli. “Vodka, please” pintanya pada Bartender dan dijawab anggukannya.

“Kau bisa mabuk, bodoh!” maki Ashley.

“Paling tidak aku pernah merasakan mabuk” jawabnya santai.

Tak lama minuman yang mereka pesan sampai, sedikit demi sedikit Ashley menyesap minuman rendah alkoholnya itu.

“Itu dia!” ucap tiba-tiba Victorya.

Terlihat di lantai dansa Joe sedang menari-nari dengan beberapa gadis sexy disana. Ia sangat menikmati.

“Wajah tampan rupawan, sayang dia seorang psyco gila!” gumam Victorya. “Siapa kali ini?” tambahnya.

Victorya yang merasa pertanyaannya tidak dijawab Ashley menoleh kearahnya dan betapa terkejutnya ia melihat Ashley yang sudah kehilangan setengah kesadarannya.
Mudah sekali mabuh, padahal rendah alcohol. Batin Victorya.

“Baiklah, karena kau mabuk biarkan aku saja yang menyelesaikan pekerjaan ini”

“Kau bisa?” tanya Ashley dengan menopang kepalanya dengan tangan.

“Tentu, tidak mungkin kuberikan tugas ini pada orang pemabuk sepertimu!”

“Aku tidak mabuk, hanya sedikit pusing” bantahnya Ashley.

Ck!

Tak menghiraukan racauan Ashley, Victorya meninggalkannya dan bergegas mendekati target.

“Aku tidak mabuk, Vic. Biar aku saja!” racau Ashley tidak jelas.

“Kau terlihat mabuk, Nona. Aku akan meyuruh teman perempuanku untuk mengantarkanmu ke mobilmu” ajak Bartender tadi.

“Tidak.. tidak. Aku hanya ingin si sini”  jawabnya mengibas-ngibaskan tangannya.

Sudah agak lama Ashley menunggu tapi Victorya belum juga kembali.

“Hai Cantik” sapa seorang laki-laki yang kini sudah duduk disebelah Ashley yang masih memegangi kepalanya pusing.

“Kau sendirian?” tanyanya.

Ashley diam tidak menggubris pertanyaan dari pria itu.

“Biarkan aku menemanimu” tambannya memegang bahu Ashley, ia menyentak kasar tangan pria itu.

“Oh ayolah, Cantik. Aku tidak akan menyakitimu” ujarnya dengan memegang paha Ashley yang masih tertutup dressnya itu.

Secepat kilat ia mengambil stiletto hitamnya yang ia pakai, dan ujung hak runcingnya ia arahkan ke kepala pria itu.

Bartender yang melihat kejadian itu bahkan terkejut dengan apa yang Ashley lakukan.

“Jangan macam-macam padaku, kalau kau tidak mau stiletto kesayanganku ini menembus tepat di kepalamu itu!” ucap Ashley tenang, mestipun ia kehilangan setengah kesadarannya tapi ia masih bisa melindungi diri.

Pria tadi terkejut dengan kelakuan Ashley perlahan ia menyingkirkan tangannya dari paha Ashley dan mengangkatnya.

“Ba-Baiklah aku pergi” ucapnya meninggalkna Ashley sendiri.

Masih menunggu Victorya dengan setengah kesadarannya beberapa kali ia mendengus kasar dan beberapa kali pula ia digoda pria-pria hidung belang yang lewat.

Muak dengan situasinya saat ini ia berusaha berdiri dan berjalan keluar meenuju mobil.

“Kutunggu di mobil” ucap Ashley menekan alat komunikasi kecil yang ia pasang di telinganya sedari tadi.

**

“Maafkan aku sayang, kau sungguh manis tapi sayangnya kau gila!”

DOR!

Satu tembakan dari pistol Colt 1991 sukses mendarat di dahi mulus Joe sehingga tubuhnys langsung terkapar di lantai.

“Fyuhh.. sedikit mengerikan juga berhadapan dengan psyco gila!” gerutunya meninggalkan kamar itu menuju parkiran yang sebelumnya Ashley sudah beritahukan jika ia menunggunya di mobil.
Tak lama berjalan ia sudah memasuki mobil.

“Bagaiman. Kau tidak dikulitinya kan?” tanya Ashley yang menyandarkan kepalanya pada setir pengemudi.

“Tentu tidak, hanya saja aku kasian padanya”

Seketika Ashley menoleh pada Victorya yang sedang membenahi posisi duduknya, yang tentu saja dengak kepala yang masih disandarkan di setir mobil.

“Ya, dia tampan kau tau dan dia manis sekali, sayangnya dia gila” kikiknya  geli.

“Itulah pesona lain seorang psyco” jawab Ashley.

“Hei!  Kau mabuk apa kau tetap akan menyetir?” tanya Victorya.

“Aku hanya sedikit mabuk bodoh. Aku masih sadar!”

“Setengahnya ingat! Setengah!” sergap Victorya.

**

Drtt..drtt..

Suara getaran ponsel milik Ashley, membuat gadis itu tersadar dari tidurnya dan menggapai-gapai tempat tidur sampingnya, yang seingatnya ia taruh ponselnya disitu.

“Hm?”

“……”

“Beres”
“……”

“Tunggulah beritanya nanti, Pak Tua!”

“…..”

“Ya, aku ingin cash!”

“….”

“Temui nanti di markas jam 14.00. Pastikan tidak ada yang mengikutimu!”

Tut

Ashley mematikan ponselnya, dengan kesadaran yang sudah penuh ia mendudukkan badannya. Rasa pusing seketika menyerahnya.

Ashley tau ini pengaruh minumannya kemarin, ia memang mudah mabuk mungkin itu kelemahannya, makannya ia menghindari minuman alcohol.

Kemarin ia berfikir minuman rendah alcohol tidak akan berpengaruh, tapi nyatanya serendah apapun kadar alcohol minuman ia akan tetap terpengaruh.
Ia segera mengambil ponsel lain milik Ashley yang ia simpan di meja sebelah kasurnya.

Ashley memiliki dua ponsel, satu untuk misi satu untuk pribadi. Dicarinya kontak bernama Sandra disitu dan menelponnya.
Suara sambungan telepon yang sedikit lama membuat Ashley berdecak pelan.

“Mmm.. Hai, siapa ini?” angkat Sandra diseberang sana.

“Cih!”

“Ahahaa.. Aku bercanda. Ada apa As?”

“Pria tua itu akan membayar nanti di markas. Aku pusing, kau saja yang mengurus uangnya” jelas Ashley.

“Aha. Aku tau kau mabuk, Victorya yang menceritakan”

Ck. Orang itu!

“Kau bisa mengurusnya”

“Yea, aku dan Victorya akan mengurusnya. Dan kami juga akan bercerita lebih lanjut lagi tentang kau yang gampang sekali mabuk. Ahahaa” ucapnya dengan tawa lebarnya.

“Sialan kau!”

Tutt

Panggilan diakhiri sepihak oleh Ashley, kepalanya masih sedikit pusing. Saat ini ia hanya ingin membersihkan diri dan keluar untuk menenangkan otak.

Setelah hampi satu jam ia berendam di bathup nya kini ia sudah segar dan sudah lengkap memakai kaos oblong putihnya dengan celana jins yang membalut kakinya. Saat ini ia ingin makan di luar.

Ashley segera menyambar tas kecilnya dan ponsel yang ia masukkan kedalam tas dan bergegas keluar dari apartemennya.
Dia berjalan menyusuri kota New York mencari café yang pas untuk ia singgahi.

Tak lama berjalan ia menemukan sebuah café dengan nuansa naturalnya, segera mungkin Ashley menyeberangi jalanan dan memasuki café itu.

Tring!!

Dentingan lonceng bel  berbunyi saat pintu café itu ia dorong. Lantas ia mencari tempat duduk kosong dekat kaca depan café itu.
Tak lama Ashley duduk, seseorang dengan seragam dan nampan ditangannya mendatanginya.

“Ingin pesan apa, Miss?” tanyanya menyerahkan buku menu pada Ashley.

“Coffee Latte” jawabnya dibalas anggukan pelayan itu lalu pergi.

Tak lama menunggu coffe latte pesanan Ashley datang. Sedikit demi sedikit ia menyeruput untuk menikmati setiap tetesan latte yang jatuh ditenggorokannya.

Drrt..drrt..

Suara panggilan masuk dari ponsel pribadi Ashley.

Aunty Ann calling..

“Hai Aunty?”

“…”

“Baik, Aunty. Bagaimana denganmu?”

“…..”

“I miss you too, Aunty”

“…”

“Ya. Pekerjaanku lancar tidak ada hambatan, gajinya juga lumayan jadi masih bisa untuk menopang hidupku”

“…..”

“Oh. Aku lupa kalau hari ini 7 tahun sudah mereka meninggal. Maaf Aunty aku tidak bisa pulang, bisakah aku titip bunga saja?”

“….”

“Terima kasih, Aunty. I Love You”

“….”

Tutt

Ashley lupa hari ini 7 tahun sepeninggalan orang tua Ashley karena kecelakaan. Kedua orang tua Ashley kecelakaan saat hendak pulang dari pesta, untung saja Ashley kecil saat itu tidak ikut, padahal tadinya Ashley ingin sekali ikut karena itu pesta besar para petinggi perusahaan Ayahnya yang pastinya banyak makanan yang tersedia.

Ashley membuang nafas kasar. Sampai kapan ia akan menyembunyikan jati diri sebenarnya dari Aunty nya yang sudah ia anggap orang tua sendiri. Ia tidak mungkin menceritakan bahwa pekerjaan Ashley yang ia maksud selama ini adalah seorang pembunuh bayaran.

Drrtt.. drrt..

Lagi lagi ponsel pribadi Ashley berdering.

Victorya Calling..

Dengan kasar ia mengangkat panggilan dari Victorya.

“Ada apa?!”

“….”

“Baiklah, tinggal kau bagi saja bertiga. Bagianku kirimkan ke rekeningku”

“…”

“Ya”

Tutt

Ashley mengahabiskan Coffee Lattenya dan meninggalkan beberapa lembar dollar di meja dan keluar meninggalkan café itu kembali ke apartemennya.

**

Sesampainya di apartemen ia membuang tas kecilnya asal, dan segera duduk di sofa menyakan TV nya.

“Joe Hopper ditemukan tak bernyawa di LilyClub. Lantas siapa yang membunuhnya? Seperti yang kita ketahui dia adalah buronan di negara ini yang selalu kabur tanpa meninggalkan jejak. Lalu bagaimana tiba-tiba ia sudah terbunuh di LilyClub? Siapa yang membunuhnya mari langsung kita tanyakan saja pada Tuan Jeff Deniss. Bagaimana dengan mudahnya Joe Hopper ini terbunuh Pak?. ‘Kami dari pihak FBI masih belum bisa mengkalrifikasi secara pas…”

Tut

Ashley matikan TV itu.

“Ck!” decaknya malas.

Ting!

Suara notifikasi ponsel pribadi Ashley. Dengan segera ia membuka pesan dari Sandra itu. Sebuah video?

‘Bagaiman Joe Hopper bisa dengan mudah terbunuh Pak? Kalau bukan dari FBI, apa mungkin dari organisasi lain? Atau pembunuh bayaran itu? Banyak desas desus yang mengatakan bahwa ia mati karena pembunuh bayaran Pak, kalau iya apa benar Pak D Robbert yang meminta bantuan mereka?’

‘Wohoo. Sebentar lagi kita terkenal As!!’ tulis caption itu dalam video.
Ashley mendengus pelan.

Betapa lambannya penegak hukum negara ini! Padahal sebenarnya jika mereka memang memburu Joe mereka akan mudah menemukannya di Club Club elit kota ini. Type seperti joe sangat mudah ditebak!

“Jeff Dennis, bagaimana reaksimu selanjutnya?” seringat tajam Ashley memandang potongan video yang memperlihatkan wajah anggota FBI itu.

**

Ini cerita murni dari imajinasi author.

Jangan asal plagiat sembarangan!!

Typo masih banyak pastinya..

Vote dan komennya 💓💓💓💓💓

Terima kasihhh

30/05/2018

Continue Reading

You'll Also Like

47.9K 3.2K 43
Siapapun yang menyakiti orang terdekatku akan merasakan dekatnya kematian. -freya Ini Hanya Fiksi Jangan Dibawah Kedunia Nyata JADWAL UP (SEBISANYA D...
53K 8K 30
cerita suka-suka yang penting cerita wkwk
6.4K 646 15
Obey me! tetapi dengan versi Kerajaan. Info - Up nya lama - Hasil gabut - Random - Typo bertebaran - Kesalahan menulis kata - Pendek - Gak nyambung ...
8.4K 644 135
pengantar singkat: Setelah bangun, Xia You menemukan bahwa dia telah melakukan perjalanan ke dunia yang indah. Dia pikir dia bisa memulai hidup baru...