BANGLYZ FANFICTION || BTS-LOV...

By LA_KHILDA2561

10.6K 1.4K 90

[COMPLETE] Cover by @Peachoo Ketika para member BTS dan LOVELYZ memadukan cinta mereka. Dari yang romantis, m... More

1. SERIES : STATION LOVE (JUNGKOOK-YEIN)
2. SERIES : STATION LOVE (TAEHYUNG-SUJEONG)
3. SERIES : STATION LOVE (JIMIN-KEI)
4. SERIES : STATION LOVE (RM-BABY SOUL)
5. SERIES : STATION LOVE (JHOPE-MIJOO)
6. SERIES : STATION LOVE (SUGA-JIAE)
7. SERIES : STATION LOVE (2JIN)
8. LIKE OR LOVE? (JISOO-JIN)
9. MAKAN ANGIN (JUNGKOOK-YEIN)
10. LOVE IS NOT PERFECT (JUNGKOOK-YEIN)
11. SHE IS A ROBOT? (SUGA-JIAE)
12. AN UNDERSTANDING (JIMIN-KEI)
13. SPRING IN MY MEMORIES (JUNGKOOK-YEIN)
14. FALLING 1/3 (JHOPE-MIJOO)
15. FALLING 2/3 (J-HOPE-MIJOO)
16. FALLING 3/3 (JHOPE-MIJOO)
17. DESCENT TO TEN THOUSAND (CHAPTER 1)
SHOULD BE OPENED
18. DESCENT TO TEN THOUSAND (CHAPTER 2)
19. DESCENT TO TEN THOUSAND (CHAPTER 3)
20. DESCENT TO TEN THOUSAND (CHAPTER 4/END)
22. PIECES OF TIME (CHAPTER 2)
23. PIECES OF TIME (CHAPTER 3/END)
NOTE
NOTE 2
NOTE 3
24. LOVE SICK (2JIN)
NOTE 4
NOTE 5

21. PIECES OF TIME (CHAPTER 1)

349 43 0
By LA_KHILDA2561

Pieces of Time || Yoo Jiae, Min Yoongi || Romance, Drama, Hurt

Real story by https://huangietha.wordpress.com/

----

Wanita berumur dua puluh enam tahun itu menyeka keringatnya dengan sarung tangan kotornya. Yah, tidak ada sesuatu yang bersih untuk bekerja di bidang jasa perikanan. Lebih tepatnya sebagai buruh angkut di sebuah pasar ikan di Busan.

Wanita berpakaian kumal dengan rambut yang dikepang satu itu sesekali menawarkan, berteriak, bahkan malah terlihat seperti mengemis supaya orang-orang menggunakan jasanya. Itu hanyalah sebagian sumber penghasilan untuk kehidupannya.

Biasanya, wanita itu sampai bekerja hingga pukul tiga pagi untuk menjadi buruh serabutan yaitu membantu para pedagang ikan untuk membereskan dagangan mereka.

Sudah hampir dua jam wanita itu tidak dipakai jasanya. Hari ini tumben sekali pasarnya sepi pengunjung. Mungkin karena ini musim dingin. Yeah, ini musim suram bagi para pekerja pertanian dan perikanan. Musim suram bagi wanita itu dan kawan-kawannya yang juga merupakan buruh jasa angkut.

"Nona, ayo ikut aku. Kau belum sarapan, 'kan? Ayo, di luar dingin sekali. Kau bisa sakit nanti," kata seorang wanita paruh baya sambil menggandeng wanita itu.

"Tidak, Nyonya. Saya sudah sarapan. Saya masih harus bekerja," respon wanita itu.

"Sudah sarapan? Sejak kapan kau sarapan? Sejak zaman sebelum masehi? Nona, kau tidak bisa berbohong, wajahmu pucat sekali. Dan...bekerja? Oh ayolah, kau harus mencari pekerjaan lainnya karena pasar ini akan terus menerus sepi saat musim dingin," kata wanita paruh baya itu.

Wanita muda itu terdiam. Ia tidak mau terus menerus dikasihani orang lain. Ia harus bisa bangkit dari keterpurukan dan belas kasihan orang lain. Ia harus mampu menghidupi kehidupannya. Kehidupan yang kalian tidak bisa bayangkan rumitnya.

Kehidupan keluarga Min.

...

"Dapat berapa kau hari ini?" tanya seorang pria pada wanita itu.

Oh tidak. Wanita itu belum mendapatkan apa-apa hari ini. Ia tidak bisa bilang kalau ia tidak dapat apa-apa hari ini. Tapi sayangnya, ia juga tidak pandai berbohong.

"Dua puluh ribu won."

Wanita itu terpaksa berbohong pada pria itu. Kalau tidak begitu, habislah ia dipukuli lagi oleh si pria. Pria itu mengangguk-angguk kepalanya dan melahap ubi rebus di tangannya.

"Kau pandai sekali berbohong, Jiae."

Oh tidak. Wanita itu ketahuan. Pria di hadapannya sudah memejamkan mata dan mengambil sebatang rotan.

Jiae menundukkan kepalanya dan berdoa, semoga kali ini ia masih diperbolehkan untuk hidup.

"Ini untuk pembohong yang tidak pandai berbohong."

Pria itu memukuli punggung Jiae dengan rotan. Jiae menahan sakit dengan menggigit bibirnya dan meremas sweaternya.

"Ah...Yoo-Yoongi, ampun! Maafkan aku! Ah...sakit!" teriak Jiae sambil terus menunduk.

Krak!

Rotan itu patah.

Dan itu berarti hukuman sudah selesai.

"Sejak kapan kau suka berbohong, hah? Ayahmu yang mengajarimu untuk berbohong? Kenapa kau selalu membuatku susah? Tidak bisakah sekali saja kau tidak membuat masalah? Tidak bisa, hah?" teriak Yoongi sambil menendang rotan yang patah tadi.

Jiae tidak mampu menjawab. Jiae tidak mau mutiara kehidupannya mendengar pertengkarannya dengan suaminya, Min Yoongi. Tapi ya...rumah sekecil itu pastilah terdengar kalau ada keributan sedikit pun.

Yoongi mengatur napasnya. Yoongi tidak menyangka kehidupannya seperti ini jadinya. Yoongi selalu disulitkan dengan segala perkara yang dibuat oleh Jiae.

Sudah kubilang, keluarga mereka itu rumit.

"Yoo-Yoongi..." panggil Jiae.

Yoongi membuang napas dengan kasar dan meninggalkan rumah. Begitulah setiap kali mereka bertengkar.

Jiae menangis dan memegangi punggungnya. Perih. Sangat perih.

"Ma?" panggil seseorang. Dengan suara kecilnya dan langkah kecilnya, orang itu mendekati Jiae.

"Ma, papa di mana?" tanyanya.

Jiae menggeleng dan mencoba untuk tersenyum. Demi apapun, Jiae akan terus tersenyum untuk mutiara kehidupannya, Min Jiyong. Jiyong yang masih berusia tujuh tahun itu duduk di pangkuan Jiae dan memeluk Jiae.

"Ma, tadi papa belikan aku boneka perempuan, cantik sekali," kata Jiyong.

"Oh, ya? Wah, papa sayang sekali pada Jiyong. Jiyong sekolah yang pintar, ya!" balas Jiae.

Beruntungnya, keluarga ini diberikan seorang anak laki-laki yang mengerti keadaan orangtuanya. Jiyong tidak pernah meminta macam-macam. Jiyong hanya melihat teman-temannya yang bermain mobil-mobilan dan selalu diantar sekolah oleh orangtuanya.

Jiyong tidak menuntut orangtuanya meskipun ia dibelikan mainan anak perempuan oleh ayahnya. Jiyong rindu kedua orangtuanya mengantarnya ke sekolah seperti teman-temannya.

"Mama, besok Jiyong diantar ke sekolah, ya?" tanya Jiyong.

"Jiyong sayang, mama besok harus bangun pagi sekali untuk bekerja. Papa juga begitu. Maaf, ya? Lain kali saja," respon Jiae.

Sekali lagi, Jiyong menerima semuanya itu. Realita sulit yang harus diterima seorang anak tujuh tahun yang rindu kedamaian di keluarganya.

Jiae tidak bisa tidur. Luka di punggungnya sangatlah perih untuk tidur. Jiae juga tidak kuat jika harus tidur tengkurap terus.

Berkali-kali Jiae membolak-balikkan badannya untuk mencari posisi yang tepat, tapi semua itu sia-sia. Jiae tidak bisa tidur.

...

Hari ini adalah peringatan hari kematian ayah Jiae. Jiae punya kerinduan untuk menengok ayahnya, tapi Jiae tidak punya sesuatu untuk dibawa ke pemakaman. Jiae merogoh semua kantung bajunya.

Beruntung Jiae menemukan tiga puluh empat ribu won dari semua kantungnya. Jiae ingin membawakan makanan kesukaan ayahnya, kue beras. Jiae juga ingin mengunjungi keluarganya. Keluarga yang sangat ia rindukan.

Jiae melangkah memasuki pemakaman mewah tersebut. Langkahnya lambat karena ia masih menahan sakit di punggungnya.

Ah, Jiae menemukan makam ayahnya. Dan untungnya di sana juga ada keluarganya.

"Apa kabar semuanya?" sapa Jiae.

Semua yang Jiae anggap sebagai "keluarga" itu menengok ke arah Jiae.

"Siapa kau?" tanya salah seorang dari mereka sambil memperhatikan Jiae dari ujung atas hingga bawah tubuh Jiae.

"Kenapa pelacur itu bisa ada di sini? Membuat suasana buruk saja," balas yang lainnya.

Jiae membuka mulutnya. Tapi tidak ada sepatah kata pun yang ia keluarkan. Jiae memandang ibunya yang sedang berjongkok di depan makam dan sekarang ikut menengok ke arah Jiae.

"Ibu..." panggil Jiae.

Ibu Jiae mendengus.

"Ibu? Masih pantas kau memanggilku ibu, hah? Kau penyebab ayah meninggal! Kau menghancurkan segalanya! Kau...dasar wanita jalang!" teriak ibu Jiae.

"Pergi kau sana! Kau tidak dibutuhkan di sini! Hush!" teriak seorang pria sambil mendorong Jiae hingga jatuh.

Jiae menahan tangisnya sambil memandang pria tadi yang kini tengah menginjak-injak kue beras yang dibawanya tadi. Jiae ditendang oleh seorang wanita.

"Tidak punya kaca, hah? Masih pantas disebut bagian dari keluarga Yoo? Lihat dirimu! Seperti pengemis yang hina. Oh iya, apa kabar dengan suamimu yang sangat kau cintai itu? Masih sekumal dulu kah? Kalian memang cocok, sama-sama hina."

"Sudah, jangan bertengkar di depan makam ayah! Jiae, pergilah!"

Kali ini tangis Jiae tidak dapat dibendung lagi. Jiae memungut remah-remah kue beras yang hancur itu dan membuangnya ke tempat sampah.

Jiae pergi meninggalkan pemakaman itu. Dalam keadaan perih.

Jiae berlari pulang. Sungguh, Jiae tidak tahu kalau anggota keluarganya juga ada di pemakaman itu.

Langkah Jiae berhenti di depan sebuah sekolah. Sekolah Jiyong. Jiae belum pernah melihat Jiyong belajar dan bermain bersama teman-temannya.

Jiae melihat anak-anak yang bermain dari luar pagar sekolah. Jiae ingat dahulu ibunya selalu menungguinya sampai pulang sekolah. Jiae rindu ibunya. Tapi Jiae tahu diri. Tidak mungkin ibunya akan berubah.

Jiae membersihkan roknya dari remah-remah kue beras tadi. Jiae benar-benar ingin menengok makam ayahnya.

Jiae memegangi punggungnya lagi. Luka pukulan Yoongi benar-benar membuatnya tidak bisa bekerja.

...

Jiae mengetuk pintu dari rumah ke rumah untuk menawarkan jasanya untuk membantu, apa saja. Jiae menyusuri kompleks perumahan menengah ke atas daerah Busan. Waktu sudah menunjuk pukul sebelas malam dan Jiae hanya mampu mengumpulkan lima belas ribu won.

Jiae memutuskan untuk beristirahat dan duduk di tangga pintu masuk rumah seseorang. Entah mengapa kali ini Jiae merasa sangat mengantuk, padahal biasanya ia mampu bertahan tanpa kantuk.

Jiae melihat bintang-bintang di langit yang saat itu sangat gelap dan sepi. Jiae merindukan keluarganya, ia merindukan ayahnya.

Jiae berdiri dan membersihkan roknya. Jiae memutuskan untuk pergi ke pemakaman ayahnya. Jiae mengancingkan sweaternya dan melangkah menuju pemakaman ayahnya.

Dalam perjalanan menuju pemakaman ayahnya, Jiae terus berdoa agar malam ini Yoongi dan Jiyong bisa tidur nyenyak. Jiae berdoa agar keluarganya di Seoul selalu sehat dan bahagia. Jiae berdoa agar ia bisa mendapatkan pekerjaan tetap.

Langkah Jiae terhenti di depan pagar kompleks pemakaman seiring dilihatnya seseorang sedang berjongkok di depan pusara ayahnya. Jiae mempertegas penglihatannya dengan melangkah mendekati orang itu. Jiae menghentikan langkahnya.

Orang itu adalah Yoongi.

Yoongi berdiri dan menghadap Jiae. Jiae ingin berlari. Jiae tidak ingin membuat masalah dengan Yoongi lagi. Sudah cukup rotan kemarin memperingatkannya untuk tidak macam-macam dengan Yoongi.

Jiae perlahan melangkah mundur.

"Tadi kau ke sini?" tanya Yoongi. Langkah Jiae berhenti. Jiae menganggukkan kepalanya dengan ragu.

"Keluargamu juga ke sini?" tanya Yoongi. Jiae mengangguk lagi.

Yoongi tertawa kecil.

"Apa mereka mengusirmu lagi?" tanya Yoongi lagi.

"Tidak. Mereka tid-"

"Kalau mereka tidak mengusirmu, tidak mungkin remah-remah kue beras yang kau bawa berceceran di sana-sini," sela Yoongi.

Jiae hanya diam. Semua yang dikatakan Yoongi itu benar. Dan Jiae memang tidak pandai berbohong. Jiae terlalu polos untuk berurusan dengan kriminalitas dan kejahatan.

"Aku tahu. Hanya kau yang tahu kalau ayahmu menyukai kue murah itu. Anggota keluargamu yang lain tahunya ayahmu menyukai sup rumput laut, 'kan?" tanya Yoongi.

"Tapi tadi aku sempat berdoa di si-"

"Jangan berbohong lagi. Ya ampun, kau itu tidak pandai berbohong, Jiae. Tidak cukupkah rotan kemarin memperingatkanmu untuk tidak berbohong lagi?" tanya Yoongi.

Jiae terdiam. Jiae terlalu takut pada Yoongi.

"Kau datang kemari hanya untuk memandangi pusara ayahmu dari situ, hah?" tanya Yoongi.

Jiae melangkah mendekati pusara ayahnya. Jiae ingin menangis. Jiae sudah menanggung beban cukup berat karena segala yang ia pilih.

Jiae menahan tangisnya dengan mencengkeram roknya. Yoongi tahu Jiae ingin menangis. Yoongi berjongkok dan menaruh seikat baby's breath di atas pusara ayah Jiae.

"Aku menghormati ayahmu. Hanya ayahmu, bukan keluargamu. Ayahmu selalu bilang padaku kalau jika manusia ingin kehidupan mereka tidak berat, berarti mereka sudah siap membuka hidup untuk surga. Dia selalu menyuruhku untuk terus bekerja keras walaupun hasilnya tidak seberapa. Dia bilang kalau aku pasti nanti akan lebih berhasil daripada dirinya," kata Yoongi.

Jiae ikut berjongkok.

"Ayo berdoa."

Mereka berdoa berdua. Tidak seperti orang lain yang memiliki kebersamaan dari sebuah kebahagiaan, Yoongi dan Jiae memiliki kebersamaan dari sebuah penderitaan.

Mereka pulang berdua, di tengah dinginnya angin malam musim dingin. Suasana canggung menghampiri mereka.

Jiae merasakan terpaan angin dingin yang langsung menembus kulit dan dadanya, membuatnya gemetar dan meniup tangannya perlahan. Yoongi menatap jalan dan terus melangkah, untuk menghindari suasana canggung antara dia dan Jiae.

"Jiyong senang sekali kau belikan boneka," kata Jiae.

Yoongi tertawa aneh.

"Padahal itu adalah boneka perempuan," balas Yoongi.

"Tidak, aku sungguh-sungguh. Jiyong sangat bahagia. Dia kemarin bilang kalau..."

"Kalau?"

Jiae menggeleng. Yoongi menghentikan langkahnya.

"Jawab aku," kata Yoongi.

Jiae menggigit bibirnya dan meniup udara dengan perlahan.

"Kalau dia ingin mama dan papanya menemaninya berangkat ke sekolah."

Yoongi membuka mulutnya tanpa berkata sepatah kata pun. Yoongi menganggukkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya.

"Besok kita temani Jiyong berangkat ke sekolah."

Selanjutnya, respon Jiae adalah senyuman. Senyuman di malam musim dingin.

--TO BE CONTINUE--

VOTE 👇👇
IF YOU LIKE THIS STORY

Continue Reading

You'll Also Like

542K 88.4K 30
✒ 노민 [ Completed ] Mereka nyata bukan hanya karangan fiksi, mereka diciptakan atau tercipta dengan sendirinya, hidup diluar nalar dan keluar dari huk...
9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...