Her Mistake His Regret

By Eunnie00

858K 43.3K 3.5K

◇◆◇◆ BOOK 2.2 ◆◇◆◇ malay story| COMPLETE Highest rank : #7 in romance, 24 July 18 #... More

B L U R B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
preview
S2 | Prologue
※1※
※2※
※3※
※4※
※5※
※6※
7
8
※9※
※10※
※11※
※12※
13
※14※
※15※
※16※
※17※
※18※
※19※
※End※
Epilogue
◇DEMELISE◆
◇EUNNIE00◆
A SINGLE TRUTH
100K

11

13.4K 650 19
By Eunnie00


H E R
M I S T A K E

※‡‡※








Mata  Elise jatuh pada balutan dijemarinya . Jari tengah serta jari manisnya yang —— cedera disebabkan oleh lelaki itu .

Jari tengahnya hanya mengalami keretakan namun jari manisnya ——
patah .

Terseksa ? Lagi terseksa rasa di dadanya . Kesakitan  fizikal tidak setanding dengan kesakitan ...

Kerana bukan sahaja dirinya tercedera disebabkan lelaki itu namun —— mengembalikan bayangan silam . Bayangan yang menghantuinya ... yang tidak pernah berjaya dilupuskan dari ingatan . Duka yang menghuni jiwa sekian lama . Kekal didalamnya .

Kenyataan dimana ...
Dia dibuang ... dijadikan mainan ... yang tidak punya hati .. hati . Maruah segalanya , diragut darinya tanpa nilai kemanusian .

Sebagaimana , mereka boleh teruskan hidup . Berbahagia dengan hidup mereka ... selepas apa yang berlaku padanya . Jijik . Jelek ,bila diri hanya sampah dimata mereka .

Serpihan dirinya yang tersisa , dikutip meski jelas lompang jiwanya . Dikutip apa sahaja yang terbaki buat dirinya bagi meneruskan hidup . Seorang diri .


Sikap lepas tangan ibunya ... kepergian ibunya ... tanpa belas buatnya ... melangkah pergi dalam keadaan dirinya ... serba memerlukan sedikit kasih sayang . Perhatian . Perlindungan .


Derapan langkah yang sekata itu membuatkan Elise angkat wajahnya  . Mata bertembung dengan mata Demerez Black .

Masing-masing membisu . Membiarkan pandangan mata yang berbicara bisu .

Anak mata Demerez turun ke arah tangan wanita itu . Melihat sendiri kebinasaan yang sudah dia lakukan . Tidak sanggup , pantas dilarikan matanya ke arah lain .

" kau tak sepatutnya sentuh piano aku "

Elise tersenyum senget ,
" well , I akan ingat dalam memori jangka panjang I in the future . Sekarang jari I , tak naklah tangan I pulak yang patah nanti kan ? " sinis , provokan dilempar terus ke wajah lelaki itu . Matanya kosong , tajam membalas pandangan mata Demerez .

" there is no future . Kau —— keluar dari rumah aku "tegas lelaki itu , cukup lantang menampar gegendang telinga Elise .

Terdiam . Mata Elise jatuh pada jemarinya yang berbalut . Kosong jiwa tika ini .  Senyuman kecil meniti di bibirnya .

" manusia memang macam ni huh —— lari lepas buat kesalahan ... lari lepas hancurkan seseorang "

" aku bukan manusia . So , tiada nilai kemanusian di sini yang perlu kita discuss "

Mata Elise naik kembali menikam wajah lelaki itu . Merenung sedalamnya wajah dingin itu . Cuba menganalisis ...merungkai apa yang tersirat daripada tersurat .


"  untuk kebaikan kau . Baik kau keluar dari rumah aku .
Wang pampasan aku dah sediakan untuk kau . " mendatar penerangan Demerez , dibalas kebisuan oleh Elise .

" now , get your shit out of here and let's not meet again . Ever "

Sejurus itu , Demerez terus menapak keluar dari bilik itu . Meninggalkan Elise keseorangan , berperang dengan emosi sendiri .

Bibir yang bergetaran digigit lemah . Birai mata yang berkaca dikerdip bagi menghalang sebarang titisan air mata dari tumpah . Desah nafasnya berat , bersama satu rasa ngilu yang mencarik-carik jiwa wanitanya .

Manakala, Demerez pula mengorak langkah sekata ke arah ruangan sama berlakunya insiden semalam. Matanya tajam melirik piano hitam yang terletak di hujung ruang bilik itu .

Nafasnya senada . Kaki diorak ke arah piano itu bersama rasa yang sudah lama berkarat dalam dada .


Julangan api yang marak ... membakar ..menelan ..
memakan segalanya ...
Marak api itu , semarak kemarahannya yang berirama dengan kekesalan ... kehibaan ... penderitaan yang tidak tertanggung ..

Tubuh yang terbaring di lantai . Jelas dimakan api . Bunyian yang jelas memperdengarkan bertapa marak dan bergembira api menjulang tinggi  , memakan segalanya ... percikan api sesekali menghiasi ruangan bilik itu .
Bunyi kayu mereput apabika disambar api , bersatu dengan haba hangat yang menggigit tubuh . Bahang .
Sekelip mata , ruangan bilik itu disambar api . LAngsir jelas disulang percikan api yang pantas meleraikan jalinan benangnya .
Tidak lama , keretakan cermin tingkap mulai kedengaran sebelum pecah berderai , menjadi serpihan .
Semburan api serta kepulan asap hitam , tebal menyesakkan dada . Mengurangkan jarak  penglihatan . Bauan hangit , bersatu di udara . Terperangkap di dalam ruangan tertutup ini .

Desah nafas Demerez mulai berat , terhasut dek emosi yang meracuni fikiran .
Tanpa sedar , bangku kayu dihempaskan ke arah piano itu .

Menghancurkan fizikal piano itu , dihempas sekuat hati bangku kayu itu hingga kaki bangku itu juga terlerai dari badan .

Tidak dihiraukan kedua tangan yang mulai sengal , kesakitan apabila serpihan tajam kayu menoreh tangannya .


Darah mengalir pekat , menitik ke lantai . Sehinggalah , kudratnya tinggal sisa . Nafasnya pendek .

Tubuh jatuh melutut , kepala tertunduk kosong menekur lantai .

Matanya berkaca . Namun , wajah dingin , tegang . Perlahan-lahan pandangan beralih pada tangannya yang diselaputi darah .

Senyuman pahit meniti dibibir , diselangi decitan sinis seakan mantera .
Air matanya mengalir ... tidak dibiar lama sebelum dikesat kasar . Wajah kembali dingin , pandangan mata kosong tanpa sinar . Ibarat jasad tanpa roh . Ibarat siang tanpa matahari .












































Elise  mengorak langkah , matanya kosong meliar ke sekitar kota itu . Bangunan tersergam indah , pencakar langit yang tinggi . Megah dan gah . Seakan memperlekehkan dirinya .

Dia tanpa banyak bicara keluar dari rumah Demerez Black . Sehelai sepinggang . Malah , cek yang ditinggalkan oleh lelaki itu buatnya juga tidak diambil . Jiwanya kosong . Hatinya ibarat mati . Kaki diusung tanpa tuju , hanya terus berjalan membiarkan kaki membawa diri .

" Lise "

Kaki pegun . Dada terasa ditikam , sesak serta ngilu .
Perlahan-lahan matanya naik , bertaut dengan sepasang mata itu  . Mata yang dulu melihatnya dengan penuh kasih  , syahdu namun tidak dijangka ... semuanya hanya palsu . Bertuhankan nafsu , bertopengkan ... iblis.


Gelap matanya merenung wajah lelaki itu . Namun , kaki masih terpaku di tanah apabila lelaki itu mengorak langkah menghampirinya .

Tergambar sinar kebahagian di wajah lelaki itu , sebelum sekelip mata tubuh Elise berada dalam dakapannya .

Wajah Elise berubah , matanya tajam dan gelap bagai kepekatan malam . Tubuhnya kaku tanpa bereaksi . Hanya mematung saat dipeluk oleh Elijah .

Wajahnya tegang , dada sempit . Keperitan menjalar di segenap jiwa . Berselirat merantai tubuh dalam ikatan ilusi juga emosi .

Pelukan dileraikan , wajahnya disentuh halus oleh tapak tangan hangat itu . Hangatnya tidak menyenangkan , malah seakan membakar wajah Elise . Namun kebisuan menjadi permainan wanita itu . Membiarkan lelaki itu tenggelam dalam kebahagian sendiri .

Apabila namanya diseru sekali lagi , Elise mendongak . Membalas renungan mata Elijah .


Rambutnya dielus lembut oleh lelaki itu , seakan cuba menyalurkan kasih sayang buatnya ... meski dia lebih dari sedar ... kasih itu berpaksikan yang lain . Sekali lagi , Elise biarkan . Tiada kudrat untuk melawan ... tiada kehendak ... hatinya mati . Kosong . Jasad kini tinggal jasad .


Direnung sepasang mata Elijah yang tersinar sesuatu . Senyuman lelaki itu yang lebar , merentap jiwanya .
Bagaimana ... lelaki ini masih bisa bahagia ... menghabiskan waktu bersua ria ...hidup bahagia ...bernafas sempurna ...
Sedangkan dia ... hidup terseksa ... nafas yang disedut ibarat racun yang menyesakkan jiwa ...


Anak mata Elise berubah tajam , gelap . Dia ingin merentap senyuman itu ... ingin dihancur lumat . Dipijak -pijak sebagaimana maruahnya dipijak dahulu . Ingin dirampas sinar dalam mata itu . Biar gelap seperti dirinya yang sekian lama hilang dalam kegelapan ... tenggelam . Lemas dalam kebinasaan sendiri . Hidup tetapi mati . Bernyawa namun terseksa . Bebas namun dibelenggu rantain silam ... mengikat dirinya di lohong hitam . Tanpa cahaya . Tanpa harapan .
Hanya kesakitan .

Ditelan segala pahit di dada , tangan naik melingkar di tubuh lelaki itu . Perlahan-lahan disandarkan kepalanya di dada sang arjuna .

" Save me —— Eli "
































































Helaian  cek ditangan ditatap kosong . Demerez melepaskan keluhan pendek sebelum keratan cek itu disimpan ke dalam poket sut hitamnya .


Balutan di tangannya dilirik sekilas sebelum tangan lain mencapai ikatan yang tersimpul itu . Belum sempat dibuka simpulan itu , pintu pejabatnya dikuak dari luar .


Tajam matanya naik menikam siapa sahaja yang berani memasuki pejabatnya tanpa makluman .

Melihat sahaja manusia dimuka pintu itu , dengusan tidak senang terlepas dari kurungan bibir .

" long time no see Demerez "


Berkerut dahinya , kening dijungkit menyoal kedatangan lelaki itu ke pejabatnya .

" saja , nak melawat . Aku kena buat temujanji dulu ker Black ? "

Demerez tersenyum sinis ,
" —— aku tak perlu simpati kau Alexander Ivan . So , baik kau balik "

Alexander tersengih , kening digaru malas . " aku datang nak tengok kau masih hidup atau tak —— well I see " mata Alexander meleret ke tangan Demerez yang berbalut , bibir dicebik namun matanya terbias keprihatinan , " —— I'm glad kau masih bernyawa ...so , bolehlah belanja aku makan ? "

Demerez berdecit sinis , kepala tergeleng tidak percaya dengan bicara lelaki itu . Keluhan panjang dihela berat ,

" tak perlu makan , kita minum "

Alexander sengih , tahu benar sikap lelaki itu . Pantas , dia bangun sudah bersiap siaga untuk keluar minum ——

" kau datang seorang ? "

Alexander menggeleng , bibir dicebik . " Kelly keluar shopping "

Demerez hanya mengangguk , sebelum dua sahabat itu bergandingan keluar dari ruangan pejabat .






























Matanya  melirik kosong tubuh itu . Membiarkan lelaki itu menguak langsir , sekali gus membenarkan cahaya dari luar menerobos ke dalam bilik .




Elijah berpusing , menghadap dirinya bersama sebuah senyuman manis .



" buat masa sekarang , Lise stay sini hum ? " ujaran Elijah halus menampar gegendang telinga . Membuatkan wanita itu mendongak , meliarkan matanya ke sekitar bilik barunya . Sebelum akhirnya kembali menikam wajah Elijah .




Lama mata mereka saling bertaut , sebelum lelaki itu bergerak menghampirinya yang duduk di birai katil .





Kosong mata Elise melirik setiap perlakuan lelaki itu , yang kemudiannya melutut disisinya .




Kedua tangannya dikaut dalam tangan lelaki itu . Bibir dipagut perlahan apabila merasakan sentuhan itu . Jijik. Menjulang amarah dan dendam . Hela berat Elise lepas , cuba meredakan gelodak amarah yang ingin keluar dari dirinya .




" I know , I 'm wrong . I should'nt done that to you . I — I should protect you . I should —— protect you from them ... "



Air muka Elise berubah datar . Bicara itu bukan sahaja menyentak jiwanya ... tetapi salah dari setiap segi .
Bukan dirinya patut diselamatkan daripada mereka ... dia sepatutnya diselamatkan dari lelaki itu sendiri ! Bukan kawan-kawan iblisnya yang memulakan langkah ... dia ! Lelaki itu sendiri ! Dan sekarang —— he dare to say that he should protected her from them when the real culprit was himself . What a joke !







" Lise jangan risau ... from now on ... Eli yang akan jaga Lise ... I promise you " ungkapan penuh bersemangat itu hanya dibalas kebisuan oleh Elise .




Tangan Elijah yang masih menggenggam erat kedua tangannya dilirik penuh rasa jelek . Lambat-lambat senyuman kecil dilemparkan buat lelaki itu .



















































































Gaz  meletakkan jambangan bunga ros di atas kubur itu . Bersama hela berat dia berdiri tegak dihadapan kubur itu .





" maafkan saya sebab lambat jenguk ... aunty . I hope you stay in a beautiful place . "



Kepalanya tertunduk seketika , senyuman pahit melakar di bibirnya .




" —— Saya ... tak terdaya pujuk dia ... sekali lagi ... tahun ni . Aunty tahu kan macam mana degilnya anak aunty tu — "



" — he's been hurt enough ... he has gone through a lot already aunty ... couldn't you ... just free him ... let him go ? " lirih lelaki itu meluahkan segala rasa di dada . Kedua tangan dikepal erat , rapat disisi kaki .




" I'm sorry to say this ... in front of you ... but all of these happened because of your own mistake . I don't understand ... why ...why ... he need to be the one to suffer —— to take all blame ... to live in this ..shit . Its all because of you —— everythings happened ... every damn things ... you just gone and let him suffer by his own "




Bibir tersenyum sinis , diangkat wajah melirik pusara itu . " —— I hope you happy "


























































Comforter  ditolak dari tubuh . Elise bangun dari katil , menapak ke arah jendela biliknya .




Matanya merenung sedalamnya ke arah bulan purnama yang tersergam indah di langit .



Tubuhnya bergetaran , cuba melawan haba hangat yang mulai mencengkam tubuh . Titis -titis peluh melata didahi , wajahnya serta leher .



Selsema yang menyerang menambahkan sakit kepalanya . Lantas , dia bangun dan berbaring di kepala katil . Gelas air kosong diambil , bersama ubat-ubatan yang sudah disediakan oleh maid petang tadi .



Beberapa biji ubat dalam genggaman tangan ditatap hiba . Bibir terkemam lemah apabila perut kembali memulas . Terpejam matanya cuba melawan rasa sakit itu .



Air matanya kembali menyentuh dingin wajah yang kering . Ubatan tadi digenggam kemas dalam tangan .



Sehinggalah telinganya menangkap sayup-sayup suara bapanya ... di luar biliknya .



" —— Tak perlu tengok dia . Tidur agaknya . Tak pun masih merajuk , buat perangai . "



Suara ibunya kedengaran lantang , menambahkan lagi keperitan yang menjengah jiwa.





" I dah lama tak tengok dia . Dahlah , you pergi je siapkan dinner .. I tengokkan Lise sekejap —— "


Tombol pintunya dipulas namun ——




" you manjakan dia sebab tu jadi macam tu . I dah tetapkan dia tak boleh keluar dari rumah sebulan ni . You tak tahu bertapa teruk dia buat perangai masa you outstation hari tu . Tiap malam keluar , pagi esok baru balik . Sekolah ponteng . Banyaklah masalah dia buat — "



" —— mungkin dia ada masalah . You bukan nak tanya dia ke , ambil berat sikit . Ni tak , balik-balik Ell . "




" then, you tu .. sama je . Balik-balik Lise , apa .. Ell bukan anak you ker ? You tahu tak , berapa banyak anugerah Ell yang you terlepas sebab Lise ? sebab nak uruskan masalah ponteng Lise , tak kira lagi yang nak mencari dia dekat club sebab tak balik rumah . You sedar tak sekarang ni , you yang tak bersikap adil pada Ell ? Sedar tak ? "



Keluhan dihela lemas . Tangan yang tercedera dilirik seketika . Disebabkan lelaki itu , jarinya tidak mampu dibengkokkan . Kejung lurus .



" hanya sebab piano ... dia patahkan jari aku ... " bibir tersungging sinis bersama gelengan lemah .




Matanya naik menikam bulan purnama itu . Bibir digigit lemah .






" —— aku yang malang , atau ... memang ... aku tak ditakdirkan untuk bahagia ?"




" ... apa yang tak cukup lagi ? Apa lagi ... yang nak diambil dari aku ? Apa lagi ? "






Decitan sinis meniti di bibirnya , bersama air mata yang mengalir dari tubir mata . Balutan dijemarinya yang tercedera dibuka sekasarnya .


Biar ...
Biar kesakitan itu menjalar terus ke segenap  tubuh .
Mungkin , ini sememangnya takdir dia .




" —— selagi aku tak bahagia ... aku akan pastikan ... mereka pun tak bahagia  "





" ... wait and see ... what I'm going to do ... I'm going to destroy everythings "






Langsir direngkuh kasar , menutup terus jendela itu . Membiarkan bilik diselubungi kegelapan .



Almari pakaian diselongkar , semua dress dilempar ke atas katil . Bertaburan di lantai , di kaki katil .






































" kau tak rasa melampau sangat ke apa yang kau buat ? "


Demerez membisu apabila disoal oleh Alexander . Matanya meliar ke arah kaunter bar di aras satu . Di situ , dia mencuri-curi lihat pada wanita itu . Wanita yang ... tiba-tiba muncul dalam kehidupannya .




Setiap ungkapan wanita itu benar-benar menguji kesabarannya . Egonya . Keberanian wanita itu meluahkan segala yang terlintas dihati , sikap wanita itu yang terang-terang menggoda dirinya pada mulanya ... tak ubah bagai perempuan -perempuan lain . Namun, sisi lain wanita itu yang ... menyentuh sisi dirinya yang sudah lama mati .

Fikirannya kembali melayarkan insiden malam itu . Apabila wanita itu dikepung oleh sekumpulan lelaki .


" kau suka dia "



Demerez melirik lelaki itu . Cuba berdalih , namun tiada bicara yang terluah di bibir . Hanya pegun .





Alexander mengeluh perlahan , ditepuk bahu sahabatnya .




" sometimes , you should put your trust on fate . Happiness ... sadness ... tragic life ... even a small miracle — happened for a reason . Have some faith Black . "




Senyuman nipis terpahat di bibir Demerez ,




" If our path cross again , then maybe ... I 'll consider your words Alexander " kepala digeleng sebelum menyambung bicaranya lagi ,







" —— if not , then she is like others . No one . "













※‡‡‡※


Be my everythings ..or nothing ?




※‡‡‡※



Tbc
Vote
Comment


Continue Reading

You'll Also Like

5.6M 302K 71
[Complete] 1st romance Known as I N A R A INARA - Satu-satunya anak perempuan Tan Sri Irshad. Shopping? Ratu Gossip? Mulut lepas? Ya, itulah...
576K 19.8K 69
( In editing process...) 𝐀𝐑 - 𝐑𝐀𝐘𝐘𝐀𝐍 - "I'm looking for the right one, Nadra. Then, I'll straight off to propose her, marry her and treat her...
My Fondness By nabh

Teen Fiction

406K 16.4K 48
[C O M P L E T E D] Farrid Affiq , lelaki yang disukai ramai gadis. Nampak serious tapi siapa tahu hati dia kan. Saat umur 13tahun, dia telah jatuh h...
3.9M 160K 67
[Completed] Highest rank #1 in teen fiction (25 june 2018) Start~16 january 2018 , end~12 march 2018. TIARA DANEESYA seorang gadis cantik yang diperl...