Warning : slightly dark
H E R
M I S T A K E
※‡‡※
For you I could pretend like I was happy when I was sad ,
For you I could pretend like I was strong when I was hurt .[ fake love , BTS]
※‡‡※
Tuala kecil digunakan bagi mengeringkan rambutnya . Awkward . Apatah lagi apabila Gaz masih merenung tepat ke arahnya . Selepas sahaja insiden swimming pool itu , masing-masing menguruskan keadaan diri yang basah sebelum mereka berdua duduk 'berbincang ' mungkin di ruangan tamu .
Mata Elise melirik pada beg-beg kertas dihujung sofa itu . Tangan masih lincah mengeringkan rambutnya .
" so — itu hanya salah faham ? "
Elise tersenyum kecil , geli hati dengan pertanyaan lelaki itu . " yeah , you salah faham . "
Gaz kelihatan keliru seketika , " um , sorry . I ingat you nak — "
" bunuh diri ? " sinis Elise menyampuk , senyuman senget di bibirnya . " you ni tengok banyak sangat dramalah . But , its cute that you care about me "
Gaz mematung . Hanya matanya memerhati wanita dihadapannya . Cuba dirungkai apa yang tersembunyi namun kosong . Wanita itu lebih dari tahu memalsukan riak wajahnya .
Gaz mengangguk faham ,
" Maybe betul , I salah faham"
" itu satu cara yang bantu I ...relax —— kalau you curious . "
" relax ? "
Elise tersenyum kecil , iras matanya berubah gelap . Wajah ditundukkan sedikit , melindungi riak wajah .
" the feelings ... when you are deep under the water .. " halus suaranya namun masih didengari oleh Gaz yang mendengar penuh teliti .
Elise angkat wajahnya , senyuman melebar dibibir .
" so , apa yang you buat ke sini ? Demerez dah keluar " dengan mudah Elise mengubah topik perbualan mereka ,
" uh, I bawakan pakaian untuk you . And , barang-barang lain yang mungkin you perlu . " sejajar dengan ungkapan itu , Gaz menyua beg-beg kertas berjenama itu padanya .
Elise sambut huluran itu , matanya kosong melirik isi di dalam salah satu beg itu . Anak mata kembali naik melirik Gaz ,
" thanks "
Gaz mengangguk sekadar bereaksi . Seketika mereka diselubungi kebisuan .
" how —— is he today ? " pertanyaan Gaz mengelirukan Elise yang sudah mengumpulkan beg-beg kertas itu dikaki sofa .
" how was he ? Maksud you Demerez ? Kenapa tanya I ?"
Seakan tersedar kesilapan dirinya , pantas Gaz tersenyum kekok . " urm , nah nothing . So , you suka ke dengan baju tu ? I main beli jer . Sorry kalau tak kena taste you "
Elise hanya tersenyum kelat . Sedaya upaya dipaksa otot wajah , tersenyum meski sudah terasa kejang . Hasratnya hanya mahu lelaki ini pulang segera , supaya dirinya boleh beristirehat . Too tired .
" you belikan pun dah cukup baik . I tak layak merungut , right ? "
Lama lelaki itu mendiamkan diri , mungkin menganalisis jawapan dan tindak tanduk Elise .
" Demerez —— dia ada ... cakap apa-apa ? "
Elise menyengetkan wajah , merenung tepat ke wajah Gaz. Matanya mengecil , memerhati lelaki itu .
" I think , its not your business buddy . Tapi , kalau you curious , go and ask him . Not me " kedengaran sinis namun Elise tidak kisah . Moodnya sudah meluap-meluap ingin keluar memberontak , meluahkan segala rasa sakit . Matanya refleks melirik ke arah kaunter bar yang berada di ruangan sama . Mata mengecil memerhati deretan botol wine tersusun dan gelas-gelas kaca yang tergantung . She need them .
Gaz mengeluh berat , " its not his best day today , so ... I nasihatkan you jauhkan diri dari Demerez for this whole day . "
Elise senyum senget , geli hati . Matanya bosan melirik ke arah lelaki itu .
" well , I pun ada banyak perkara lain nak buat dibandingkan nak spend time dengan dia . Anyway , thanks for the .. nasihat . "
Riak wajah Gaz kelihatan berubah , mungkin sudah mulai sedar kedinginan ucapan Elise buatnya .
Tanpa menunggu lebih banyak waktu , lelaki itu segera pamit . Meminta diri untuk pulang .
Elise diam menghantar pemergian lelaki itu lewat ekor matanya . Dengan malas , kaki mengorak ke arah kaunter bar itu .
Jemarinya melata disetiap deretan botol kaca itu . Biasan kosong di matanya . Gelap . Sebelum tangan mengenggam sebotol wine yang menarik hati .
" well , today are not our day too ... Mr Demerez Black — "
Kaki menapak masuk , namun langkah yang tadi maju ke hadapan tiba-tiba mati . Demerez kaku . Seluruh tubuh pegun apabila telinga menangkap bunyian halus itu . Jantungnya berentak laju , gila ingin mendadak keluar dari pekungan dada . Desah nafasnya pantas namun berat . Kesakitan kembali bermaharajalela dijiwa .
Kakinya pantas melajukan langkah , mendapatkan bunyian itu . Tangan dikepal erat , dengusannya kasar .
Daun pintu bilik yang sekian lama tidak dimasukinya dikuak kasar . Menghantar bunyi kuat apabila daun pintu itu menghentam dinding .
Lewat matanya , dia melihat wanita itu sedang duduk di kerusi . Jemarinya masih bermain di piano tiles itu . Alunan halus piano itu semakin jelas kedengaran . Jiwanya semakin merodak marah .
Sepantas kilat , lengan wanita itu direngkuh kasar . Memaksanya berdiri .
Elise masih terhuyung-hanyang . Matanya dipaksa celik bagi mendapatkan fokus wajah dihadapannya tika itu .
Senyuman sinis terbina di bibir tatkala mendapati bahawa Demerez yang berada dihadapannya .
Lengan terasa pedih , dengan kurdat yang masih tersisa Elise cuba melepaskan diri daripada cengkaman lelaki itu .
" mana kau dapat kunci bilik ni huh ?! "
Tengkingan Demerez membuatkan Elise memejam sebelah matanya . Bingit . Dalam pada ingin meloloskan diri , Elise meletakkan tangan sebagai penghadang tubuh mereka dari bersentuhan . Ditolak dada bidang itu namun langsung tidak berganjak .
" jawab aku perempuan ! " lengan Elise direngkuh sekasar mungkin , menghapuskan jarak antara tubuh mereka .
Nafas hangat lelaki itu jelas menampar wajah Elise . Menghadirkan rasa ketidaksenangan dalam diri Elise yang mulai mendapatkan kewarasannya semula.
" hands off me , Bastard ! " kini dengan sepenuh tenaga dia menolak dada Demerez . Hanya berjaya membuatkan lelaki itu terundur setapak ke belakang namun jarak kembali dihapuskan .
Elise hampir putus nafas apabila tangan lelaki itu mencengkam kuat batang lehernya . Saluran nafas terasa sempit . Himpit .
Tangan kanannya masih dicengkam lelaki itu , memerangkap tubuhnya dengan rantaian ilusi . Setiap detik berlalu lambat , namun jelas semakin utuh cengkaman lelaki itu disekitar lehernya.
" kau memang sengaja —— "
Sedaya upaya Elise mencakar tangan lelaki itu , terdesak untuk menyelamatkan diri namun kekurangan oksigen membuatkan setiap tindakannya lambat dan lemah . Jelas , tika ini Demerez merenungnya tajam . Renungan maut . Membuktikan lelaki itu tidak segan-segan meneruskan tindakan ini atau kata lain —— membunuhnya .
" s— so , be-betul ... G-Gaz — s-said ... t-that ... to-day ..i-its not—— yo-urgh day hu-h ? " masih cuba memprovok lelaki itu , Elise diamuk emosi . Dia tidak mahu kalah , kalah dengan lelaki itu .
" shut up , bitch " selar Demerez kasar sebelum menambahkan tekanan pada leher Elise . Tanpa teragak-agak .
Elise tersenyum sinis meski nafasnya semakin tersekat . Sempit . Mulut terbuka , terdesak mencuri nafas yang terdaya .
" pathetic woman "
Wajah Elise tegang , dada yang jelas kekurangan oksigen kini semakin terbeban apabila bicara itu ibarat menyiat dadanya . Tajam matanya membalas renungan Demerez .
" monster ! "
Selaran Elise membuatkan seluruh tubuh lelaki itu kaku . Pegun sesaat . Cengkaman di batang leher wanita itu juga seakan longgar ,
Samar-samar , Elise mendapati raut wajah lelaki itu kendur . Terdapat lintasan biasan di birai mata itu . Namun, hanya seketika sebelum Demerez kembali mencengkam lehernya kembali .
" shut your mouth off or else —— " amaran daripada Demerez menghantar satu rasa gementar dalam dada Elise namun wanita itu masih ingin mempertahankan egonya .
Senyuman sinis dilemparkan buat lelaki itu ,
" make me , Satan ! "
Mata lelaki itu berubah gelap . Wajah jelas tegang .
Sekelip mata , jemari Elise digenggam erat oleh lelaki itu sebelum ——
Raungan Elise bergema di seluruh ruang bilik itu .
Cawan kertas yang terisi bir itu diteguk habis oleh Elijah . Kepalanya tersengguk -sengguk merenung cawan itu . Dengusan demi dengusan meniti di bibir sebelum diangkat wajah . Matanya meliar ke sekitar kelab itu .
Feeling a lump in his heart . Kelopak matanya terpejam rapat cuba menghapus segala bayangan anak buahnya itu dari ingatan .
Sehinggalah , tubuhnya terasa disentuh . Mata terus jatuh pada seorang wanita yang tersenyum nakal padanya . Dadanya disentuh halus , butang bajunya dijadikan mainan wanita itu .
Elijah membisu . Kosong dada tika itu . Bayangan Elise kembali menjengah benak fikiran .
Senyuman Elise , tawa gadis itu . Setiap perlakuan gadis itu , sama ada sewaktu menjilat ais krim atau menyisir rambut panjangnya .
Apabila lehernya dirangkul wanita asing itu , mata Elijah menikam bibir merah itu . Membayangkan sewaktu dia menyatukan bibirnya dengan Elise sewaktu ——
Matanya berubah gelap apabila wanita asing itu mendekatkan wajah mereka . Bibir hampir disatukan .
Tanpa buang masa , Elijah menekan bibirnya pada bibir itu . Fikirannya sarat dengan bayangan Elise . Hanya Elise .
※‡‡‡※
Tbc
Vote
Comment