Malam ini aku sedang mengerjakan tugas Sejarah, dan tidak membuka hp karena aku tau pasti Ivan sekarang sedang gladi bersih. Tak berapa lama hp ku bergetar, aku melihat notifikasi
'Jeremy mengirim foto'
Aku pun membuka whatsapp dan melihat foto apa yang dia dikirim, aku kaget dia mengirim foto jempol kaki yang berdarah.
Zahra: Kenapa? Kok bisa?
Jeremy: Tadi kena kaki nya kasur
Zahra: Kan kaki nya kasur diem, trus siapa yang salah?
Jeremy: Aku, soalnya jalan gak liat-liat
Zahra: Buruan siram pake air terus kasih obat merah
Jeremy: Kalau kamu yang nyuruh aku turutin deh, bentar ya
Aku hanya membalas dengan emoticon jempol.
Malam hari nya ketika hendak tidur aku menerima notifikasi lagi dari dia, kali ini dia mengirim pesan suara yang isinya
'Good night, nice dream'
Ahh dia benar-benar manis, selalu ada saja caranya membuat ku tersenyum.
***
Hari Kamis, jam pelajaran terakhir. Rasanya aku sudah mengantuk, apa yang guru ucapkan tak bisa ku dengar dengan jelas. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur sebentar, belum 5 menit hp ku bergetar. Aku membuka tas dan mengambilnya
Jeremy: Bentar lagi pengumuman , doain ya
Zahra: Iya, banyak-banyak doa
Dia hanya membaca chatku, tapi dia terus online
5 menit
10 menit
15 menit
Zahra: Gimana?
Jeremy: Bentar
Aku pun menunggu nya, tak menutup whatsapp dan bibir ku terus berdoa, berharap yang terbaik untuk teman-teman di sana juga Ivan.
Jeremy: Juara 2
Zahra: SELAMAAATTT YA, USAHA KALIAN GAK SIA-SIA KOK. AKU SENENG BANGET, SELAMATTTT
Jeremy: Maaf ya, belum bisa juara satu
Zahra: Kalian udah tampilkan yang terbaik, I'am so proud of you guys. Tetap semangat ya. Masih banyak lomba-lomba yang lain. Salam buat temen-temen yang lainnya ya!!
Jeremy: Terimakasih ya, nanti aku sampaikan
Bel pulang pun berbunyi, aku menghampiri Sandra karena semenjak kelas 11 aku selalu pulang dengan Sandra.
***
Sesampainya di rumah aku langsung tertidur di sofa, kalau mama tahu pasti bakalan ngomel-ngomel.
"Ra, udah adzan maghrib. Bangun" mama menepuk-nepuk kaki ku
"Iya"
Aku pun menuju kamar mandi kemudian setelah selesai aku melihat jadwal untuk besok Jum'at, tidak ada pr, tidak ada eskul. Akhirnya aku hanya bermalas-malas an dan mendengarkan lagu.
"Duh ini sinyal jelek banget sih, buat ngirim ke WA aja susah" omel ku sendiri
Zahra: Maaf balesnya lama, susah sinyal.
Jeremy: Santai aja, aku udah di perjalanan pulang ini.
10 menit kemudian ada panggilan masuk dari dia
Via Telepon
"Halo nona cantik" sapa dia dari jauh
"Halo Jeremy"
"Ivan aja"
"Oh iya, halo Ivan"
"Lagi badmood ya gara gara sinyal?"
"Iya nih, kok tau?"
"Apasih yang aku gak tau hahaha"
"Udah jangan bt bt, nanti cantiknya hilang"
"Ngomong apa gak denger? Di sana berisik banget sih?"
"Iya nih , lagi pada dengerin dangdut hahahah"
"Yaelaa"
Inilah telfon pertama ku dengan Ivan, dia sederhana tapi aku suka. Dia selalu membuat mood ku jauh lebih baik. Aku merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia ini.
September 2016 lagi booming-boomingnya lagu Surat Cinta Untuk Starla milik Virgoun, Ivan pernah mengirim lagu tersebut pada saat aku sedang sibuk mengerjakan matematika yang rumit dan membuat aku selalu emosi, tapi perempuan mana yang tidak meleleh jika dikirim lagu milik Virgoun tersebut, kalian yang sudah mendengar pasti tau di awal lagu tersebut Virgoun membacakan sebuah puisi yang romantis menurutku. Aku tersenyum mendengarnya. Sederhana sekali bukan?
***
"Pokoknya aku gak mau tau Lomba Literasi kali ini kita harus menang" Kata ketua kelas ku di depan kelas.
Ada-ada saja sekolahku ini, selalu membuat kesibukan untuk siswa-siswi nya. Lomba literasi yang wajib di ikuti per kelas ini membuat kelas ku selalu ricuh karena banyaknya pendapat dan ide namun tidak satu pun yang terealisasikan
"Udah H minus berapa ini? Dari kemarin-kemarin harusnya udah ada ide, terus sekarang kita tinggal menyiapkan bahan yang di perlukan" kata ku seketika
"Ya udah, menurutmu gimana?" Tanya ketua kelas
Aku pun memberi sedikit masukan, Sandra pun menambahi nya.
"Gimana?" kata ku
"Ya sudah, nanti pulang sekolah kita kerjain ini bareng-bareng di rumah Caroline"
Sepulang sekolah, aku dan beberapa temanku yang bersuka rela mengerjakan literasi ini pun menuju rumah Caroline.
"Di garasi aja ya, nanti kalau di dalem gak cukup" kata Caroline
"Iya" jawab teman-teman yang lain
"Eh, aku potongan bentar ya. Rambutku udah panjang banget nih, secepatnya aku bakalan balik lagi kok" kata Sandra
Kemudian dia menarik tanganku dan berkata
"Anterin bentar ya"
Aku mendengus kesal, aku mengira dia bakalan potong sendirian.
Jeremy: Dimana Ra?
Zahra: Di salon, nganter Sandra potong
Jeremy: Gak jadi ke Carol?
Zahra: Jadi kok, tas aku udah disana habis ini aku balik lagi
Jeremy: Oh ya udah
Sekitar 20 menit Sandra sudah selesai, kita berdua pun bergegas kembali ke rumah Caroline
"Udah berapa persen ini?" tanyaku
"Sekitar, 45%" Jawab salah seorang teman
Aku pun membantu memotong kayu lapis atau yang sering disebut kayu tripleks menjadi lebih pendek agar dapat di gunakan menaruh buku, tapi semenjak aku sampai di rumah Caroline aku seperti melihat perbedaan di antara teman-teman ku semua. Mereka yang tiba-tiba menoel daguku sambil berkata 'cie-cie' ada juga yang yang melihat ku sambil tersenyum genit. Aku kira ini sudah terjadi apa-apa.
"Kalian kenapa sih? Ada yang salah sama penampilanku?"
"Enggak Ra" jawab mereka menahan tawa sambil ada yang mencubit lenganku
"Sini deh masuk ke ruang tamu yuk" Caroline mengajak ku
Ketika dia membuka pintu pembatas antara garasi dan ruang tamu aku terkejut disana sudah ada Ivan dan Ryan sedang duduk sambil bermain hp.
"Itu, siapa Ra?" Tanya Caroline sambil tertawa
"Surpriseeee" kata teman-teman ku
"Cieeeee cie" sambung Sandra
"Tapi kan aku gak ulang tahun hahaha" kata ku yang terus tak bisa menahan tawa, aku terlalu bahagia ada Ivan disini. Dia berdiri dan menarik ku untuk duduk di sampingnya.
"Kamu ngapain?" Tanya ku
"Aku mau nyemangatin kamu" dia mencubit ujung hidungku
"Tapi kan kamu barusan dari Surabaya, pasti capek"
"Semua lelahku hilang kalau aku udah ketemu sama kamu"
Dia merangkul pundak ku dan aku menatap kedua mata milik Ivan, benar-benar teduh. Aku merasa aman semenjak Ivan hadir dalam hidupku, aku merasa duniaku yang sepi ini telah kembali berwarna. Dialah kini yang aku cinta. Jeremy Ivan.
"Ikut gak?" Tanya Sandra
"Kemana?"
"Liat pertandingan sepak bola di Gor"
"Emang siapa yang sekarang tanding?"
"Bentar lagi sekolah kita, doi main nih mangkannya aku exited banget"
Aku menoleh ke arah Ivan, dan dia mengangguk
Akhirnya aku, Ivan,Sandra, Caroline, Ryan, dan Septi menuju ke Gor bersama-sama. Menurut kalian apa ini juga termasuk kencan pertama ku dengan Ivan? Untuk pertama kalinya aku duduk di sepeda Vixion milik Ivan.
"Kamu kan duduk miring, pegangan ya nanti kalau jatuh kan aku yang ribet" katanya
Tapi aku hanya diam, tetap tak berpegangan
"Ra, gak usah jaim pegangan aja" Ivan mempertegas
Karena aku tak menggubris akhirnya Ivan menambah gas sepeda motornya dan mengerem nya secara mendadak. Otomatis aku memegang jaket yang ia gunakan, tapi dia menarik tanganku dan melingkarkan di perutnya. Jantungku tidak dapat berkompromi lagi, ia berdetak diatas rata-rata.
"Parkir di dalem aja ya" teriak Sandra
Kita pun mengikuti arah sepeda Sandra yang melaju ke parkiran Gor bagian dalam. Sesampainya disana pertandingan sudah akan di mulai. Ramainya penonton membuat Ivan menggandeng tangan ku secara tiba-tiba.
"Daripada kamu nanti ilang di gondol orang" bisiknya pada telingaku, aku hanya diam sambil tersenyum.
Aku dan Ivan duduk bersebelahan. Jujur aku tidak menikmati pertandingan ini, tapi aku menikmati kedekatan ku dengan Ivan. Dia juga mengijinkan ku membuka hp nya, aku seperti bukan orang asing menurutnya, dia membiarkan aku mengetahui password dan melihat-lihat isi hp nya.
"Kamu ke gor mau liat pertandingan apa lihat isi hp ku sih?" Tanya ivan
"Iya deh ini aku balikin hehe"
"Santai aja"
Aku pun hanya nyengir
Sebentar lagi pertandingan akan selesai, dan di lihat dari skor sekolahku lebih unggul. Benar sesuai dugaan peluit dari wasit sudah di bunyikan dan sekolahku menjadi pemenang. Namun seketika penonton dari tim lawan turun ke lapangan dan melempar kan flare ke mana-mana. Mereka tidak terima jika tim idolanya kalah 3-0. Mereka mulai bertindak anarkis, aku dan Sandra mulai panik karena kita berdua masih menggunakan seragam sekolah.
"ayo cepetan turun!" Teriak Ivan sambil menarik tanganku
Dia menyuruh aku menggunakan jaketnya dan kedua tangannya menutup kepalaku karena takut jika sewaktu-waktu ada flare yang mengenai kita. Kita berdua lari menerobos lautan manusia yang sudah bertindak anarkis, aku tidak tau bagaimana nasib keempat temanku disana. Semoga mereka pintar dan segera keluar dari gor ini.
"Kamu gak kenapa-napa kan?" Tanya Ivan setelah kita berhasil keluar dari Gor.
Aku masih shock dan terdiam, dia pun menangkup wajahku dengan kedua tangannya
"Ada aku disini, jangan takut" ucapnya dengan sangat lembut. Aku tak tau lagi bagaimana jadinya kalau dia tidak melindungiku. Ini hal yang cukup sepele tapi jika kalian ada di posisi sekarang mungkin sudah sangat ketakutan.
"Terimakasih ya Van"
"Iya sama-sama, udah ayo pulang. Aku anterin"
Semenjak saat itu, aku percaya Ivan tidak mungkin mempermainkan aku, untuk menjalin hubungan yang lebih serius dia mungkin hanya butuh waktu. Kini dia lebih sering menghabiskan waktunya untuk-ku. Dia menemaniku kerja kelompok, dia menelfon ku saat aku kesepian, dia mengirimkan lagu-lagu romantis tapi selalu menolak jika ku suruh menyanyi. Malu katanya. Sebenarnya kebahagiaan itu selalu ada jika kalian menghargai dan mensyukuri hal-hal sederhana seperti ini. Tak perlu orang istimewa jika yang sederhana bisa membuat bahagia.
Don't forget to vote ya guys 😘😘