Werewolf's Mate

By tintakuning

67.1K 2.9K 111

James Arthur William. Pria itu percaya Minely Anderson adalah soulmate yang sejak dulu ia cari. Dan jangan lu... More

Werewolf's Mate
1
3
4-A
4-B
5A
5B
6

2

6.7K 359 9
By tintakuning

Sorry ngaret._.

Hope you like it

Saran, komentar dan VOTE, ditunggu ya :)

                                                                         ***

Lily terus saja memegang bibirnya tanpa sadar dan mendecak kesal begitu kilasan kejadian kemarin malam masih saja menghantui pikirannya. Ia masih tak percaya bibirnya telah tak perawan akibat pria sinting yang mencium dirinya seenak jidatnya. Membuatnya seperti ini, melamun tak jelas dan berakibat ia tak begitu konsen dengan ujian kuliahnya. Padahal ia harus mempertahankan nilainya atau beasiswa yang dimilikinya terancam di coret.

“Kau melamun lagi Ly” tukas sahabatnya Emely, nampak begitu bosan akan tingkah Lily yang masih saja memikirkan pencurian ciuman pertamanya.

Wajah Lily semakin menekuk, “Kau tidak tahu saja bagaimana rasanya. Ciuman pertamamu kan diambil oleh cinta pertamamu. Sementara aku?” ujar Lily mengebu. “Sudahlah, percuma aku berbicara denganmu” tukasnya kembali dan menyeruput orange juice milik Emely.

“Hei, itu minumanku. Kau ini!” ujar Emely mengomel lantas merebut paksa minumannya yang telah tinggal separuh.

“Dasar pelit, minta sedikit saja kau heboh seperti ini” ledek Lily seraya meleletkan lidahnya.

“Sedikit? Hei bocah—” Emely menjitak kepala Lily cukup keras. “Lihat, minumanku tinggal separuh dan kau bilang hanya meminumnya sedikit?”

“Emi—” Ucapan Lily terpotong begitu sebuah suara mengintrupsi keributan antar dirinya dan Emely.

“Err—maaf mengganggu” Lily mengadahkan kepalanya, melihat siapa yang tengah memotong ucapannya lantas memutar kedua bola matanya jenuh. Jack. Salah satu teman kampusnya yang selalu mengejarnya dan mengoceh tak jelas tentang kekayaan keluarganya. Membuat Lily muak mendengarnya.

“Boleh aku bergabung dengan kalian?” tanya Jack dengan senyum ramahnya namun tak berhasil membuat hati Lily menjadi berbunga-bunga.

“Tidak boleh, lebih baik kau pergi. Hush hush hush” usir Lily galak seraya mengibaskan tangannya.

Jack tersenyum tipis tak pengaruh akan penolakan Lily. Ia telah begitu kebal dengan segala penolakan yang dilontarkan oleh wanita itu, namun tetap tak mampu membuat hati Jack pindah ke lain hati.

“Thanks honey” ujar Jack tersenyum semakin lebar, memamerkan giginya dan tanpa persimi ia duduk di samping Lily dan berhasil membuat wanita itu mendelik kesal padanya.

“Sana, jauh-jauh dariku!” ujar Lily seraya berpindah tempat duduk di sebelah Emely yang nampak asyik meminum minumannya tanpa merasa terganggu akan ‘kemesraan’ Jack dan Lily.

“Hei, kenapa pindah? Ah, kau ingin melihat wajah tampanku ini lebih leluasa. Honey, kau so sweet. Aku tak menyangka kau sangat menyukai wajah tampanku” ujar Jack penuh percaya diri dan membuat Lily merasa ingin muntah.

Lily beranjak dari tempat duduknya seraya menarik paksa Emely untuk berdiri mengikutinya. “Dasar aneh, jangan ikuti aku!” Lily menunjuk Jack dengan pandangan sengit lantas berlalu pergi menyeret Emely.

“Apa kau tak takut Jack akan menyuruh ayahnya untuk memecatmu? Kau tahu kan cafe tempatmu bekerja milik ayah Jack” ujar Emely menatap Lily yang masih mencoba mensi-phoneilkan emosinya.

“Ya, aku tahu. Tapi kau lihat kan, sampai saat ini Jack tidak melakukannya?” Lily mengangkat bahunya acuh seraya menolehkan kepalanya ke kanan ke kiri menunggu bus.

Emely menganggukkan kepalanya tanda setuju, “Tapi kau harus tetap hati-hati, aku tak ingin Jack menggunakan kekuasaan ayahnya untuk memecatmu”

Lily memalingkan wajahnya menatap Emely sekilas, “Ya, kau tak perlu khawatir Emi” Lily menepuk pundak Emely pelan. “Aku duluan, kau tahu kan bibiku akan marah jika aku pulang telat?” imbuhnya seraya masuk ke dalam bus meninggalkan Emely yang masih mengunggu bus yang menuju satu jurusan dengan rumahnya.

***

“Kau telah lima menit Lily?! Kau tahu kan aku tak suka dengan keterlambatanmu itu” ujar Robinson menatap ponakannya yang hanya menundukkan kepalanya.

“Maafkan aku, aku masih menunggu bus datang” ujar Lily pelan menatap bibinya yang berkacak pinggang didepannya dan sepupunya –Annabelle— yang tengah memberikan senyuman mengejek di belakang ibunya –Robinson.

“Alasan, kau pasti ingin kabur dengan tugasmu kan?” ujar Robinson tanpa mengindahkan alasan Lily dan lantas menjambak rambut Lily dengan kasar, membuat wanita itu menjerit tertahan.

“Sakit biii—” ringis Lily tertahan. “Aku janji takkan terlambat lagi” imbuh Lily pelan, memohon pada bibinya untuk melepas jambakannya.

“Cepat masuk ke dalam kamarmu dan pakai baju yang telah ku siapkan” perintah Robinson seraya melepas jambakannya dari rambut Lily. “Jangan lupa berdandanlah, akan ada seseorang yang ingin membelimu nanti” Robinson mengibaskan tangannya, menyuruh Lily untuk segera masuk ke dalam kamarnya.

Lily tetap diam terpaku, mencerna ucapan bibinya. Ia akan dijual? Bagaimana bisa? “Bibi punya hutang?” tanya Lily dengan nada getir.

“Tidak, cepat pergi” ujar Robinson seraya mendorong Lily untuk segera pergi dari hadapannya.

“Kenapa bibi menjualku? Bibi menjual rumah ayah, aku rela tapi ku mohon jangan jual aku bi” ujar Lily dengan nada tercekat tak mampu membendung kesedihannya.

“Rumah ayahmu? Hei—ini rumahku” ujar Robinson marah dan melayangkan tamparan pada Lily, membuat wanita itu terisak menahan tangis. “Cepat kerjakan yang kusuruh dan jangan coba berpikiran untuk kabur”

***

Dengan isakan kecil yang keular dari mulutnya, Lily menghias wajahnya senatural mungkin. Sesekali ia meringis kesakitan ketika tangannya tak sengaja menyentuh wajahnya yang sedikit memar. Berulang kali, wanita itu menaburkan bedak diatas lukanya menyamarkan torehan luka yang ia dapat tadi. Tak terasa benda bening itu sudang memenuhi kelopak mata indahnya,  dengan gerakan cepat diambilnya tisu di sebelah meja riasnya lebih tepat meja kecil yang sudah reyot. Ia tak ingin jika make-up yang ia pakai luntur dan menyebabkan dirinya mendapat siksaan dari bibinya.

“Heh, wanita jalang?! Cepat keluar!! Calon suamimu sudah datang!” ujar Robinson memanggil keponakannya untuk segera keluar.

            Lily segera keluar dari kamarnya mengikuti intruksi dari bibinya, ia tak ingin membuat bibinya semakin marah dan memukulnya habis-habisan. Eve terus saja menunduk takut mengikuti jalan bibinya dari belakang. Ia tak berani mengangkat kepalanya menatap calon pembeli yang membelinya apalagi hanya untuk menatap bibinya yang seolah-olah ingin menerkamnya tuk dijadikan mangsa.

            Dengan hati-hati Eve duduk di sofa disebelah bibinya, dimainkannya gaun hitam yang ia pakai. Ia sengaja mengerai rambut coklat terangnya tuk menutupi wajahnya yang pucat. 

“Halo, Mr.William. Bagaimana? Cantik bukan?” ujar Robinson seraya menyunggingkan senyumannya, tak sabar untuk mendapatkan uang dari hasil menjual keponakannya.

            Pria yang di panggil Mr.William  itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya tanda setuju. “Ya, sesuai dengan apa yang ku cari” ujarnya tanpa melepaskan pandangannya sedikitpun dari wanita di depannya.

Robinson tersenyum senang bukan main, ia tak menyangka mimpinya menjadi orang kaya akan segera terwujud berkat keponakannya.

“Kalau begitu, aku bisa membawanya sekarang kan?” ujar pria itu kembali, membuat Lily semakin erat memegang ujung pakainnya. “Chris, berikan uangnya!” perintahnya lantas berdiri dari tempatnya dan menarik pergelangan tangan Lily lembut.

Lily pun tetap menundukkan kepalanya, masih tak berani mendongakkan kepalanya. Takut. Perasaan itu yang ia rasakan. Ia tak tahu harus bersikap jika yang membelinya adalah seorang bandot tua yang menyukai daun muda.

Lily mengaduh kesakitan, ia tak sadar orang yang telah membelinya itu telah berhenti berjalan dan membuatnya membentur dada bidang pria itu. Dada bidang?

“Angkat kepalamu”perintah pria di depannya, membuat Lily tanpa sadar mendongakkan kepalanya dan terperangah kaget atas apa yang ia lihat. “Kau—”

“Kita bertemu lagi lady” ujar pria di depannya lantas menundukkan kepalanya dan mencium bibir Lily sekilas.

***

Continue Reading

You'll Also Like

482K 3.2K 5
Akurnya pas urusan Kontol sama Memek doang..
17.3M 825K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
STRANGER By yanjah

General Fiction

296K 33.6K 37
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...
797K 7.3K 20
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...