Wolf Grey : A Girl Meets Were...

Autorstwa shihanssi

21.1K 3.3K 652

[Completed] © Copyright, 2018 _________________________________________ "Because I love you, I will protect y... Więcej

Coming Soon
1. Christmas Eve
2. Hugo Boss Bottled
3. Warm And Cozy
4. Black Suit
5. About Wolf Grey
6. Remember Me
8. Tell Me
9. Days Without You
10. Days With You
11. Just Friend
12. Reason Why
13. Heartbreaking
14. Hard To Me
15. The War : Part 1
16. The War : Part 2 End
17. I Miss You - End
Epilog

7. Habit

1K 171 10
Autorstwa shihanssi

Main Cast :
• Bae Jinyoung
• Kim Sohyun

Tekan ⭐ sebelum membaca

o)(o

Pria berkulit coklat nan erotis itu meletakkan skenario Wolf Grey diatas meja tamunya. Ia memandang lamat-lamat skenario itu.

Ia menghela nafas panjang kemudian melangkah meninggalkan ruang tamunya. Pria itu menarik laci meja yang terdapat di sekitar ruangannya. Benda kecil itu dikeluarkan dan diletakkan begitu saja di atas nakas.

Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, benda itu bergetar dan di iringi dengan suara ringtone panggilan. Ia tersenyum kecil.

"Ya!" ucapnya sembari menempelkan smartphone itu daun telingnya.

"Apa hyung ada dirumah?" tanya suara berat di sebarang telfon. Pria itu hanya mengangguk pelan, ia memutar badannya dan kembali melangkah pada sofa empuknya.

"Ya, ada apa?"

"Aku ingin bertemu denganmu."

Pria bersurai coklat itu tersenyum. "Kalau begitu datanglah ke apartemen ku jam 12. Bagaimana?"

"Akan kuusahakan."

"Baiklah, kakak akan menunggumu adik kecilku."

Bib

Pria bersurai coklat itu mengakhiri sambungannya. Ia melempar ponselnya diatas meja, tepat disisi skenario Wolf Grey.

Pandangannya kembali tertuju pada naskah itu. Ia mengangkat ujung bibirnya, membuat senyum miring.

"Kita harus bertemu lagi Kim Sohyun-ssi."

.
.

Sohyun melangkah menuju balkon kamar. Diluar ia mendapatkan cahaya matahari yang cukup. Pemandangan diluar sungguh luar biasa, deretan pohon pinus berjajar cukup rapih. Beberapa pohon besar lainnya juga tumbuh, pemandangan hijau yang jarang ditemui saat dikota.

Sohyun merasa sangat nyaman berada jauh dari kota seperti ini. Pikirannya tenang dan ia mendapatkan banyak udara yang masih segar. Sohyun tersenyum kecil, dan memejamkan matanya menikmati udara yang masih segar ini.

Wanita bersurai coklat emas itu merasakan tubuhnya menghangat perlahan. Ia membuka kelopak matanya perlahan dan tersenyum.

Jinyoung memeluk tubuh kekasihnya dari belakang. Ia menyatukan dagunya di pundak Sohyun dengan manja.

"Kau menikmati pemandangan, ehm??" tanya Jinyoung dengan suara beratnya. Sohyun mengangguk, tangannya bergerak menyentuh tangan Jinyoung yang melingkar di perutnya.

Jinyoung tersenyum. "Saat-saat seperti ini mengingatkanku pada kenangan itu."

"Yang mana?"

"Umm saat aku membawamu ke atas bukit untuk melihat matahari terbit."

Sohyun tertawa pelan. Ia memutar badannya menghadap Jinyoung, tanpa melepaskan pelukan pria bersurai madu itu.

"Saat aku kecil?" Jinyoung menganggukkan kepalanya. Pria bersurai madu itu tersenyum cukup manis, membuat jantung Sohyun berdebar cukup kencang.

Hanya sebuah senyuman, bukan sentuhan. Tapi membuat jantungnya berdebar tidak karuan.

"Waktu itu aku masih terlalu kecil, bagaimana bisa kau menyukaiku?"

"Hanya saja. Entah, aku tidak memiliki alasan untuk menyukaimu. Aku mencintaimu, dan hanya itu yang aku tahu."

Sohyun merasa pipinya merona merah. Ia tidak akan sanggup lagi berlama-lama dihadapan Jinyoung seperti ini.

Bae Jinyoung tersenyum kecil melihat pipi Sohyun yang memerah seperti tomat.

Cup

Jinyoung mengecup singkat bibir peach milik Sohyun. Wanita bersurai coklat emas itu membulatkan matanya saat permukaan bibirnya bersentuh dengan bibir Jinyoung yang lembut secara singkat.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sohyun malu. Ia yakin pipinya semakin memerah karna perlakuan Jinyoung.

Jinyoung tidak menjawab. Ia hanya tersenyum sambil memperlihatkan eyes smile nya yang mematikan.

Sohyun mempoutkan bibirnya dengan imut. Matanya bergerak mengamati jam tangannya, dan Jinyoung mengikuti arah pandang kekasihnya itu.

"Aku harus segera pulang, masih ada beberapa pekerjaan yang harus ku selesaikan." Sohyun mengangkat wajahnya dan menatap Jinyoung. Saat mengamati wajah Jinyoung, Sohyun melihat sebuah kerutan halus di dahi pria itu.

"Tidak bisakah kau tinggal beberapa hari lagi disini?"

Sohyun tersenyum. Kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

"Sebenarnya aku ingin, hanya saja aku harus segera pulang. Aku harus menyiapkan naskah dan menemui tim produksi."

Jinyoung memandang Sohyun dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia diam beberapa saat sebelum akhirnya membuka mulut untuk berucap.

"Tinggallah sehari lagi disini. Kumohon, aku masih ingin menghabiskan waktu berdua denganmu." Ucap Jinyoung sambil menyeka anak rambut Sohyun kebelakang telinganya. "Hanya disini kita bisa menghabiskan waktu berdua." lanjutnya sambil tersenyum.

Sohyun tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Pipinya semakin memerah, mendengar perkataan Jinyoung yang terdengar menggoda.

Belum beberapa jam mereka berdua seperti ini. Tapi Jinyoung sudah membuat pipinya berulang kali memerah seperti ini. Apakah Jinyoung menyukai jika pipinya memerah seperti ini terus menerus.

Jinyoung mengacak-acak rambut Sohyun dengan gemas.

"Hentikan Young-a, kau merusak tatanan rambutku." Jinyoung menghentikan kegiatannya. Masih dengan mode tersenyum ia melepaskan pelukannya dan melangkah satu langkah kebelakang.

"Ayo kita sarapan." ucapnya meraih lengan Sohyun dan menariknya masuk kedalam rumah.

Sohyun hanya bisa menurut pada pria bersurai madu itu membawanya masuk kedalam rumah.

.
.

Deretan kursi tertata rapih di meja besar melingkar. Beberapa orang sudah menempati kursinya. Sebagian dari mereka terlihat sangat kesal dan ada beberapa yang mengalihkan kekesalannya untuk membaca pada sebuah naskah diatas meja.

Pria paruh baya itu melepaskan kaca mata bening yang bertengker di hidung nya, meletakkannya di atas meja dengan pelan. Mata sayunya terlihat sangat lelah. Beberapa kali ia mengusap dan memijit tulang hidungnya.

Sementara seorang pria muda berambut blonde itu hanya diam. Ia terlihat fokus membaca naskah tersebut.

"Apa kau yakin akan membintangi film Wolf Grey?" Pria bersurai blonde itu mengangkat pandangannya dan menatap pria paruh baya tersebut.

Ia menjawab dengan anggukan kepalanya. Setelah menjawab pertanyaan pria tua itu, ia kembali memfokuskan pandangannya pada naskahnya.

"Ini debut pertama mu sebagai seorang aktor. Kau jangan gegabah mengambil keputusan Felix. Kau seorang idol, bukan aktor."

"Apa salahnya? Ini hanya akting." ucapnya tenang. Sementara pria yang umurnya tidak terpaut jauh dengan Felix hanya menengok dan memandangnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Presdir mengkhawatirkan reputasimu Lee Felix."

Felix memutar matanya malas, ia menengok menatap menagernya itu dengan tajam.

"Hyung, apa salahnya mengambil keputusan ini?"

"Masalahnya ini adalah film. Untuk idol rookie sepertimu seharusnya membintangi sebuah web drama." ucap pria tua itu. "Ambillah drama kecil untuk menjadi pengalaman mu dalam bidang akting."

Felix memutar matanya malas. Pandangannya kembali terfokuskan pada naskah didepan matanya. Wolf Grey, ahhh ingin sekali dia membintangi film bergenre action itu.

"Biarkan aku ikut serta dalam pembuatan film ini. Bukankah penulisnya yang menunjukku sebagai karakter Song Yoon Gi? Jika dia memilihku berarti dia telah mengambil keputusan yang matang."

"... seorang penulis tidak akan dengan mudah menentukan siapa yang menjadi karakter naskahnya." Ucap Felix dengan pandangan tajam.

Presdir dan sang menager membeku saat pandangan tajam itu ditujukan kepada mereka. Entah mengapa suasana menjadi sangat mengerikan dan menyesakkan. Tiba-tiba udara didalam ruangan tersebut menipis membuat mereka seolah susah untuk bernapas.

Sementara Felix terlihat sangat santai meski tatapan nya sangat tajam nan membunuh.

• • •

Sohyun menganggukkan kepalanya mengiyakan saat sahabatnya itu menunjukkan sebuah mini dres berwana abu-abu didepan matanya.

Hampir satu jam sudah Sohyun menemani sang sahabat untuk berbelanja. Sementara belum ada satupun yang dibeli Saerom. Sohyun menghela nafas kesal, ia tidak suka hal seperti ini. Terlalu ribet dan membosankan.

"Apakah masih lama Saerom-ah?"

Wanita berambut pendek itu hanya tertawa kecil. "Aku bingung harus membeli baju yang mana untukmu."

"Kau tahu aku memiliki segudang baju di lemari. Jadi berhentilah membelikanku baju."

"Tidak akan, heii. Ini baju harus kau kenakan saat conferensi pers nanti. Kau tidak boleh menggunakan baju itu terus."

Sohyun memutar matanya malas. Ia bangun dari duduknya kemudian mengikuti sahabatnya itu memilih baju. Ia tidak boleh diam saja jika ingin cepat-cepat keluar dari pusat perbelanjaan ini.

"Kapan pembacaan naskahnya?"

"Besok." jawab Sohyun seadanya. Mata hitamnya sibuk mengamati pakaian yang tergantung didepan matanya.

"Jadi SHB setuju, dan Jeon Somi akan menjadi Hyun Ji?" Sohyun hanya mengangguk pelan.

"Lalu Kim Jong In?"

"Dia setuju untuk memerankan karakter Han Dong Woo, begitu pula dengan Felix."

"Daebak, Kim Jong In setuju." tanya Saerom dengan mata berbinar bahagia. Ia melangkah mendekati sahabatnya yang tengah mengamati kemeja hitam.

Sekali lagi Sohyun hanya mengangguk.

"Bagaimana bisa kau meyakinkan Jong In untuk membintangi film mu?"

"Tidak ada, kami cuma yah berbicara sebentar dan dia menyetujui bahkan agensinya mendukung." Ucap Sohyun sambil menengok. Ia tersenyum menatap sahabatnya itu.

"Uhh aku sangat iri melihatnya. Bagaimana pendapatmu? Apa Jong In terlihat tampan ketika dilihat secara langsung?"

Sohyun menghentikan kegiatannya. Netranya menatap lekat wajah sahabatnya yang penasaran dengan penampilan Jong In ketika dilihat secara langsung.

"Biasa saja."

Itu bukan jawaban Sohyun.

Sohyun dan Saerom membalikkan badannya saat suara berat itu menjawab pertanyaan Saerom.

Manik Sohyun melebar saat mendapati Jinyoung dengan setelan jas hitamnya berdiri tidak jauh darinya sembari melempar senyum yang mematikan.

Pria bersurai madu itu mendekati kedua wanita itu. Setelah berada di samping Sohyun, Jinyoung menunduk memberi salam pada Saerom.

"Kau ada disini?" tanya Sohyun mengamati Jinyoung.

Pria bersurai madu itu menengok. Ia mengangguk pelan, menjawab pertanyaan kekasihnya itu.

"Aku kesini untuk menjemputmu." ucapnya sembari merangkul pinggang Sohyun dengan posesif, seolah ia tidak membiarkan wanita itu menjauh secenti pun darinya.

Saerom yang melihatnya hanya tertegun dan semakin iri. Pemandangan dihadapannya membuatnya cemburu, ia ingin mendapatkan kekasih seperti Jinyoung yang seromantis ini.

Sohyun yang diperlakukan seperti ini didepan sahabatnua, terlihat biasa saja. Ia terlihat tidak risih, toh ini sudah menjadi kebiasaan Jinyoung yang memperlakukannya semanis ini meski didepan umum.

"Kalian mau pergi?"

Sohyun menengok.

"Iya, dia cuma mengantarku ke Hansung Hospital."

"Kerumah sakit? Untuk apa?"

Pupil Saerom melebar mendengar sahabatnya itu pergi kerumah sakit. Manik hazel milik Saerom bergerak mengamati Sohyun dan Jinyoung secara bergantian.

Saerom menarik lengan Sohyun agar mendekat ke sisinya. Tarikan wanita berambut pendek itu berhasil melepaskan rangkulan Jinyoung di pinggan Sohyun. Pria itu terlihat santai meski Saerom menarik Sohyun menjauh darinya.

"Kyak, kalian baru berkencan dan apa ini kalian mau kerumah sakit? Kau hamil?" bisik Saerom ditelinga Sohyun.

Sohyun mengerutkan keningnya. Secara spontan badannya sedikit menjauh dari sahabatnya itu.

"Dasar, jangan mengada-ngada. Aku kerumah sakit untuk bertemu dengan dokter Kim. Ada masalah kesehatan dalam naskah Wolf Gray yang harus kudiskusikan lagi dengannya."

Saerom menjatuhkan rahangnya. Maniknya bergerak mengamati Jinyoung yang mencoba menahan senyumnya. Ia tahu jika pria itu apa yang terjadi saat ini.

Dengan perasaan yang malu, Saerom menggaruk telengkuknya yang tidak gatel itu.

Sementara Sohyun hanya menggelengkan kepalanya perlahan memperhatikan kebodohan sahabatnya yang telah menuduhnya yang tidak-tidak.

"Kalau begitu aku harus pergi, hm. Kau tidak apa-apakan?" Saerom menganggukkan kepalanya. "Soal baju, itu terserahmu. Kau mau yang pilih yang mana nanti aku akan mengenakannya."

"Baiklah, hati-hati dijalan oke."

Sohyun tersenyum, ia melangkah mendekat pada Jinyoung. Dan sekali lagi pria bersurai madu itu memeluk pinggan Sohyun.

"Apa kau mau makan dulu?" tanya Jinyoung menyeka anak rambut Sohyun yang menghalangi dirinya memandangi wajah cantik kekasihnya itu kebelakang telinganya.

Sohyun menengok. Ia tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.

"Tidak, nanti saja kita makan malam bersama setelah aku bertemu dengan dokter Kim."

"Benarkah? Kita makan diluar atau dirumah?"

"Rumah, nanti aku akan memasakkan mu makanan yang enak."

"Jinjjayo?"

Jinyoung menghentikan langkahnya, dan diikuti oleh Sohyun. Wanita bersurai coklat emas itu tersenyum.

.
.

Sohyun melangkah kakinya masuk kedalam gedung beraroma obat-obatan itu. Tempat itu terlihat sangat ramai, sesekali Sohyun melihat para perawat dan dokter berlarian mendorong ranjang yang diisi oleh pasien.

Sohyun terdiam mengamati sekitarnya.

Namanya juga rumah sakit, tentu saja akan ramai dikunjungi penjenguk atau pasien. Tapi, hari ini menurut Sohyun pasien terus berdatangan setiap menitnya.

Ini belum 10 menit Sohyun menginjakkan kakinya di Hansung Hospital. Namun, wanita bersurai coklat emas itu sudah melihat setidaknya empat ranjang pasien yang didorong oleh perawat.

"Minggirrr!!!"

Sohyun membalikkan badannya saat pekikan suara dari arah belakangnya menyakiti gendang telinganya. Pupil Sohyun melebar, ranjang pasien didorong dengan cepat kearahnya. Dalam hitungan detik saja bisa menabrak dirinya.

Sebuah tangan kekar itu menarik pinggan Sohyun. Membawa wanita itu menggser dari tempatnya yang menghalangi jalan perawat membawa pasien.

Tubuh mungil Sohyun menabrak tubuh kekar milik seseorang. Manik hitam Sohyun membulat dengan sempurna menerima kejadian yang mengejutkan seperti ini.

Aroma mint tubuh itu masuk kedalam indra penciuman Sohyun.  Sohyun mengangkat wajahnya perlahan memperhatikan wajah seseorang yang telah menyelamatkannya.

Pria itu menundukkan kepalanya saat dirasa ada pergerakan di dadanya.

Manik hazel pria berjas hitam itu menatap lekat bola mata hitam Sohyun.

"Oh, sekretaris Kang." guman Sohyun pelan. Namun pria yang disebut namanya itu dapat mendengar dengan jelas namanya disebut oleh pemilik suara indah itu.

Sohyun memperbaiki posisinya. Menjauhkan dirinya dari dekapan sekretaris Kang.

"Ada apa anda kemari?"

"Saya diminta direktur Bae untuk menemani anda bertemu dengan dokter Kim." Sohyun mengangkat kedua alisnya setelah mendengar jawaban sekretaris Kang. Ia merasa sedikit janggal dengan apa yang dikatakan oleh pria berbahu lebar itu.

Saat Sohyun pergi bersama Jinyoung tadi, pria itu mengizinkannya untuk pergi seorang diri untuk bertemu dengan Mingyu. Tapi ini belum beberapa menit yang lalu, sekretaris Kang sudah ada disini dan mengatakan untuk menemaninya menemui Mingyu.

"Dia meminta saya untuk menjaga anda, Ia merasa cemas karena membiarkan anda pergi seorang diri bertemu dengan Mingyu."

"Memangnya apa yang akan dilakukan Mingyu padaku. Dia hanyalah seorang dokter."

Daniel tersenyum kecil. "Bukan Mingyu, tapi tempat ini. Dia khawatir anda akan kenapa-kenapa..."

"...lihat baru beberapa menit ditinggal Jinyoung, anda sudah hampir ditabrak dengan ranjang pasien."

Sohyun memutar matanya malas. Ia tidak menyangka apa yang didengarnya barusan.

Sementara Daniel menatap Sohyun dengan pandangan datar, seolah ia sudah terbiasa dengan ekspresi seperti itu.

"Baiklah, ayo kita bert-"

"AWASSSS!!!"

Sreeekkk

Sohyun merasakan perih luar biasa dibagian lengannya. Lengannya robek dan mengeluarkan darah yang berbau anyir itu.

Sementara Daniel menatap tajam darah yang mengalir itu.

"Ohh jwesonghamnida, jwesonghamnida." Ucap seorang wanita berparas cantik mendekati Sohyun. Ia terlihat sangat ketakutan setelah tindakan cerobohnya yang menjatuhkan tiang infus tepat di dekat Sohyun.

Wanita berparas cantik itu menggigit jarinya saat melihat darah kental itu terus mengalir di lengan Sohyun, bahkan jika diamati lebih dalam robekan pada lengan wanita bersurai coklat emas itu cukup lebar.

Daniel menarik Sohyun mendekat kearahnya dan menggendongnya ala bridal style. Dan dengan gerakan spontan Sohyun melingkarkan tangannya di leher Daniel.

Maniknya menatap lekat raut wajah khawatir Daniel. Ini adalah pertama kalinya Sohyun melihat Daniel sekhawatir ini kepadanya.

"Dimana UGD nya." ucap Daniel menatap perawat yang telah melukai Sohyun dengan tatapan membunuh.

Perawat itu meneguk ludahnya kasar. Ia terlihat takut melihat pria itu saat ini, ada kilatan nyalang dimata hazelnya.

"Katakan dimana SIALAN!!!!"

"Ma-m-mari i-ik-ikut saya." ucap wanita itu terbata ketakutan.

Netra Sohyun tidak pernah berhenti untuk melihat gurat wajah Daniel yang kini memerah karna marah. Pria itu jelas sangat marah kepada perawat yang telah membuatnya terluka seperti ini.

Sohyun merasa dadanya menghangat, bahkan jantungnya berdebar sangat cepat. Ia tidak tahu mengapa jantungnya bisa sebrengsek ini berdetak dengan cepat kepada Daniel.

Jantungnya yang seharusnya berdetak dengan cepat ketika ia bersama dengan Jinyoung, juga ia rasakan saat ini bersama dengan Daniel.

Daniel menunduk. Netranya mendapati sepasang mata sendu itu menatapnya dengan lekat.





























































































































"Maafkan aku. Seharusnya aku yang menerima luka itu. Akan ku pasti kan dia akan membalas perbuatannya hari ini."

🍁🍁🍁

See you next chapter

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

1.2K 222 10
Peringkat satu bukan sekedar ambisi untuk Hinata. Dia rela menggunakan jam makan siang untuk belajar, mengunjungi perpustakaan lebih sering setiap ha...
2.4K 121 37
Saat kau bersama ku, aku menjadi begitu egois. merelakan adalah hal yang sulit saat kau mulai beranjak pergi. tapi aku bersyukur dapat mengenal dan m...
153K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
64.8K 4.7K 20
Kisah sehari-hari Sakura dan teman-temannya. Kisah yang melibatkan rasa rumit yang disebut dengan 'cinta' dalam pertemanan mereka. Warning: Fiksi, Ga...