Diamond Dust

By AoiAysel

13.9K 1.4K 66

A NaruHina Fanfiction for #NHFD9/2018 Keluar dari panti rehabailitasi akibat kecanduan narkoba, Hyuga Hinata... More

---Red String---
---Spiralling Sapphire---
---Yellow Sunshine---
---White LunaR---
---True Colour---
---Orange---

---Lavender Sweet Orange---

2.4K 228 13
By AoiAysel

Seekor Siberian Husky dengan pola melingkar di bawah lehernya berlari di hamparan daratan putih bersalju. Kaki-kakinya terbenam dalam tumpukan salju yang turun dan belum berhenti hingga pagi ini. Kepingan-kepingan es yang menumpuk pada bulu di kepalanya tidak mampu untuk mendinginkan tubuhnya yang panas.

Dari kejauhan anjing rupawan itu mengamati sebuah mobil sedan hitam melaju dengan kecepatan pelan menuju bandara. Wujud penyamarannya ini memungkinkan dia beraktivitas di tengah masyarakat kota.

Belum setengah jam dia dipisahkan dari Hinata tetapi, rasa rindu yang mendalam sudah membuatnya hampir mati merana. Hyuga Hiashi membawa putrinya kembali ke Tokyo.

"Naruto. Kau harus berangkat." Kushina memandang sedih pada anaknya. Hati seorang ibu pasti merasakan sakit yang sama jika melihat buah hatinya terluka.

Mau tidak mau Naruto harus kembali ke negaranya. Namikaze Naruto membuat kesepakatan dengan calon mertuanya bahwa dirinya dan Hinata dilarang bertemu sampai tiba waktunya pernikahan.

...

Hyuga Hiashi mendampingi Namikaze Minato dan isterinya saat berhadapan dengan tetua Hyuga.

"Jadi... Namikaze-san apa kesibukan anda sehari-hari?" tanya seorang Tetua yang nampak sangat renta.

Minato mengerti kemana arah pembicaraan basa-basi ini. Para sesepuh Hyuga pasti ingin mengetahui pekerjaannya untuk pertimbangan apakah putranya pantas untuk mendampingi penerus mereka. "Saya seorang kepala suku."

"Kepala suku, eh?" Bukan hanya para tetua yang terkejut tetapi juga Hiashi. Dari semua pekerjaan di dunia, dia mendapat calon besan seorang kepala suku. Orang tua itu sudah membayangkan sebuah komunitas kecil masyarakat yang tinggal di pedalaman hutan.

"Untuk urusan kelangsungan perekonomian rumah tangga, saya punya orang kepercayaan yang menangani perusahaan multinasional kami dengan sangat baik. Tetua pasti mengenal Hatake Kakashi-san."

Hadirin nampak sangat takjub. Siapa yang tidak mengenal Hatake Kakashi---seorang CEO berpenampilan eksentrik yang kesehariannya mengenakan masker untuk menutupi wajahnya.

Kushina memutar bola matanya. Wanita itu sudah hafal kebiasaan suaminya yang tidak tahan untuk pamer dan membuat orang lain terkesan.

Setelah pengakuan Minato secara tidak langsung tentang status sosial dan jumlah kekayaan yang dimiliki keluarganya---rencana pernikahan berjalan lancar bahkan tanpa satupun keberatan dan interupsi dari para tetua yang biasanya banyak tuntutan.

"Sudah ditetapkan, satu minggu dari sekarang di kuil Rinne."

...

"Berhentilah mondar-mandir di hadapanku." Uzumaki Karin membanting rusa buruannya ke kaki Naruto. Sejak pagi gadis berambut merah itu sudah dibuat kesal oleh sepupu kuningnya yang tidak bisa tenang walau sekejap.

"Kalau kau merindukan gadis itu, pergilah temui dia. Lihat tubuhmu sampai kurus seperti itu. Wajah murung jelekmu itu membuat moodku selalu buruk."

"Tapi, Hiashi-san bilang akan membatalkan pernikahan kalau aku menemui anaknya." Naruto sebenarnya tergoda oleh aroma daging rusa segar setelah hampir satu minggu dia kehilangan nafsu makan.

"Apa kau bodoh? Mengapa aku punya pertalian darah dengan idiot ini." Karin meluapkan kekesalannya yang sudah menumpuk sejak Naruto yang seperti mayat hidup pulang dari Jepang.

"Kalau kau menari-nari di hadapan calon mertuamu tentu saja dia akan tau. Kau tidak pernah dengar kata me-nye-li-nap?"

Karin kembali memanggul rusa-nya. Gadis itu memilih menikmati makan malam di dalam pondoknya sendiri. "Membuang-buang waktuku saja memberitahu hal sepele seperti itu."

...

Satu hari sebelum pernikahan, Namikaze Naruto menyelinap ke dalam kompleks perumahan Hyuga. Matahari belum nampak saat pemuda itu mengetuk jendela kamar Hinata.

"Naruto?!" Hinata hampir saja berteriak karena mengira pemuda itu sebagai pencuri.

"Mau jalan-jalan?" ajak Naruto.

"Di udara sedingin ini?" Hinata bertanya tetapi, dia tanpa ragu mengambil mantel dari lemarinya. Dengan bantuan Naruto gadis itu melompati jendela. "Aku harus kembali sebelum ayah menyadari kepergianku." Naruto mengangguk. Mereka mengendap-endap tanpa terlihat hingga ke luar dari gerbang mansion Hyuga.

Naruto memacu motornya dengan kecepatan pelan. Jalan yang licin akan mudah mengakibatkan kecelakaan. "Kau bisa memelukku kalau kau kedinginan," tawar Naruto.

Hinata mengalungkan lengannya ke perut calon suaminya. "Kau adalah orang asing bagiku tetapi... Aku merindukanmu."

Perjalanan terasa sangat singkat. Mereka sudah berada di kawasan Gunung Moiwa. "Tempat ini buka pukul sebelas," kata Hinata.

"Justru itu, ini adalah waktu yang tepat."

Dalam gerakan cepat Naruto mengangkat tubuh Hinata ke dalam gendongannya. Pemuda itu bermaksud mendaki gunung yang berselimut salju.

Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah hamparan salju berwarna putih dan batang-batang pohon hitam meranggas. Hinata menyadari sesuatu saat memeluk leher Naruto. Suhu tubuh pemuda itu terasa familiar. Kulitnya terasa panas di atas rata-rata suhu tubuh manusia normal.

Hinata tidak banyak bicara, dia mempercayai Naruto bahwa lelaki itu tidak akan membuatnya dalam bahaya. Jalan setapak yang mereka lalui sudah melenceng jauh dari jalur pendakaian yang disediakan pengelola gunung.

"Sudah sampai."

Hinata mengamati sekelilingnya. Tidak ada apaun selain warna putih dan hitam. Pohon-pohon kering yang menjulang terlihat seperti kue jahe yang bertabur gula bubuk.

"Aku tau akan menyesali ini seumur hidupku. Aku sudah bersiap dengan semua resikonya." Naruto berbicara sambil tersenyum sedih.

"Apa yang sedang kau bicarakan?" Yang tidak diketahui oleh Hinata adalah resiko yang dia maksudkan adalah jika Hinata memutuskan untuk menolak jati dirinya, maka Naruto memilih untuk mengakhiri hidup.

" Jadi apa yang ingin kau tunjukan?"

Naruto meminta Hinata menjauh dengan isyarat tangan. Saat dia merasa jaraknya aman. Naruto menanggalkan pakaiannya satu persatu.

"Apa maks---" Hinata memalingkan wajah dari penampakkan Naruto yang tanpa sehelai benangpun di tubuhnya.

"Jangan mengalihkan pandangan," pinta Naruto. Hinata menoleh dengan tegukan ludah yang terdengar jelas di hutan yang sunyi. Kemudian terjadilah hal yang tidak pernah dia perkirakan sebelumnya.

Tubuh Naruto menyusut. Dari kulitnya tumbuh bulu-bulu lebat dengan kecepatan mencengangkan. Lututnya tertekuk, kedua lengannya jatuh menapak tanah. Perlahan kepalanya berubah menjadi moncong. Hanya butuh beberapa detik proses perubahan wujud itu terjadi, hingga dalam sekejab seekor anjing Siberian Husky telah berdiri di depan mata Hinata.

Bola mata Hinata membelalak, gadis itu membuka mulutnya ingin menjerit. Kakinya refleks melangkah mundur, insting ingin mempertahankan hidup membuatnya ingin berlari sejauh mungkin.

"Apa kau takut?" Anjing itu berbicara dalam suara Naruto yang rendah dan sensual.

"Ka... kau bisa bicara?" kata Hinata terbata-bata. "Jadi kau Naruto yang itu?" Yang Hinata maksudkan adalah anjing yang mengikutinya pulang dari tempat rehabilitasi narkoba.

"Kau sudah mengenalku bahkan sebelum aku memperkenalkan diri." Siberian Husky itu tersenyum, buku kuduk Hinata meremang menyaksikan pemandangan ganjil ini.

"Sudah kuduga, kau memang anjing yang aneh."

"Tetapi, bukan ini yang ingin ku perlihatkan padamu." Naruto memutar tubuhnya menjauh beberapa langkah lagi dari Hinata.

"Eh? Ada lagi?"

"Kau mau melihatnya?" Kali ini Naruto si anjing benar-benar tidak menyembunyikan senyumannya.

Gadis itu mengangguk sebagai persetujuan. Hinata mungkin tidak menyadari begitu cepat dia menerima kejadian luar nalar ini. Dia tidak berteriak histeris atau kabur tetapi, malah memilih mempercayai ucapan seekor anjing jadi-jadian.

Terdengar bunyi geraman rendah nan menakutkan dari rahang Naruto. Tiba-tiba saja tubuhnya membesar, menjulang dalam satu detik. Dari rahangnya keluar gigi-gigi tajam dengan air liur yang menetes. Bola-bola matanya berpendar biru mengalahkan terangnya sinar matahari pagi.

Hyuga Hinata menganga dengan mulut lebar. Untuk melihat keseluruhan wujud Naruto, kepalanya harus menegadah karena tubuh baru pemuda itu jauh lebih tinggi dari dirinya.

Siapapun yang melihat pasti akan tau betapa mengagumkan dan berkuasanya makhluk itu. Aura mengintimidasi mengakibatkan udara yang dihirup Hinata terasa berat. Dia mulai sulit bernapas, gadis itu terengah-engah. Kakinya lemas dan bergoyang seperti agar-agar.

Namun ketika Hinata melihat langsung ke dalam mata beriris biru terang itu, semua rasa takut yang menyesakkan dada menghilang begitu saja. Tatapan matanya berganti rasa kekaguman dan perasaan ingin memiliki yang sangat kuat.

Kemudian mata bulan itu terlihat kosong. Tubuh Hinata jatuh dan hampir saja membentur akar dan bebatuan jika Naruto tidak segera meraihnya ke dalam dekapan.

...

Hinata membuka kelopak matanya perlahan. Dia sudah berada di atas kasurnya yang hangat. Sudah tidak ada lagi Naruto di sana. "Apa aku bermimpi?"

Gadis itu mengernyit. Lengannya terasa sakit. Hinata menggulung bajunya dan mendapati lengannya memar berbentuk genggaman jari-jari. Semua ingatan tentang Naruto menyerbu masuk ke dalam kepalanya.

Di bagian lain kediaman Hyuga, anggota keluarga lain sibuk dengan aktivitas persiapan pernikahan. Ketukan pelan di pintu kamarnya membuat hinata tersadar dari lamunannya.

"Nee-sama... Terumi-san ingin kau mencoba furishodenya."

"Maafkan aku Hanabi. Katakan pada perancang busananya, aku akan mencobanya nanti."

Hyuga Hinata bimbang. Satu persatu ucapan Naruto yang tidak dia mengerti dulu kini terasa masuk akal.

"Kau menyukaiku? Memang sudah seharusnya kau tertarik secara seksual padaku. Kau juga mencintaiku hanya belum menyadarinya."

"Aku sudah hidup cukup lama untuk mempelajari banyak bahasa."

"Aku ingin mengembalikan kalung ini. Kurasa ini milikmu."

"Ada baumu dari kalung ini?"

"Aku lebih hebat dari makhluk itu."

Hinata mulai menyadari fakta dari tindakan aneh dirinya saat berada dekat dengan Naruto. Semua euphoria yang dia rasakan pada pemuda itu entah rasa sayang, nafsu, cinta hanyalah karena dia terpilih sebagai Luna.

Semua emosi itu tidak muncul secara alami. Kebahagiaan, kerinduan yang tak tertahankan, gairah yang tidak terkendali hanyalah tipuan bagi otaknya.

Hinata mulai menangis. Mengapa rasanya sangat menyakitkan mengetahui semua perasaan itu hanyalah ilusi. Sama seperti efek yang ditimbulkan karena menggunakan psikotropika. Hanya saja kali ini candu itu bernama Namikaze Naruto.

...

Namikaze Naruto terlihat sangat rupawan dalam balutan montsuki hitam. Wajahnya tenang meskipun semua keluarganya nampak cemas. Ibunya bahkan sudah hampir meneteskan air mata.

Kushina tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada putra tunggalnya seandainya saja dia dicampakkan oleh Hinata. Seorang perubah wujud adalah monogami. Hanya satu pasangan untuk seumur hidup. Minato merangkul bahu isterinya yang terisak.

Naruto tetap berdiri di altar. Pendeta Hidan sudah beberapa kali menanyakan perihal calon pengantin wanita yang tidak kunjung datang.

Waktu berjalan lambat dan sunyi baginya. Setiap detak jarum jam yang berputar terdengar seperti bunyi ledakan di telinganya. Sudah lewat setengah jam dari waktu yang disepakati untuk acara penyucian. Hinata belum juga muncul.

Saat angin berembus membawa aroma bunga lavender yang lembut. Naruto bisa melihat semua kebahagian sedang menuju kearahnya.

Hyuga Hinata didampingi ayah dan seluruh keluarganya tiba di depan kuil Rinne. Saat gadis itu memutuskan mengambil tempat di sampingnya, dia mengucapkan sumpah bahwa hidupnya milik Hinata.

"Apapun wujud dirimu, mereka adalah bagian dirimu. Aku datang sebagai Hyuga Hinata yang mencintai Namikaze Naruto. Bukan sebagai gadis yang secara tidak sadar sudah terikat dengan seorang perubah wujud."

"Aku tau," kata Naruto singkat. Seulas senyum hangat mengembang di wajah tampannya. Suhu udara tiba-tiba meningkat, salju mulai meleleh.

---The End---

Omake

Bonus 1

"Hoi Kiba-kun, jangan teralu serakah. Kau mau pemerintah mengundang pemburu lagi untuk menembaki kita. Kendalikan dirimu."

"Cih." Inuzuka Kiba mencebik kesal. Seekor rusa gemuk akhirnya kabur dari genggaman tangannya.

Hanya ada hitam dan putih. Di daerah terdalam hutan Siberia yang dingin dan membeku. Diantara rimbunya belantara pohon pinus yang menjulang, sekelompok pemuda bertelanjang dada melolong bersahut-sahutan.

Serentak mereka menoleh ke arah yang sama, ke tempat bermil-mil jauhnya. "Namikaze-sama, dia kembali." Pemuda dengan tato segi tiga terbalik di pipinya berlari sangat cepat kemudian melompat ke udara. Dia mendarat kokoh dengan empat kakinya yang ramping.

Bonus 2

Naruto terjaga saat bulu-bulunya mendeteksi perubahan suhu udara. Pupil matanya otomatis melebar dalam ruang yang gelap gulita. Badai yang sedang bergejolak memutus aliran listrik. Disampingnya Hyuga Hinata terlelap, pakaiannya yang tipis membuatnya mengigil.

Siberian Husky itu melompat turun dari tempat tidur. Tubuhnya membesar ke ukuran sangat mengesankan. Punggungnya hampir mencapai langit-langit. Keberadaanya hampir membuat ruangan itu penuh. Jika dia membuat gerakan kecil saja maka, semua yang ada dalam kamar itu akan hancur.

Kemudian raganya perlahan menyusut dan berubah bentuk. Wujudnya lambat laun berbentuk seperti manusia biasa. Berambut kuning cerah dengan iris mata biru yang cemerlang. Wujud Namikaze Naruto.

"Kau sangat cantik, Luna." Naruto menyelinapkan helaian rambut yang menutupi wajah Hinata. Dengan lembut dia mengecup bibir gadis itu. Menyesap perlahan aroma yang membuatnya mabuk dan bergairah.

Naruto benar-benar berusaha menahan dirinya dari dorongan kuat untuk memiliki Hinata sepenuhnya. "Kurasa aku harus menunggu lebih lama."

Pemuda yang tidak mengenakan selembar benangpun di badanya itu meraih selimut untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang tegang dan berdenyut menyakitkan.

Bertugas sebagai pengganti penghangat ruangan bersuhu 40 derajat celcius membuatnya menggeretakkan gigi sepanjang malam. Meskipun tersiksa jiwa dan raga, dia tetap berbaring memeluk Hinata, membagi kehangatan tubuhnya dengan gadisnya yang kedinginan.

Bonus 3

Aroma Inuzuka Kiba memenuhi seluruh kebun binatang itu. Dan benar saja pemuda itu muncul tanpa tau apa yang akan dihapainya.

Insting membuatnya tunduk di hadapan kekuatan yang lebih besar dari dirinya. "Namikaze-sama."

"Mulai sekarang kau harus mematuhinya, Kiba. Dan jaga tindakan dan ucapanmu meskipun kau adalah temannya."

"Jadi benar Nona Hyuga adalah---"

"Iya. Sungguh sebuah keberuntungan mengikuti saranmu untuk berwisata. Aku menumukan aromanya di kota Monbetsu.

"Tunggu," kata Hinata tiba-tiba. "Aku mungkin salah, bagaimana kalau dia seekor betina."

Mata Naruto membulat. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya dia diperlakukan seperti ini. Hinata bermaksud mengangkat kaki belakangnya untuk memeriksa alat reproduksinya.

"Jelas dia adalah jantan. Tidak usah memeriksanya." Tangan Kiba gemetar hebat.

"Maafkan aku, Alpha."

"Kalau ada yang mengetahui kejadian ini. Kau yang akan menerima akibatnya, Kiba."

"Naru-chan terdengar manis." Hinata menempelkan wajahnya pada kepala Naruto. "Naruko-chan."

Inuzuka Kiba meneguk ludahnya kasar, wajahnya ketakutan dan terlihat seperti ingin bunuh diri. "Namikaze-sama bunuh saja aku."

Naruto menggunakan kuasanya sebagai pimpinan yang mendominasi sebuan kawanan serigala. Pemuda itu masuk begitu saja ke dalam kepala Inuzuka Kiba dan mengambil alih pikirannya. Kemudian dia berbicara melalui mulut Kiba.

"Hyuga-sama, anda tau apa itu Mate?"

Bonus 4

"Bukankah tadi adalah Hyuga Hinata?" kata seorang pria tampan dengan model rambut mencuat di belakang kepalanya.

"Benar, dia bersama seorang pria," timpal gadis berambut merah muda.

Seorang pria tua berpenampilan aneh baru saja melintasi pasangan artis terkenal itu di tempat festival salju diadakan.

Di punggungnya dia membawa tas berat dan sebuah gulungan besar. Pakaiannya terlihat lusuh, rambutnya putih panjang menyerupai jarum. Kakinya memakai geta, saat dia berjalan bunyi berkelotak selalu mengiringi langkah kakinya.

Jiraiya menghentikan aktivitasnya mengagumi patung es saat indera penciumannya membaui aroma cucu kesayangannya. "Naruto?"

Orang tua itu terperangah dengan apa yang dilakukan gadis cantik berponi itu kepada cucunya di tengah kerumunan orang. "Baka gaki, ternyata kau lebih mesum dari pada diriku. Tentu saja kau mewarisi sifat itu dari kakekmu ini ha ha ha."

Jiraiya menyeringai, ponselnya merekam apapun kegiatan kedua insan itu. "Halo Ebisu-san. Apa kantormu masih menerbitkan gosip artis?"

Continue Reading

You'll Also Like

269K 21.2K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
332 122 13
"untung saja aku bawa mobil paman" ucap itachi. "mobil paman kakashi?" beo sasuke agak terkejut yang tau mobil kakashi itu mobil apa. Sasuke memega...
105K 8.7K 84
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
9.3K 1.4K 10
Hinata memilih untuk meninggalkan Konoha agar bisa menyembuhkan segala rasa sakitnya, namun bertahun-tahun kemudian ia justru kembali dipertemukan de...