AMIRALTHAF [Completed]

Par Wardatul61

762K 39.4K 550

# 7 in teenfiction (11-01-2019) "Lo berdebar gak pas gue di dekat lo? Kalo iya, berarti lo suka sama gue." _ ... Plus

PROLOG
SATU. Cium gue dulu!
DUA. Rindu
TIGA. Kesal
EMPAT. Cuek
LIMA. Mulai suka?
ENAM. Gue peluk lo ya?
TUJUH. Diam-diam.
DELAPAN. Don't Cry.
SEMBILAN. Kurang peka.
SEPULUH. First love.
SEBELAS. Mother.
DUABELAS. Cemburu.
TIGABELAS. Dinembak Althaf?
EMPATBELAS. Jawaban Amira
LIMABELAS. Penyemangat.
ENAMBELAS. Membuat Cemburu
TUJUHBELAS. Mawar.
DELAPANBELAS. Duka di Masa Lalu.
SEMBILANBELAS. Cemas
DUAPULUH. Maaf
DUAPULUH SATU. Manja
DUAPULUH TIGA. Kemarahan Althaf
DUAPULUH EMPAT. Hukuman
DUAPULUH LIMA. Amira, Mine.
DUAPULUH ENAM. Ayo Kita Nikah
DUAPULUH TUJUH. Kesempatan?
DUAPULUH DELAPAN. Tunangan?
DUAPULUH SEMBILAN. Maaf, Gue Akan Lupain Lo.
Spesial PART. Ketupat
TIGAPULUH. Make Me Love You.
TIGAPULUH SATU. Jauhin Althaf!
TIGAPULUH DUA. With You
TIGAPULUH TIGA. Pilihan.
TIGAPULUH EMPAT. Terdengar Menyakitkan.
TIGAPULUH LIMA. Berbeda.
TIGAPULUH ENAM. Berjuang.
TIGAPULUH TUJUH. Mencoba.
TIGAPULUH DELAPAN. Damn!
TIGAPULUH SEMBILAN. Syarat?
EMPATPULUH. Salahkah?
EMPAT PULUH SATU. Sejati.
EMPAT PULUH DUA. Stay away
EMPAT PULUH TIGA. Stay.
EMPAT PULUH EMPAT. Trust
EMPAT PULUH LIMA. Destiny
EMPAT PULUH ENAM. Regret
EPILOG
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
Extra Part 4 (a)
Extra Part 4 (b)
Setuju gak?
AMIRALTHAF Room Chat 1
AMIRALTHAF Room Chat 2
AMIRALTHAF Room Chat 3
Approccio

DUAPULUH DUA. Mine

13.4K 688 4
Par Wardatul61

"Ya elah, sekarang udah ada sopir pengganti, ya?" sindir Naomi yang membuat Amira dan Althaf menoleh bersamaan padanya kala baru keluar dari mobil.

"Ya sudah, gue ke kelas duluan ya? Soalnya kalian jalannya lamban kayak siput." Belum sempat Amira membalas ucapan Naomi, tetapi temannya itu sudah berlalu pergi.

"Gue jadi sopir baru lo, nih?"

"Kan mau lo sendiri, yang ngotot buat jemput gue."

Ketika Althaf hendak mengenggam tangan Amira, cepat-cepat Amira menjauhkan tangannya dari Althaf. "Mau ngapain?" curiga Amira.

"Mau pegang tangan lo," jujur Althaf diiringi senyuman andalannya yang mampu membuat para cewek meleleh. Begitupun Amira, menyadari itu, ia cepat-cepat menyadarkan dirinya agar tidak tenggelam dalam senyumannya Althaf.

"Emangnya gue ngijinin lo?"

"Belum," jawab Althaf singkat.

"Gak boleh pegang-pegang. Kita di sekolah, ingat itu!" Amira memperingatkan.

"Kalo gitu, di luar sekolah boleh dong." Althaf menaikkan sebelah alisnya.

"Enggak!" ucap Amira penuh penekanan.

Setelah itu, tidak ada pembicaraan lagi hingga sampai di depan kelas. Meskipun sempat menjadi pusat perhatian beberapa pasang mata di koridor yang mencurigai mereka yang berjalan bersisian. Toh mereka tidak menggubrisnya.

Amira berbalik keluar lagi ketika setelah memasuki kelas. Karena tiba-tiba Althaf yang tadinya berjalan di sampingnya kini menghilang begitu saja. Althaf sudah berjalan melewati kelas, namun belum jauh. Sehingga masih bisa mendengar suara Amira yang memanggilnya.

Althaf berbalik, menatap Amira yang berdiri di ambang pintu kelas. "Kenapa?" Althaf berjalan mendekat pada Amira.

''Mau ke mana lagi? Mau bolos?" Tatapan cewek itu seolah mengintimidasinya.

"Ke rooftop. Bentar aja kok." Senyum Althaf mengembang. "Lo khawatirin gue?"

"Gak, pergi aja," jawab Amira datar. Itu membuat senyum Althaf memudar. "Asalkan bel masuk berbunyi, lo harus ada di kelas," lanjut Amira memperingatkan.

"Oke." Setidaknya Althaf tahu, di balik kata-kata yang keluar dari mulut Amira, ia merasa ada perhatian dari cewek itu.

Kaki jenjang Althaf melangkah dengan lebar untuk mempercepat langkahnya menuju rooftop. Banyak cewek-cewek di koridor yang berusaha menggodanya. Tetapi, ia tidak sedikitpun goyah.

Jika saja Amira yang menggodanya, ia tidak yakin jika ia tidak akan luluh.

Sesampainya di rooftop, Althaf memicingkan matanya kala melihat seorang yang telah mengambil lapak di bangku yang biasanya ia gunakan untuk tidur.

"Arga?" Untuk memastikannya Althaf berjalan mendekat. Benar. Dugaannya tidak salah. Cowok yang juga menatapnya itu adalah Arga, anak baru di kelasnya.

"Itu tempat gue." Althaf melipat kedua tangannya di dada. "Enyah lo!"

Jelas sekali Althaf menunjukkan ketidak sukaannya pada Arga. Apalagi sejak Arga berusaha mendekati Amira.

Arga bangkit seperti yang di suruh Althaf. "Apa lo punya kuasa di sini?"

Pertanyaan dari Arga itu membuat Althaf tersenyum mengejek ke arahnya. "Why not?"

Arga manggut-manggut. "Oh benarkah? Rupanya gue sedang berhadapan dengan penguasa sekolah ini, ya?" tanya Arga sarkastis.

Althaf berdecih. Merasa jika cowok di hadapannya itu sedang berusaha menantangnya. Jika iya, siapa takut? Althaf kan sudah biasa seperti itu. Bahkan ia rutin masuk BK ketika kelas sepuluh, karena hobinya berantem dan memukul anak orang hingga pingsan. Tapi, kebiasaannya mulai ia tinggalkan. Sebab orang tuanya mengancamnya untuk home schooling jika ia masih bikin onar di sekolah.

"Gue ke sini bukan buat ajak lo berantem." Arga semakin mendekat ke arah Althaf. "Cuman mau bilang sesuatu pada lo. Kalo Amira itu..." Arga menggantung ucapannya. Membuat Althaf tertarik kala mendengar nama Amira.

"Mine," sambung Arga dengan berbisik di telinga Althaf. Sejurus kemudian, Arga tersenyum puas.

Sorot mata Althaf menjadi tajam. Semakin tertantang dengan satu kata terakhir dari Arga barusan. "Lo yakin dengan ucapan lo?"

"Tentu saja. Emangnya lo pacarnya? Bukan, kan? Hubungan kalian gak jelas," ketus Arga. "Gue suka Amira. Jadi, gue mau lo jauhin dia."

Althaf murka mendengar itu. Tidak segan-segan ia menonjok wajah Arga dengan tangannya. Hitung-hitung melatih otot tangannya yang sudah lama hiatus. Emangnya cowok di hadapannya itu siapanya Amira? Sehingga dengan entengnya mengklaim jika Amira itu milik dia. Dan, yang paling membuat Althaf tidak suka yaitu saat Arga memintanya untuk menjauhi Amira.

Bukannya mengaduh kesakitan, Arga malah tertawa mengejek. Meskipun agak sakit, tapi pukulan itu tidak cukup berpengaruh padanya.

"Lo itu siapanya Amira? Enak aja lo minta gue jauhi dia. Emangnya Amira suka sama lo? Lo harus tau, kalo Amira itu sukanya sama gue bukannya sam--"

Ucapan Althaf terpotong akibat Arga balas menonjok wajah Althaf dengan tiba-tiba. Sehingga Althaf tidak dapat mengelak lagi. Bukan hanya sekali, tonjokan Arga berkali-kali hingga membuat sudat bibir Althaf sedikit terobek. Sedangkan bagian lain menjadi lebam.

"Suatu hari lo akan tau kalo gue siapanya Amira," ucap Arga di sela-sela tonjokannya.

"Woi, berhenti!" Teriakan Alif sekaligus Revan yang kemudian menahan tangan Arga, menghentikan aksi Arga yang diburu emosi menggebu.

Althaf memegang sudut bibirnya. Dilihatnya cairan warna merah yang ikut menempel di jari-jarinya. Althaf ingin membalasnya lagi, tapi buru-buru Alif menengahi.

"Sudah, Bro! Gak usah pakek acara tonjok-tonjokan lagi."

***

Althaf menghela napas lega. Untung saja guru pelajaran pertama belum masuk ke dalam kelasnya. Karena biasanya jika ia telat masuk, rata-rata guru akan menghukum Althaf dengan berdiri di depan. Apalagi jika wajahnya lebam seperti saat ini, pasti akan mengundang banyak perhatian dari penghuni kelasnya.

Ketika ia mendudukkan dirinya di kursinya, Amira bangkit dan mendekatinya. Karena tidak ingin Amira melihat wajahnya yang lebam, Althaf menelungkupkan wajahnya di lengannya sendiri yang ia lipat di meja.

"Althaf, lo kenapa?"

Seberapa ia menyembunyikannya dari Amira, tetap saja cewek itu tahu. Bagaimana tidak, cewek itu tahu kala Althaf menundukkan wajahnya saat memasuki kelas.

Althaf mengangkat wajahnya. Amira mendelik, melihat sudut bibir Althaf yang masih mengeluarkan sedikit darah.

"Bibir lo kenapa, Thaf?" Amira panik. Kemudian mengambil tisu di dalam tasnya. Setelah itu mengangkat tangannya untuk membersihkan darah di sudut bibir Althaf.

"Ciee!!" Melihat itu, seisi kelas menjadi riuh. Bahkan ada yang menggoda mereka.

Arga masuk ke dalam kelas bersamaan dengan suara riuh itu dan juga Amira yang masih membersihkan sudut bibirnya Althaf dengan malu-malu.

Arga menatap ke arah dua orang itu dengan sinis. Lalu menjatuhkan dirinya di atas kursinya.

Amira menurunkan tangannya kembali. "Kenapa wajah lo kayak gini, Althaf? Berantem?"

Althaf mengangguk.

Amira menghela napas berat. Ternyata dugaannya benar. "Lo berantemnya sama siapa?"

Althaf terdiam. Menimang antara memberitahu pada Amira atau tidak. "Lo gak kenal sama orang itu."

Althaf berbohong.

"Mulai detik ini, lo gak boleh berantem lagi sama siapa pun. Jangan bikin gue khawatir."

Althaf menahan senyumnya. Hatinya menjadi hangat mendengar ucapan Amira barusan. Dan ia sangat senang. Tentu saja.

Meskipun Amira bukan pacarnya, setidaknya ia tahu jika cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Orang yang ia cintai juga mencintainya. Terdengar bagus baginya.

"Iya, gue gak akan bikin lo khawatir lagi kok," balas Althaf.

"Ternyata ketua kelas kita narsis juga," timpal Suho yang sedari tadi ikut menonton adegan yang menurutnya langka. Lebih tepatnya langka karena orang yang memerankannya.

Amira kembali ke tempat duduknya yang langsung disambut dengan godaan yang bertubi-tubi. Akan tetapi, guru yang memasuki kelas menghentikan aksi ketiga temannya Amira itu.

Di bangku paling belakang, Arga menatap Amira dan Althaf bergantian dengan sorot mata tajam.

"Bersenang-senang aja terus, selagi masih bisa. Karena gak akan lama lagi, lo akan tau siapa yang akan milikin Amira."

***
TBC

By Warda.
29 April 2018. 3.55PM

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

UriUzi [ END ] Par septi aulia

Roman pour Adolescents

142K 26.8K 46
Spin off Garuda *** Auristela Keisya, cewek tomboi yang nggak suka basa-basi. Iya, ya, iya. Nggak, ya, nggak. Uri panggilannya, semua olahraga ia la...
Unfair Par Keyraa

Roman pour Adolescents

2M 103K 44
[Squel Vanya] [16++] [Part Lengkap] [follow sebelum membaca] Kejadian 'malam itu' membuat Kanaya harus menikah dengan cowok yang telah membuat hidupn...
MARSELANA Par kiaa

Roman pour Adolescents

1.9M 91.5K 40
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
Friendshit (end) Par nala

Roman pour Adolescents

170K 11.3K 56
Lelaki dan perempuan bisa jadi sahabat. Tetapi di satu titik, mereka akan jatuh cinta pada satu sama lain. Mungkin sementara, mungkin di waktu yang t...