AMIRALTHAF [Completed]

By Wardatul61

762K 39.4K 550

# 7 in teenfiction (11-01-2019) "Lo berdebar gak pas gue di dekat lo? Kalo iya, berarti lo suka sama gue." _ ... More

PROLOG
SATU. Cium gue dulu!
DUA. Rindu
TIGA. Kesal
EMPAT. Cuek
LIMA. Mulai suka?
ENAM. Gue peluk lo ya?
TUJUH. Diam-diam.
DELAPAN. Don't Cry.
SEMBILAN. Kurang peka.
SEPULUH. First love.
SEBELAS. Mother.
DUABELAS. Cemburu.
TIGABELAS. Dinembak Althaf?
EMPATBELAS. Jawaban Amira
ENAMBELAS. Membuat Cemburu
TUJUHBELAS. Mawar.
DELAPANBELAS. Duka di Masa Lalu.
SEMBILANBELAS. Cemas
DUAPULUH. Maaf
DUAPULUH SATU. Manja
DUAPULUH DUA. Mine
DUAPULUH TIGA. Kemarahan Althaf
DUAPULUH EMPAT. Hukuman
DUAPULUH LIMA. Amira, Mine.
DUAPULUH ENAM. Ayo Kita Nikah
DUAPULUH TUJUH. Kesempatan?
DUAPULUH DELAPAN. Tunangan?
DUAPULUH SEMBILAN. Maaf, Gue Akan Lupain Lo.
Spesial PART. Ketupat
TIGAPULUH. Make Me Love You.
TIGAPULUH SATU. Jauhin Althaf!
TIGAPULUH DUA. With You
TIGAPULUH TIGA. Pilihan.
TIGAPULUH EMPAT. Terdengar Menyakitkan.
TIGAPULUH LIMA. Berbeda.
TIGAPULUH ENAM. Berjuang.
TIGAPULUH TUJUH. Mencoba.
TIGAPULUH DELAPAN. Damn!
TIGAPULUH SEMBILAN. Syarat?
EMPATPULUH. Salahkah?
EMPAT PULUH SATU. Sejati.
EMPAT PULUH DUA. Stay away
EMPAT PULUH TIGA. Stay.
EMPAT PULUH EMPAT. Trust
EMPAT PULUH LIMA. Destiny
EMPAT PULUH ENAM. Regret
EPILOG
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
Extra Part 4 (a)
Extra Part 4 (b)
Setuju gak?
AMIRALTHAF Room Chat 1
AMIRALTHAF Room Chat 2
AMIRALTHAF Room Chat 3
Approccio

LIMABELAS. Penyemangat.

13.1K 753 5
By Wardatul61

Tatapannya kosong pada jus jeruk yang sedari tadi hanya ia aduk-aduk tanpa minat untuk meminumnya. Sedangkan otaknya masih saja memikirkan Althaf. Setelah Amira menolak Althaf, ia tidak kunjung melihat cowok itu lagi di sekolah. Dari pelajaran pertama hingga istirahat Althaf bolos. Apa itu karena dirinya?

Ah tidak. Mengapa ia jadi kepedean, Althaf memang kerap sekali bolos. Jadi ia tidak perlu heran lagi.

Amira mendongakkan kepalanya, matanya ia edarkan ke seluruh penjuru kantin. Barangkali ada Althaf di sana. Entah mengapa ia jadi mengkhawatirkan Althaf. Ia tahu jika ia salah pada Althaf. Tapi, bagaimanapun ia ingin Althaf bahagia. Meskipun bukan dirinya yang membahagiakannya.

"Masih mikirin si Althaf lo?" tanya Emily yang sedang mengunyah siomai.

"Kalo masih mikirin, ngapain lo tolak dia? Hadeuh!" Naomi menimpali.

"Kalo gue sih bakalan terima si Althaf. Lah dia, udah ganteng, tajir, famous, banyak yang ngincar lagi," tambah Azalea.

"Emangnya Revan mau lo bawa kemana?" tanya Emily pada Azalea.

"Gue jadiin patung di museum," jawab Azalea santai.

"Gak lucu ah." Amira mulai bersuara.

"Lo juga suka sama dia, kan? Tapi kenapa lo malah nolak dia?" heran Emily. Setahunya, Amira juga menyukai Althaf. Ia bahkan tahu itu dari mulut Amira sendiri yang menceritakannya pada keesokan harinya setelah Amira pulang dari kebun teh.

"Althaf juga punya perasaan. Dan lo udah nyakitin perasaan dia." Azalea menopang wajahnya dengan tangan.

"Jahat lo!" Naomi menyetujui ucapan Azalea setelah meneguk minumannya.

"Setidaknya gue punya alasan." Amira mencoba meyakinkan trio temannya itu.

"Terserah lo deh. Yang menyesal nanti lo juga," pungkas Naomi akhirnya.

***

Revan melipat kedua tangannya di dada. Sedangkan Alif mencoba membangunkan Althaf yang ketiduran di bangku panjang rooftop.

"Bangun woi!" teriak Alif sembari mengguncangkan tubuh Althaf beberapa kali. Butuh waktu lama untuk membangunkan cowok itu hingga terbangun.

"Apaan, sih?" risi Althaf dengan suara khas orang bangun tidur. Althaf mengerjap beberapa kali, lalu meregangkan tangannya singkat.

"Betah amat lo di sini." Revan berjalan mendekat. Lalu menginjak kaki Althaf yang memborong bangku.

Althaf mengaduh. "Sakit oi!" pekik Althaf.

"Awas kaki lo. Gue mau duduk."

"Punya teman laknat semua. Bukannya dihibur gue yang lagi patah hati." Althaf melipat kakinya agar Revan bisa duduk di sana.

Revan terkekeh. "Iya, maaf deh."

"Lo masih galau? Lebay amat sih?" tanya Alif yang duduk di bangku lain. Matanya terfokus pada layar persegi di tangannya. Lagi nge-game sepertinya.

"Ya elah. Gitu aja udah galau. Lo itu ganteng, Thaf. Banyak yang mau. Kalo saja lo bisa manfaatin kegantengan lo, gue yakin deh. Lo bakalan banyak cewek."

Althaf menatap Revan sinis, mulutnya membentuk senyum mengejek. "Gue kagak playboy kayak lo kali."

"Enak aja bilang gue playboy," ketus Revan tak terima pernyataan Althaf. "Gue cuma cinta sama Azalea."

"Buktinya. Lo masih hobi ke klub malam. Lo juga sering godain cewek-cewek seksi di sana. Dosa loh! Apa gue harus kasih tau Azalea?" ancam Althaf berusaha menakuti sahabatnya itu.

"Tau apa lo tentang dosa? Lo juga sering ke sana tanpa sepengetahuan ortu lo. Sadar diri woi. Lagian gue itu serius sayang sama Azalea."

"Gue udah tobat kali."

"Udah. Jangan ribut woi!" sela Alif dengan suara keras. Merasa terganggu dengan perdebatan antara dua sahabatnya itu. "Jangan berantem. Awas aja kalo lama-lama kalian bakalan jatuh cinta."

Althaf dan Revan beralih menatap jijik ke arah Alif bersamaan. Alif menyeringai. Berhasil menghentikan acara adu mulut atau debat antara dua cowok itu.

Revan kembali menatap Althaf. "Jadi lo nyerah gitu?"

Althaf terdiam cukup lama, membuat Revan tidak sabaran dengan jawaban Althaf. "Gimana?" Sebelah alis Revan terangkat.

"Ya enggaklah. Gue gak bakalan nyerah. Gue bakalan buat Amira suka sama gue!" sengit Althaf dengan semangat tinggi yang tiba-tiba menyapanya.

"Nah gitu, dong. Gue suka sama semangat lo." Revan bangkit. Menepuk bahu Althaf singkat, sebagai upaya menyemangati Althaf. "You can do that! Trust me."

Alif mendongak. Menatap Althaf dan Revan bergantian. Ia menjadi heran, tadinya dua cowok itu berdebat. Lah sekarang akur kembali.

Alif membulatkan matanya. Terbesit suatu hal dalam otaknya. Apa teori yang diucapkannya tadi menjadi nyata? Itu terlalu cepat. Untuk memastikannya, Alif harus bertanya. "Kenapa kalian gak berantem lagi?"

Althaf dan Revan menoleh ke arah Alif.

Althaf mengernyitkan dahinya.

"Kalian udah jatuh cinta, ya? Makanya enggak berantem lagi," ngawur Alif.

"Manusia ular ini!"

"Bodo amat." Althaf bangkit dari duduknya. Menghampiri Alif yang masih menatapnya sok-sokan polos.

Tahu apa yang akan dilakukan Althaf, cepat-cepat Alif bangkit menghindari segala kemungkinan yang akan terjadi. Namun, keberuntungan tidak berpihak padanya. Revan mengadangnya.

Althaf tersenyum puas. Karena Alif tidak memiliki ruang untuk menghindari lagi. "Kalian mau ngapain?"

Tanpa menjawab, Revan dan Althaf memukul Alif. Namun, hanya sekadar pukulan main-main saja. Dan itu tidak menyakiti Alif. Bukannya mengaduh kesakitan, Alif malah tertawa geli akibat Revan menggelitiki leher Alif.

"Sialan lo. Kami bukan homo Alif setan!"

Gelak tawa terdengar di antara ketiganya. Bel masuk sudah berbunyi, tetapi mereka malah mengabaikannya.

Althaf tersenyum bahagia. Setidaknya ia memiliki Revan dan Alif. Sahabat yang senantiasa membuat ia semangat.

"Ampun deh. Gue capek."

***

Hera yang sedang memasak di dapur dikejutkan dengan pulangnya Agus—ayah Amira tiba-tiba. Biasanya suaminya itu akan pulang di malam hari. Namun, hari ini pulang lebih awal.

"Kenapa cepat kali pulang, Mas?" tanya Hera pada suaminya di meja makan.

"Lagi enggak enak badan aja. Jadi, minta izin pulang."

Hera menyuguhi Agus segelas kopi. Yang langsung diterima oleh suaminya itu. Setelah memasak selesai, Hera menarik kursi di sebelah Agus.

"Kamu yakin Mas dengan keputusanmu?" tanya Hera ragu-ragu.

"Tentu saja. Keluarga mereka juga baik-baik. Kamu jangan khawatir. Dia anak yang baik. Enggak mungkin ngelakuin yang tidak-tidak untuk Amira," ujar Agus meyakinkan Hera.

"Kalau kamu sudah yakin, itu tidak masalah. Yang penting Amira tidak akan menolak perjodohan ini."

Sementara itu di sekolah, begitu bel pulang berbunyi siswa-siswi pada berhambur pulang. Amira berjalan bersisian dengan Naomi menuju parkiran.

Tepat sekali dengan Althaf yang berpapasan dengannya. Akan tetapi, Althaf hanya melewatinya tanpa sedikitpun menoleh padanya. Sedetik saja Althaf enggan melihat ke arahnya, apalagi lama-lama. Amira merutuki dirinya sendiri. Itu adalah kesalahannya.

Melihat perubahan air muka Amira, membuat Naomi merangkul sahabatnya itu. "Gak usah dipikirin deh."

Amira tersenyum paksa. "Hm," gumam Amira singkat.

Althaf yang sudah memasuki mobil diam-diam memperhatikan Amira hingga cewek itu juga masuk ke dalam mobil Naomi.

"Jangan pikir gue udah nyerah, Amira. Gue enggak nyerah. See you."

***
See you juga😂👋

Hanya seorang pemula.

By Warda. 5.39PM

Continue Reading

You'll Also Like

31K 2.4K 61
Sudah 2 tahun setelah kejadian dimana Alicia dan Aksa harus berpisah. Semenjak itu juga, sikap Alicia sangat berubah drastis. Terlebih pada laki laki...
11.4K 1.2K 52
#LavenderWriters Project Season 3 ;Ketua: @clarisme28 ;Asisten: @Faniii_332 Bagaimana respon kalian ketika seorang pakboi mendapat tantangan untuk na...
372K 19.5K 42
"Gue yakin sedikit demi sedikit tuh cowok bakal berubah." Kisah sederhana ini menceritakan tentang Morin yang diam-diam tertarik dengan seorang cowok...
142K 26.8K 46
Spin off Garuda *** Auristela Keisya, cewek tomboi yang nggak suka basa-basi. Iya, ya, iya. Nggak, ya, nggak. Uri panggilannya, semua olahraga ia la...