Lembaran

By knowarv

50 5 0

[start ; 22 April 2018] [end ; -] Every human being has the rights to choose their path in life. Each choice... More

Our
Prolog
Lembar Kedua

Lembar Pertama

16 1 0
By knowarv

|| Rion ||

Sekarang lagi jam istirahat. Seperti biasa gue bakalan ke warung Kang Asep di belakang sekolah bareng sama Adit dan Joko. Seperti biasa juga kita bertiga jadi pusat perhatian. Gak tau karena kita kegantengan apa gimana. Tapi gue risih banget ketika jadi pusat perhatian gini.

Kalo aja korridor belakang lagi gak ada renovasi gua pasti sama dua kadal ini lewat sana. Eh, tapi lewat sini juga gak apa-apa. Barangkali ketemu si Vel.

"Aiiiiii!!!"

Yaelah. Si Joko alus mode on nih. Asal kalian semua tau, Joko nih emang pantes dipanggil Joko. Nyokap bokapnya aja ngasih namanya kebagusan. Liat aja cara ngalus cewenya aja kampung banget. Segala teriak-teriak di korridor.

Udah tau lagi jadi pusat perhatian, malah nambah teriaknya. Goblok emang.

Gue ngeliat Adit udah enek banget, ya Adit tuh kalo gue bilang sebelas dua belas sama Vel. Gak suka buang-buang waktu buat hal yang gak penting. Kalo gue sih santai aja kan, ya namanya juga cowo cara ngecengin cewenya kan beda-beda. Tapi emang yang ini agak kampung sih.

"Jok, bisa gak langsung jalan aja gak usah pake berhenti?" Cetus Adit sarkastik.

Liat aja...

"Yaelah, Dit. Kali-kali apa liat gue bahagia gitu kek dikit aja."
"Lo tiap hari nyengir cengengesan gak jelas, kurang bahagia apa?"
"Elah!"— "Lo tuh yang harus bahagia, muka kaku amat udah kayak beha baru. Kali-kali senyum kek."

Kalo bukan karena Adit orangnya nyelekit, mungkin gue udah ngetawain dia barusan gara-gara omongan tolol si Joko ini.

"Ngomong apa lo barusan?"
"Kagak, Dit."

Gue cuman geleng-geleng aja. Udah biasa juga liat mereka berdua gini. Bahkan, udah biasa juga liat Adit yang peduli sama Joko juga. Gitu-gitu batin mereka kuat. Malah gue merasa diantara kita bertiga, Joko sama Adit itu yang paling deket. Bukan berarti gue sama mereka gak deket, tapi karena memang Joko sama Adit jomblo ngenes, jadi mereka lebih sering curhat-curhatan berdua.

"Teh manis dong, Kang." Pinta gue ke Kang Asep yang dibalas sama dia dengan jempolnya.

Gue duduk di bangku kayu depan warung. Disini lebih adem daripada di dalem karena kebetulan di bawah bangkunya itu pohon. Gak lama kemudian, secangkir teh dateng dibawa sama Kang Asep.

"Makasih, Kang."
"Njeh, Damar."
"Demen banget manggil saya Damar, Kang. Rion aja biar keren dikit"
"Bagusan Damar lho."

Damar... Lucu juga. Tiba-tiba ponsel gue berdering dan memaksa gue untuk menghentikan niat buat minum teh dari Kang Asep.

Vel

Lah ngapain? Tumben?

"Hal—"
"Ke ruang OSIS sekarang, Yon."
Tut.

Gue langsung bergegas ke sekolah dan berpamitan sama Joko dan Adit yang masih sibuk ngobrol sama anak-anak lainnya. Gue sedikit berlari. Takut ada yang penting yang mau diomongin Lyta. Sampai depan ruang OSIS gue langsung buka pintunya tanpa mengetuk dulu.

Bodo amat deh.

"Lyta mana, Del?"
"Di dalem, Yon. Masuk aja."

|| Lyta ||

"Ta, ini perizinan buat lomba paskibra ya. Nanti kalo ada yang di revisi tolong kasih tau gue ya."

Gue mengerutkan kening gue mendapati Chika yang memberikan gue proposal perizinannya bukan ketua eskulnya.

"Lo ketuanya?"
Dia menggeleng.
"Terus?"
"Gue wakilnya, ketuanya kan cowok lo, Ta."

Astaga. Gue melupakan satu fakta bahwa Rion itu ketua paskibra dan pratama pramuka di sekolah. Ya Tuhan, kenala bisa lupa....

Akhirnya gue mempersilahkan Chika buat keluar ruangan gue —ketua OSIS. Dan langsung menelpon Rion. Gak butuh waktu lama untuk dia mengangkat, karena gue selalu menyuruh dia untuk gak pernah ngesilent hape dia lagi, karena kita gak tau kan kalo nanti misal ada orang mau ngehubungin kita secara mendadak dan itu penting.

"Hal—"
"Ke ruang OSIS sekarang, Yon."

Gue gak mau basa-basi buat ngomongin hal sepenting ini. Karena konteksnya sekarang gue sama Rion bukan sebagai pasangan tapi partner kerja. Gue gak suka sama orang yang menyepelekan tanggung jawab dia.

Rion harusnya yang ngasih ini ke gue selaku ketua OSIS— yang bentar lagi lengser. Bukan nyuruh bawahannya yang ngasih, dikira perizinan itu ngasihnya gampang apa? Belum lagi kita harus diskusi buat menjawab interview dari Kepsek setiap ada event.

Ceklek!

Gue mendongkak mendapati Rion yang gue liat sedikit ngos-ngosan. Gue yakin banget dia kesini lari. Gue tersenyum kecil. Dia pasti ngira gue kenapa-napa.

"Kenapa Vel?"
"Please, call me just like they call me. Lyta. Here, you are my partner is not my boyfriend. I hope you know this situation."

Dia mengernyitkan keningnya tanda ia bingung.

"Kenapa aku harus? Gak ada siapa-siapa disini, Vel."
"Tapi ini masih ruang OSIS."
"Vel, gak bisa dong. Udah kebi—"
"Berusaha jadi profesional dong, Yon. Kamu sebagai ketua paskibra, aku sebagai anggota OSIS. Jangan kayak anak kecil!"

Rion diam.

Gue punya prinsip. Gue harus bisa menyesuaikan situasi dan kondisi, harus menjadi apa di tempat ini, harus menjadi apa di tempat itu. Ketika di lingkungan OSIS, gue harus berperan sebagai anggota OSIS bukan berperan sebagai pacar Rion. Dan gue melakukannya sekarang.

"What you want to say?"

Suara Rion menjadi dingin dan terkesan judes

Bagus. Memang harusnya begini. Lagipula ini kan kewajiban. Rion gak bisa seenaknya. Bukan berarti dia ketuanya bisa ngasih tanggung jawabnya ke bawahannya.

"Kenapa perizinan ini dikasih lewat bawahan lo? Lo kan ketua paskibranya, apa salahnya ngasih doang ke gue terus cabut?"
"Gue ke kantin belakang."
"Gue gak peduli lo kemana. Gue butuh alesan kenapa lo harus ngasih ini ke bawahan lo?"
"Karena gue mau ke kantin belakang. Makannya gue ngasih ke Chika."
"Laporan perizinan ini menurut lo gak penting? Kenapa ngegampangin banget? Baru masalah perizinan aja udah ngegampangin, apalagi yang lain?"

Gue mulai meninggikan suara gue. Emosi. Kenapa hal sepenting ini bisa digantikan dengan suatu alasan yang sepele banget. Apa gak mikir ini event juga perlombaan eskul mereka gitu. Kan nama baik eskul mereka juga. Gak habis pikir.

"Lo tau kan ini tanggung jawab lo sebagai ketua paskibra?" Tanya gue lagi sembari mengangkat laporan yang dikasih Chika tadi.

Bukannya menjawab. Gue lihat Rion mengambil ponselnya di kantong.

Gue mengernyit bingung. Ketika dia menempelkan ponselnya ke telinga gue semakin bingung di tambah dia yang terus menatap gue tajam.

"Lo ke ruang OSIS sekarang. Gak pake lama. Lo tau kalo lama bakalan ngapain?"

Hampir dua menit kita hanya diam saling memandang.

Gue diam.
Rion diam.
Kita sama-sama membaca pikiran kita lewat tatapan mata. Dan gue tau... Dia marah.

Dan di menit selanjutnya Chika sudah ada tepat di samping Rion. Oke. Ini udah menambah kebingungan gue. Gue gak suka buang-buang waktu kayak gini. Baru aja gue mau mengeluarkan suara gue, suara Rion lebih dulu mengintrupsi.

"Chik. Lo gantiin gue buat jadi ketua panitia event ini, jadi mulai sekarang lo yang ngurus semua proposal dan perlengkapannya. Event ini dibantu sama OSIS, ketua panitia dari OSIS ada si Lyta, jadi kalo ada apa-apa lo bisa langsung tanya ke cewe di depan lo ini."

Gue membulatkan mata gue begitupun Chika dan mungkin orang-orang di luar ruangan ketua OSIS karena gue yakin mereka dapat mendengarnya. Gue menatap Rion meminta penjelasan.

"Gue gak bisa. Gak bisa harus jadi asing di depan cewek gue sendiri disaat gue udah kenal dia hampir lima tahun."

Setelah itu, dia pergi...
Pergi sebagai Rion sang ketua paskibra.

|| Rion ||

Gue benci. Benci ketika Lyta jadi realistis dan kritis kayak gini. Tapi gue gak bisa menyalahkan dia. Karena itu adalah kewajiban dia.

Gue gak marah.

Cuman.. gue bener gak bisa harus menjadi asing kayak tadi.
Jadi, gue memutuskan untuk gak melanjutkannya.

Menjadi asing sebentar aja sakit... apalagi nanti? Gue gak bisa bayangin kalo aja gue putus sama Lyta dan gue juga berusaha untuk gak ngebayangin karena gue yakin itu bakalan sakit. Sakit banget. Sampe gue gak tau rasa sakitnya gimana.

Kalo kata orang cewek yang lemah tentang cinta.
Gak berlaku buat gue. Disini gue yang lemah. Gue yang takut.

"Yon!"

Gue menghembuskan nafas kasar sebelum berbalik menghadap Lyta yang sekarang udah ada dihadapan gue. Gue tau dia marah. Karena gue ngambil keputusan dengan semena-mena, tapi ini pilihan gue. Daripada gue gak nyaman ngejalaninnya, mending gak usah. Malah jadi kacau nanti.

Tapi gue yakin. Lyta gak akan protes tentang pilihan gue. Karna selama ini kita gak pernah saling protes tentang pilihan kita masing-masing.

"Kenapa?"
"Kenapa apanya?"
"Yon, kamu tau aku gak suka buang-buang waktu jadi berhenti buat basa-basi."

Fak.
Gue ketawa. Ketawa miris.

"Bukannya malah kamu yang buang-buang waktu? Udah aku bilang tadi aku gak bisa, kan?"
"Ya tapi kenapa?"
"Aku gak bisa, Vel."
"Kenapa gak bisa disaat aku bisa, Yon? Kamu bisa."

Oke. Dugaan awal gue salah. Dan.. gue muak. Asli gue muak banget.

"Ya karena aku bukan kamu, Vel. Jangan menyamakan diri kamu sama aku. Kamu ya kamu, aku ya aku. Kedepannya akan selalu gitu. Aku gak bisa sama seperti kamu, begitu sebaliknya."

"Yon..."

Gue menarik nafas panjang.

"Aku gak bisa, Vel. Gak bisa kayak kamu.. yang gak peduli sama aku yang nyuekin aku. Aku gak bisa gitu. Karena aku bahagia, Vel. Aku bahagia ketika aku peduli sama kamu, ketika aku bawel ke kamu. Aku gak pernah kan maksa kamu untuk sama juga kayak aku, walaupun aku benci dicuekkin. Gak papa, Vel. Tapi tolong jangan paksa aku buat ngelakuin hal yang gak aku bisa."

Karena selama ini..
Tiga tahun..
Kita saling menghargai..
Apapun pilihan kita masing-masing..
Walau, berbeda..

Dan tanpa Lyta sadari.
Air mata yang selama ini sudah ia tahan agar tidak jatuh di depan Rion, akhirnya jatuh juga.

28 Desember 2015

"Jadi... pacar gue, yuk?"
"..."
"Lyta..."
"Hm.."
"Jadi, pacar gue.."
"Lo gak takut gue tinggalin karena gue sibuk?"
"Gak. Gue udah tau."
"Lo gak takut gue cuekkin?"
"Selama lo sayang gue... Gak papa. Karena gak selamanya cuek itu tanda gak sayang."
"Rion.."
"Lyta.. Kalo lo nanya gue bisa atau gak untuk gak nyakitin lo, jawabannya gak bisa. Karena namanya hubungan pasti ada bahagia dan sakitnya. Tinggal lo siap atau gak untuk ngadepin itu, tapi Lyta yang harus lo tau... Gue akan selalu disini.. Gak akan ninggalin lo disaat lo sakit ataupun bahagia. Karena gue bakalan bahagia dan sakit sama lo."

Sejak itu... Rion janji pada dirinya sendiri untuk selalu menjaga hati Lyta agar tidak sakit. Kalaupun Lyta sakit, Rion adalah orang pertama yang akan datang menyembuhkannya.

#SalamBahagia🌹

Continue Reading

You'll Also Like

71.6K 7K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
126K 9.1K 57
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
39.7K 8.2K 11
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
45.7K 3.2K 48
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...