Album Memories

By indriiyr

61.8K 3K 311

Kumpulan cerita pendek yang tergabung dalam sebuah 'Album Kenangan'. More

Album Memories
Album Memories - Ya atau Tidak
Album Memories
AINA TALITA ZAHRAN (Mata seorang gadis yang berkilau)
Gadis
Salahkah aku mencintainya?
Salahkah aku mencintainya? (Bagian 3)
Salahkah aku mencintainya? (Bagian 4) -TAMAT-

Salahkah aku mencintainya? (Bagian 2)

3.8K 316 41
By indriiyr

Hai... hai...

sebelum baca cerita ini, kalian harus baca part sebelumnya yaaa (Salahkah aku mencintainya) karena dua part ini saling berhubungan hehehe...

Di tunggu kritik dan sarannya yaaaa

*peluk dan cium dari indrii*

***

Hatiku seperti ditikam palu setiap melihat Nasya hanya duduk terdiam sambil menatap jendela kamarnya. Dalam hati aku selalu menerka apa yang sedang di pikirkannya, tapi tak sekalipun kutemukan jawaban.

Kecelakaan itu tak hanya merebut kemampuan Naya untuk berjalan dengan kedua kakinya. Tapi kecelakaan itu juga merebut semangat hidupnya. Tak adalagi tawa Nasya yang selalu menghiasi rumah ini. Tak ada lagi senda guraunya yang selalu membuat kami semua tertawa.

Semenjak kecelakaan satu bulan lalu itu, tak pernah sekalipun aku mendengar suara keluar dari bibir indahnya. Kami sudah memeriksakan kondisi ini pada dokter yang merawat Nasya dan jawaban yang kami terima sangatla mengejutkan. Masih terukir jelas bagaimana raut sedih Dokter Herma saat mengatakan Nasya mengalami syok hingga dia tidak bisa berbicara, dan atas usul Dokter Herma, kamipun membawa Nasya ke psikiater.

Namun sudah hampir tiga minggu tak kami dapati kemajuan yang berarti. Menurut Dokter Shinta psikiater yang merawat Nasya tak hanya kondisi fisik Nasya saja yang harus di obati tetapi kondisi mentalnya juga. Ada sesuatu hal yang kami semua tak tahu apa itu telah menggoyahkan mental Nasya hingga membuatnya menjadi seperti ini.

“Nasya~” Dengan perlahan-lahan aku duduk di samping kursi roda Nasya. Butuh waktu beberapa detik hingga Nasya mencurahkan perhatiannya padaku.

Entah hanya perasaanku saja, tapi aku bisa melihat rasa sakit dan kerinduan yang teramat sangat dari kedua matanya. Ingin sekali rasanya aku menarik Nasya ke dalam pelukanku untuk menghilangkan sakit yang di rasakanya.

“Kita makan ya. Tadi Mbok Yum masak sayur ke sukaan kamu.” Perlahan aku menyuapkan makanan yang sejak tadi ku pegang. Jujur, aku tak bisa menahan rasa bahagia dalam hatiku melihat Nasya membuka mulutnya dan menerima suapan demi suapan yang aku berikan. Dan pada saat suapan terakhir, aku mengatakan sesuatu yang beberapa minggu ini inginku katakan pada Nasya.

“Disaat kamu lelah dengan semua yang kamu alami, kamu harus inget, kamu ga sendiri masih ada kakak sebagai tempat kamu bersandar.” Aku sangat terkejut melihat tetes demi tetes air mata yang jatuh dari kedua matanya.

Dengan penuh kelembutan aku menarik tubuh Nasya dalam pelukanku.

***

“Kau mencintainya.” Kata Naya saat aku baru saja keluar dari kamar Nasya.

“Apa maksudmu Naya?” Aku menatap bingung pada tunanganku.

“Jujurlah Kelvin, kau mencintainya.” Sungguh aku tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan Naya saat ini. Lalu sebuah kesadaran merasuki diriku ketika melihat tatapan Naya pada Nasya yang berada di balik punggungku.

“Tentu saja aku mencintainya Naya dia adikku.” Untung saja kami walaupun kami berada di depan pintu kamar Nasya, aku yakin Nasya tidak dapat mendengar percakapan kami. Selain karena jarak kami yang lumayan jauh, juga karena Nasya sedang tertidur lelap di ranjangnya. Setelah tadi hampir setengah jam dia menangis dalam pelukanku.

“Kau tidak mencintainya sebagai adik Kelvin, tapi sebagai seorang wanita.”

***

Sudahku coba untuk memejamkan mataku berkali-kali tapi selalu gagal. Kejadian tadi siang terus berputar dalam kepalaku bagaikan semua film. Dari mulai Nasya yang menangis dalam pelukkanku hingga Naya yang memutuskan pertunangan kami secara sepihak.

“Aku percaya kau memang mencintaiku Kelvin, hanya saja cintamu pada Nasya lebih besar dari pada cintamu padaku.”

“Lebih baik kita tinjau ulang pertunangan ini. Aku tidak ingin salah satu dari kita menyesal di saat semuanya telah terlambat.”

 

“Aku kembalikan cicin pertunangan kita. Saat kau sudah yakin dengan perasaanmu, berikanlah cincin ini pada orang yang telah di pilih oleh hatimu.”

 

“Baik aku ataupun Nasya yang kau pilih pada akhirnya, aku yakin itu adalah jalan yang terbaik untuk kita.”

 

“Aaagrrhh!! Sebenarnya apa yang di pikirkan oleh Naya?”

Sungguh aku tidak mengerti jalan pikiran tunanganku itu. Bagaimana dia bisa beranggapan aku mencintai Nasya, adikku sendiri? Well, Nasya memang bukan adik kandungku, tapi aku sudah mengaggap Nasya sebagai adikku sendiri. Jadi tidak mungkin aku mencintainyakan?

***

Sejak kejadian putusnya pertunangan kami, sudah beberapa hari aku tidak bertemu dengan Naya. Beberapa kali aku berusaha meneleponnya namun tak ada satupun yang dia hiraukan.

Sebenarnya aku ingin pergi kerumahnya dan bertemu dengan Naya langsung, hanya saja aku tidak sampai hati untuk meninggalkan Nasya lama-lama. Bahkan aku sengaja mengambil juti beberapa hari hanya untuk menemani Nasya seperti saat ini.

“Kamu inget foto ini? Ini waktu hari pertama kamu MOS SMA dan hari dimana kakak pertama kalinya berantem sama penggemar kamu.” Aku masih ingat, di hari pertama Nasya MOS SMA (kebetulan dia satu SMA denganku dan aku juga salah satu anggota OSIS) aku ribut dengan Dika yang tak lain adalah PJ Nasya. Aku tidak suka, baru saja MOS di mulai tapi Dika selal mencari-cari alasan untuk berdekatan dengan Nasya. Terlebih lagi saat Dika mulai mencoba untuk menggenggam tangan Nasya. Melihat kejadian itu amarahku langsung menuncak seketika. Tanpa pikir panjang aku langsung menarik kerah seragam Dika dan menghajarnya. Terlihat sok jagoan memang, tapi aku puas dengan apa yang aku lakukan karena setelah kejadian itu, tidak ada lagi senior maupun junior yang berani mencuri-curi kesempatan pada Nasya.

“Liat, di foto ini kamu lucu sekali.” Aku menunjuk satu foto lagi dimana di sana wajahku dan wajah Nasya pebuh dengan tepung. Foto ini di ambil ketika aku mengganggu Nasya yang sedangmembantu bunda membuat kue. Alhasil setelah foto-foto aku langsung mendapat ceramah tujuh menit dari bunda.

Aku terus membulak-balik foto sambil mengenag masa lalu hingga akhirnya tangan Nasya yang dingin menghentikan gerakan tanganku.

“Kakak~”

Deg!

Nasya bicara! Suaranya terdengar lirih dan berat. Hampir saja aku tidak mempercayai pendengaranku.

“K~kau bicara?” Tanyaku tak percaya.

“Ka~kak, tolong jangan seperti ini! Aku sungguh sudah tidak kuat! Tolong... tolong pergilah dari hidupku!” Tubuhku membeku. Ingin sekali aku mengguncang tubuh Nasya yang sedang menangis di hadapanku.

Tolong... tolong pergilah dari hidupku!

 

Rasanya aku ingin mati mendengar kata-kata itu.

***

Well, saya tau kalian kesel sama saya karena ternyara cerita ini belom selesai juga >_<

Sebenrnya sih, cerita ini udah selesai tinggal saya upload aja

Tapiii... sebelum saya sempet upload, kosan saya udah kemalingan duluan T-T dan netbook saya ilang.

Jadiii... akhirnya saya ngetik ulang cerita ini deh~

Dan... jadinya malah beda banget sama yang kemaren hehe

So? Kalian masih penasaran sama cerita ini ga? Kalo masih saya bakal upload 'Salahkan aku mencintainya? (Bagian 3)' secepet mungkin nihh

Jadiii di tunggu comment kalian yaaa cerita ini masih pengen di lanjut apa sampe sini aja *piss

Di tunggu commentnya lohh *KissHug

Continue Reading

You'll Also Like

Dear Romance By Fy Vee

General Fiction

246K 2K 11
Balada klasik anak-anak manusia yang berbeda persepsi dalam mencari Jodoh untuk masa depan. Dalam kisah ini ada empat nama, tiga cerita, dan dua hati...
84.1K 4.9K 17
[Completed] "Diam. Itu lah cara ku mencintai mu. Maaf" *********** "Aku menceraikan mu disaat hati ku juga mulai jatuh pada mu. Maaf"
549 111 36
Barata Ganendratama (Bara) mahasiswa berusia 21 tahun yang terkenal dingin dan suka sekali mengucapkan 'don't touch me' setiap kali seseorang berusah...
9.5K 281 19
ISI BELUM REVISI Berbagai Cerita Pendek yang terlintas di benak dan aku tuangkan disini. Mencoba menulis sesuatu yang baru setelah bergabung di Grup...