ARETHA (A Journal About Love)...

By yulifel

54.8K 5.5K 578

Menurut Aretha, cinta itu bulshyit. Tapi kalau sayang itu baru tulus. Ini semua tentang Aretha, ini kisah ga... More

[PROLOG]
ARETHA #1
ARETHA #2
ARETHA #3
ARETHA #5
ARETHA #6
ARETHA #7
ARETHA #8
ARETHA #9
ARETHA #10
ARETHA #11
ARETHA #12
ARETHA #13
ARETHA #14
ARETHA #15
ARETHA #16
ARETHA #17
ARETHA #18
ARETHA #19
ARETHA #20
ARETHA #21
ARETHA #22
ARETHA #23
ARETHA #24
ARETHA #25
ARETHA #26
ARETHA #27
ARETHA #28
ARETHA #29
ARETHA #30
ARETHA #31
ARETHA #32
ARETHA #33
ARETHA #34
ARETHA #35
ARETHA #36 (Special Cast)
ARETHA #37
ARETHA #38
ARETHA #39
ARETHA #40
ARETHA #41
ARETHA #42
ARETHA #43
ARETHA #44
ARETHA #45
ARETHA #46
ARETHA #47
[EPILOG]
The Beautiful Nerd Girl

ARETHA #4

2.7K 267 7
By yulifel

Sosok yang buat gue dewasa?
Em... Sahabat gue, Delvian.

🌸Aretha Derina Sharon

🍂🍂🍂

Karisa dan Natha yang kebetulan pulang melalui pintu gerbang kampus bagian utara menjadi terkaget saat Aretha mendadak muncul menghadang mobil Natha dengan tangan yang terlipat didada, ekspresinya begitu cuek tanpa takut tertabrak.

Aretha berdiri tegap diposisi itu, dengan tatapan tajam ia menunggu manusia didalam mobil turun.

Natha yang sudah spot jantung hampir menabrak seseorang segera turun dari mobil karena takut Aretha terluka meski jelas Aretha masih berdiri dengan tegap dan baik-baik saja.

"Tha lo, lo ngapain astaga. Lo gakpapa kan?" Kepanikan dari Natha membuat Aretha berdecak dan menurunkan lipatan tangannya.

Gadis itu menaikkan alis lalu membuka ranselnya,dengan cepat tangannya mengambil sebuah botol betadine sisa dan sebuah hansaplash bermotif hewan.

"Nih." Aretha memberikannya pada Natha yang kebingungan. Ditambah Karisa yang ikut turun dari mobil juga nampak tidak mengerti maksud Aretha. "Karisa, sorry tapi gue mau ngomong berdua sama Natha, boleh?"

Karisa langsung mengangguk takut takut. Mata Aretha berubah menajam, membuat Karisa segan dan langsung angkat kaki dari sana.

"Lo beneran gakpapa kan?" Tanya Natha masih khawatir pada keadaan Aretha.

Aretha menghela nafas lelah, "gue baik-baik aja. Gak usah lebay." Ketusnya.

Natha mengangguk lega,"syukurlah. Btw, ini apa?" Cowok itu mengacungkan dua benda yang diberikan Aretha.

"Buat lo, nanti juga lo butuh." Ujar Aretha pergi meninggalkan Natha yang tercengang bingung.

Natha hendak berlari mengejar langkah kaki panjang Aretha, namun silau matahari dari langit seakan menyilaukannya ketika ia mendadak menoleh kekiri dengan otot yang mendadak menegang.

TIIINNN...

Suara klakson motor mencengangkan telinga Natha, juga para pejalan kaki yang berlalu lalang. Beberapa orang menahan teriakan ketika justru Natha terjatuh ke aspal jalan dengan tangan menutupi wajahnya.

Ngreengg.. Ngreengg..

"MINGGIR GOBLOK, INI JALAN, BUKAN TEMPAT TIDUR!" Seseorang berteriak dari dalam helm fullfacenya. Lalu membukanya ketika Karisa menolong Natha untuk bangkit. Hampir saja Natha ditabrak pengendara motor itu.

"Heh, lo yang bener dong kalau nyetir, sengaja ya." Karisa mengomel karena pengendara itu seakan acuh.

"Lo gakpapa kan Nath." Tanya Karisa memeriksa kondisi Natha yang masih baik-baik saja. Namun siku Natha berdarah karena bergesekan dengan aspal.

Natha mengangguk, "anjir jantung gua kayak copot dua kali." Ia melirik si pengendara ugal-ugalan itu dengan lototan tajam.

"Gue bisa bikin jantung lo copot dan gak balik lagi. Mau?" Penawaran cowok didalam helm itupun mampu membuat Natha mengepalkan tangan hendak menghajar,namun Karisa menahannya dengan membawa Natha masuk kedalam mobil.

Meninggalkan sebotol betadine dan sebuah hansaplash dijalan.

Cowok itu membuka helmnya ketika Natha dan Karisa pergi dari halaman kampus. Dia memungut betadine itu, juga hansaplashnya.

"Cupu lo!" Ketus Aretha datang entah dari mana. "Sinih, punya gue." Aretha meminta betadine dan hansaplashnya.

"Gak. Enak aja, gue yang nemu." Cowok itu memasukkan kedua benda itu kedalam ranselnya.

Aretha cuma bisa berdecak, kemudian tersenyum. "Thanks Ken."

Cowok itu menaikkan alis tebalnya sambil menyungging senyum menyebalkan seperti biasa. "Harusnya tadi gue tabrak si Natha bangsat itu."

Aretha menggeleng, "jangan deh kasian. Gue liat mukanya hampir lo tabrak tadi aja udah berasa kayak dia mau mati." Kekeh Aretha.

Cowok itu, Kanoa hanya mengangguk menyetujui. "Naik." Ajaknya pada Aretha untuk naik diatas jok motornya.

"Anterin sampe rumah ya." Cengir Aretha.

Kanoa menoleh sarkartis sambil memasang helm. "Males. Jauh."

🍂🍂🍂

Suasana kamar yang sama sekali tidak berubah dari seorang Aretha. Berantakan, penuh dengan poster sketsa wajah dirinya juga Justin Beiber, sang juara bertahan yang sejauh ini masih menjadi penyanyi favoritnya dari SMP.

Aretha sedang asik bercerita dengan gejolak emosi yang biasa ia luapkan kepada sahabatnya. Gadis itu mengunyah sambil mengomel tanpa henti.

"Hahaha, uhuk-uhuk!"

"Tuhkan keselek. Pelan-pelan mangkanya." Aretha menepuk punggung belakang Delvian pelan setelah baru saja ia memberikan segelas air putih.

Ia menyudahi curhatan tentang mengerjai Natha siang tadi.

"Parah lo berdua tapi." Delvian menggelengkan kepalanya sambil menunjuk kedua tersangka, Aretha dan Kanoa.

Kanoa mengernyit, ia merampas chiki dari tangan Delvian lalu mengunyahnya rakus, "komen aja lo monyet."

"Iya habis siapa suruh Natha cari gara-gara sama gue. Ya untung tadi Kanoa gak nabrak tu orang beneran." Aretha membuka mulutnya untuk mendapat sepotong chiki dari tangan Kanoa. Namun lama membuka mulut, Kanoa malah mempermainkannya dengan memakan chikinya sendirian. Sial!

Aretha berakhir mendengus, sedangkan Kanoa tersenyum diujung bibirnya.

"Lain kali bilang baik-baik aja sih. Kalian berdua kan bukan anak SMA lagi. Dewasa dikit kali." Ujar Delvian memberi petuah.

Kanoa berakhir melemparkan beberapa chiki ke muka Delvian setelah kalimat itu, "monyet sotoy."

"Bangke!" Umpat Delvian. "Gue serius nyet."

Oh, oke. Selain Delvian adalah orang yang paling normal diantara Aretha dan Kanoa. Dia juga merupakan simbol kedewasaan. Aretha mengakui itu, juga menghargai apa yang Delvian katakan. Tentu Aretha menyukai petuah Delvian, karena sesekali ia dan Kanoa memang harus diluruskan. Tingkah kekanak-kanakan mereka terkadang memang agak berlebihan.

Meski nyatanya, perubahan menjadi dewasa adalah tidak semudah itu dilakukan. Apalagi untuk Aretha dan Kanoa yang lebih menyukai kebebasan.

"Iya-iya. Gak cari masalah lagi deh." Manyun Aretha menurut.

Delvian tersenyum, "pinter." Cowok itu mengusap kepala Aretha pelan.

Kanoa melirik dari sudut matanya, "nurut banget kayak kucing anggora di rumah." Celetuknya.

"Ishh!" Aretha menjitak kepala Kanoa kesal.

Delvian terkekeh, sedangkan Kanoa tampak kesal.

"Eh iya Tha, besok Arden pulang ya?" Delvian mendadak mengambil posisi tidur dipangkuan Aretha dengan memainkan ponselnya.

Aretha yang terkaget segera menetralkan raut wajahnya, "i-iya." Gadis itu memalingkan wajah.

Kanoa yang tidak mau kalah segera menyandarkan kepalanya dibahu Aretha.

"Ih, berat Ken!" Protes Aretha karena mendadak Kanoa ikutan bersandar padanya.

"Delvian gak berat." Celetuknya.

Aretha diam, sedetik, kemudian gadis itu jadi sebal sendiri. "Minggir-minggir semuanya,-" gadis itu mengusir Kanoa dan Delvian serentak.

Kedua cowok itu duduk dengan tatapan tanya.

"Kenapa Tha?" Tanya Delvian membuat lagi-lagi Aretha tergagap.

",-anu, mau ambil minum." Ceplosnya asal langsung ngacir keluar kamarnya, diikuti olah Delvian yang iseng mengikutinya.

"Setan!" Umpat Kanoa pelan hampir tak terdengar.

Disisi lain, dilantai bawah Aretha sedang membuka kulkas. Gadis itu mengambil sebotol air putih dan langsung meneguknya dari sana. Setelah kemudian ia terbatuk karena Delvian membuatnya kaget.

"Pelan-pelan." Delvian menepuk punggung Aretha pelan seperti yang Aretha lakukan tadi terhadapnya.

Aretha mengusap mulutnya yang basah lantas menutup botol minumnya dan meletakkan kembali ke kulkas.

"Tante mana?" Tanya Delvian memperhatikan suasana rumah yang sepi.

"Kondangan." Jawab Aretha singkat. "Lo, ngapain?"

"Mau minum juga." Cengir Delvian, membuat seketika Aretha berdecak. Cowok itu mengambil botol lain dari kulkas lalu menuangkannya ke gelas dan meminumnya sampai habis.

"Ohya Yan, gimana hubungan lo sama Latisa?" Tanya Aretha penasaran sejak hari lalu.

Delvian meletakkan gelasnya di meja, menghela nafas panjang, cowok itu mengangkat alis. "Ya gitu, udah mantan."

"Ya tau. Maksud gue, kenapa gitu kalian putus? Bukannya lo udah mulai suka ke Latisa. Latisa juga udah sayang banget kayaknya sama elo."

Delvian terkekeh, "sayang? Kayaknya udah enggak." Tuturnya.

"Maksudnya elo udah gak sayang dia?" Perjelas Aretha.

Delvian menggeleng, "bukan. Latisa yang udah gak sayang gue. Dia udah punya cowok lain."

Aretha menganga, "oh.." gadis itu merasa salah membuka topik pembicaraan. "Sorry." Maafnya.

"Santai aja. Lagian udah bukan saatnya lagi buat bahas masalah cinta-cintaan. Gue mau fokus aja ke mimpi gue." Senyum Delvian penuh percaya diri.

Arethapun mengangguk tidak enak. Namun ia juga tersenyum menyemangati Delvian sambil menepuk pundak cowok itu. "Semangat Yan. Gue dukung lo terus."

Delvian mengusap kepala Aretha sambil melebarkan senyum, "iya, makasih ya Tha."

🍂🍂🍂

Hallo readersku 😂 ...
Maaf lama ya updatenya, huhu aku lagi sibuk banget nih. Kerjaan numpuk udah kaya apaan tau! #curhat #plak!!🙉

Kabar baik... dalam waktu dekat part 5 akan aku publish, dan ada Arden disana loh.. yeayy, akhirnya Arden nongol setelah sekian lama wkwk #lebay. 

Bye sampe ketemu di ep. selanjutnya ya guys! 😘 kalian luar biasa..

Continue Reading

You'll Also Like

8K 575 35
Isi Buku: -Cerita pendek [cerpen] 1. Ide Selalu Menyertai Orang yang Mau Berusaha 2. Jagalah Jarimu, Karena Bisa Jadi Dimasa Depan Kamu Akan Dibenci ...
1.4M 194K 54
Rasa-rasanya, diriku sudah mengalami hal-hal buruk yang umum menimpa manusia yang masih hidup di bumi. Kehilangan orang tua di usia muda? Sudah kuala...
15K 1.4K 42
Karena bersembunyi di Saturnus lebih aman daripada terjebak di pulau penghakiman seperti Bumi.
1.5M 69K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...