SUPER STAR

By ibgyxxi

41K 4K 324

"Apa memang seberat ini menjadi makeup artist dari seorang superstar seperti dirinya? Kalau aku tau, aku tida... More

1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

5

1.9K 197 7
By ibgyxxi

Dara's POV

Aku terbangun pukul lima pagi dan hampir saja berteriak karena mendapati Jiyong tengah tertidur dengan posisi menelungkupkan setengah badannya berada di tempat tidurku sambil menggenggam tanganku. Aku sempat lupa bahwa aku yang memintanya untuk menemaniku malam tadi.

Aku benar-benar sudah kehilangan akal sehatku! Astaga!

Aku memang selalu seperti ini saat sakit. Aku selalu berpikir bahwa kematian sedang mengintaiku saat aku sakit, entah itu hanya demam ataupun penyakit lainnya.

Pikiranku memang terlewat ekstrim!

Oleh karena itu aku sangat benci jika aku sendirian saat aku sakit. Aku akan selalu berpikir bahwa akan sangat menyedihkan jika aku mati tanpa ada siapapun bersamaku. Aku akan menangis setelah memikirkannya dan membuat kondisiku malah menjadi lebih buruk. Entahlah.

Fyuh...

Melihat wajahnya saat tertidur seperti ini, dia malah terlihat seperti anak-anak. Wajahnya lucu sekali. Sangat berbeda dengan yang aku saksikan saat dia berada diatas panggung atau saat didepan camera. Aku membayangkan bahwa yang akan menjadi pasangannya nanti pasti akan bangga sekali memiliki kekasih seperti dirinya ini.

Hey! Dia seorang G-Dragon! Siapa yang tidak akan bangga?

Sebenarnya dibalik sikap menyebalkannya, dia ini juga seorang yang sangat manis. Cuma dia tidak bisa menyampaikannya dengan benar. Bagaimana dia bisa mempunyai kekasih kalau sikapnya seperti ini? Ckckck...

Eeyy...

Dia akan menyakiti tubuhnya karena tidur dengan posisi seperti ini semalaman. Ck!

"Ji?"

Dia sama sekali tidak bergeming.

"Hey" panggilku sambil berusaha menarik tanganku dari genggamannya.

"Hm?" gumamnya pelan lalu bangun dengan cepat, "kau perlu sesuatu? Mau aku ambilkan air minum?" tanyanya dengan suara paraunya.

Aku menatapnya lama.

"Kenapa?" tanyanya masih sambil mengumpulkan kesadarannya.

Aku bangun dari tempat tidurku, "tidurlah" kataku sambil menepuk tempat tidur, "Kau akan menyakiti tubuhmu jika kau terus tidur seperti itu"

"Kau sudah baikan?" tanyanya tak mengindahkan perkataanku. Selalu saja begitu.

Aku mengangguk, "berkatmu"

"Syukurlah" katanya lalu menghela napas lega.

"kau istirahat saja. Aku akan kembali ke kamarku sebelum ada yang sadar" katanya lagi lalu pergi ke kamarnya begitu saja sebelum aku sempat menjawabnya.

Aku tidak menyangka kalau dia akan menemaniku hingga pagi hari seperti ini. Ini semua diluar perkiraanku.

Bagaimana jika aku terbawa oleh perasaanku karena sikapnya ini? Bagaimanapun aku juga wanita.

***

Dara masih merasa canggung ketika berada di dekat Jiyong. Kejadian ketika berada di Jepang masih hangat diingatannya. Bagaimanapun juga, semalaman dia dan Jiyong tidur sambil berpegangan tangan.

"Aku masih belum bisa menatap matanya" batin Dara.

Sikap Jiyong juga membuat Dara semakin canggung saat berada di dekatnya. Dia menjadi sangat pendiam sejak kejadian malam itu.

"Aku penasaran apakah kau sudah menggunakannya atau belum" ucap Tabi sengaja saat melewati Dara yang tengah memilihkan aksesoris milik Jiyong.

Dara menatap Tabi tajam, "jangan macam-macam!" ancam Dara.

"Aku hanya penasaran saja" katanya lalu tertawa sendirian.

"Aish! Menyebalkan sekali!" dumel Dara pelan.

Sementara Jiyong berusaha untuk menahan dirinya dari sifat keingin-tahuan dirinya yang cukup tinggi sambil memperhatikan hyungnya itu yang melenggang keluar ruangan setelah menggoda Dara.

"Ini. Cincin dan gelang yang ini bagaimana?" tanya Dara sambil memperlihatkan barang yang dia maksud.

Jiyong hanya mengangguk, mengiyakan.

"Kau mau pakai kalung juga?" tanya Dara.

Jiyong mengangguk.

"Karena outfit kalian sudah berwarna-warni, bagaimana kalau kau memakai kalung ini saja?" tanya Dara sambil menunjukkan kalung panjang dengan tali hitam dan liontin berbentuk seperti cincin.

Jiyong mengangguk lagi lalu mengambil kalung itu. Namun Dara menahannya.

"Kau berencana untuk tidak bicara padaku selamanya?" tanya Dara.

"Apa maksudmu?" tanya Jiyong akhirnya.

"Kau dari tadi hanya mengangguk. Kau sama sekali tidak menanggapi perkataanku" protes Dara.

"Mengangguk juga adalah bentuk dari tanggapan, Dara" elak Jiyong lalu mengambil kalung itu dan memasangnya sendirian.

"Benar juga" batin Dara.

"Sebenarnya Tabi hyung membicarakan apa? Aku sudah mendengarnya sejak kita berada di Jepang" tanya Youngbae yang tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya kali ini.

"Hah? Entahlah" ujar Dara berpura-pura tidak tau apa yang dimaksud Tabi dan melanjutkan pekerjaannya. Sementara Jiyong hampir saja mengumpat karena terlalu lama memendam rasa penasarannya.

"Hey! Youngbae bertanya padamu! Harusnya kau jawab dengan jujur! Dia itu kan... bias-mu. Argh! Aku belum bisa menerima kenyataan bahwa dia mengidolakan Youngbae dan sekarang ada lagi rahasia antara dia dan Tabi hyung! Berapa lama lagi aku bisa bertahan dalam keadaan seperti ini?" pekik Jiyong didalam pikirannya.

***

Dara's POV

PARIS!!

KYAA~~

Aku tidak pernah membayangkan kalau aku akan sampai ke tempat ini. Tempat paling romantis sejagad raya menurutku. Entahlah, mungkin karena aku terlalu sering menonton telenovela saat aku masih remaja.

Menara Eiffel, tunggu aku! Aku akan kesana bagaimanapun caranya!

Konser berakhir pukul 9.30, aku dan staff pribadinya akan ikut rombongan member Bigbang. Jarak kembali ke hotel hanya 15 menit. Jadi, 9.45 aku sudah bisa langsung menyelinap ke menara Eiffel!

Tapi kalau Jiyong memintaku untuk menemaninya makan malam, setidaknya akan memakan waktu 15-30 menit. Setidaknya pukul 10.15 aku baru bisa berangkat ke sana?

It's okay, Dara. Mereka tutup pukul 11 malam! Kau masih punya cukup waktu.

Ah! Aku benar-benar tidak sabar untuk pergi kesana. Aku bahkan sudah sangat senang saat melihatnya dari jendela kamar hotelku siang tadi. Aku bahkan memotretnya dan mempostingnya ke akun SNS ku.

"Kau sedang merencanakan apa?" tanya Jiyong dengan wajah terganggunya.

"Tidak ada apa-apa" jawabku berbohong.

"Kau tidak akan bisa menyelinap keluar kali ini" ucapnya dengan mata terpejam.

"Kenapa?"

"Kau harus menemaniku ke suatu tempat setelah konser" ucapnya terdengar seperti perintah.

Eeyy... Aku merasa dia akan mengacaukan rencanaku kali ini.

Aigoo~ Menara Eiffel-ku....

***

Jiyong's POV

"Kau tidak akan kemana-mana malam ini. Kau harus menemaniku ke suatu tempat setelah konser"

Bagaimana aku harus mengatakannya? Bagaimana caranya aku bisa berbicara dengan manis seperti Youngbae? Atau memikat hari dengan cara Daesung? Berapa banyak wanita yang mengejar-ngejar mereka karena sikap mereka itu?

Sedangkan aku? Aku dikejar-kejar wanita hanya karena uang dan popularitas.

Drrrrtttt.... ddrrrttttt...

"Ji! Apa kau belum menghubunginya?" tanya Dara setengah protes.

"Apa? Siapa?"

Dia memperlihatkan layar ponselnya padaku.

Jooyeon...

"aku lelah setiap malam harus menjelaskan padanya kalau ponselmu ada padaku. Dia tidak mau mendengar! Apa kau tidak memberinya nomor telepon barumu? Dia bahkan menuduhku mencuri ponselmu!"

"Kemarikan" aku mengambil ponsel itu agak kasar lalu menjauh dari jangkauan dengar Dara.

"Halo"

"Jiyong? Ponselmu sudah kembali? Syukurlah. Aku pikir...."

"Ada apa?" potongku cepat.

"Kenapa kau terlihat menjauhiku selama ini?" tanyanya terdengar kecewa.

"Menjauhi? Sejak kapan kita 'sedekat' itu?"

"Aku merindukanmu" katanya lagi tidak mendengarkanku.

"Aku tidak ada waktu, noona"

"Tapi aku serius dengan perkataanku waktu itu, Ji" katanya memaksa.

"Jangan rusak persahabatan kita, noona. Aku menghormatimu karena kau adalah seniorku. Tidak lebih"

"Apa?" katanya masih tidak percaya.

"Ah, dan satu lagi. Jangan menelepon ke nomor ini lagi. Jangan mengganggunya saat malam hari. Apalagi menuduhnya yang tidak-tidak"

"Siapa? Makeup artist-mu?"

"Dia lebih dari yang kau pikirkan" ucapku lalu memutus sambungan telepon tanpa menunggu balasan darinya.

Aku mengembalikan ponsel itu pada Dara.

"Aku benar-benar tidak perlu kau pinjami ponsel jika memang kau masih menggunakannya, Ji" katanya pelan.

"Pakai saja" jawabku singkat.

Moodku benar-benar hancur jika Dara mengembalikan ponsel ini karena hal seperti ini.

"Biar aku beli ponsel yang baru saja, Ji"

"Kalau begitu kau buang saja ini" ucapku lalu meninggalkan ponsel itu diatas meja bersama Dara yang masih mencoba untuk bernegosisasi denganku.

Padahal aku baru saja akan memberitahukan rencanaku malam nanti padanya, tapi sikapnya yang seperti ini membuatku berpikir ulang untuk melakukannya.

Moodku benar-benar berantakan karenamu, Dara.

***

Dara's POV

Sepanjang hari Jiyong menjadi super pendiam setelah perdebatan kecilnya denganku pagi tadi. Saat rehearsal dimulai, semua orang terlihat lebih sibuk dari biasanya. Aku bisa melihat semua itu dari sisi panggung.

Tidak ada satu memberpun yang bercanda kali ini. Bahkan Tabi dan Seungri juga menjadi sangat serius kali ini.

Saat Jiyong memeriksa sesuatu, dia akan memanggil staf yang bertanggung jawab dan memberinya arahan, tetapi dengan wajah seriusnya itu aku yakin itu bukanlah hal yang baik.

Semua orang terlihat mondar-mandir dihadapanku. Namun saat aku akan menolong mereka, mereka menolak. Apalagi saat Jiyong melihat kearah kami. Semua orang akan menolak dan langsung pergi tanpa sempat berbicara apapun padaku.

Apa karena ini semua aku harus menjaga mood naga itu? Aku masih tidak percaya. Bagaimana mungkin hanya karena perubahan moodnya bisa menyebabkan kekacauan seperti ini?

Apakah sebesar itu pengaruh seorang G-Dragon? Hingga semua orang tampak patuh terhadapnya. Maksudku, dia bukan Yang Hyunsuk! Kenapa semua orang harus takut padanya?

"Itu karena dia G-Dragon. Dia adalah anak emas YG" ujar Tabi seperti mendengar pikiranku barusan.

Entah sejak kapan berada dia berada disampingku sambil asik menghisap rokoknya, menatap kearah yang sama denganku.

Aku otomatis memasang maskerku karena asap rokoknya. Tidak lucu, 'kan kalau tiba-tiba asmaku kambuh disini?

Jantungku hampir saja melompat keluar saat Jiyong berteriak dengan mic yang masih bertengger diwajahnya.

"Hyung!!" teriaknya.

"Wae?" sahut Tabi malas.

"Jangan merokok didekatnya, dia punya riwayat asma!" serunya masih dengan mic.

"Matikan sekarang dan kembali keatas panggung!" perintahnya pada hyungnya itu lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Semua orang fokus kearahku dan Tabi yang mengomel sambil mematikan rokoknya. Sampai kapan dia akan terus membuatku malu didepan orang banyak seperti ini?

Harusnya kau matikan microphonemu itu terlebih dahulu, Kwon Jiyong!

"Dasar naga pemarah!" dumelnya pelan. "Apa dia tidak pernah merokok didekatmu, noona?"

Aku menoleh kearah Tabi, terkejut, "Jiyong perokok?"

"Kau pikir? Dengan banyak tato diseluruh badannya itu, kau pikir dia tidak merokok?"

Aku menggeleng.

"Eeyy.. dia bahkan lebih parah dariku" ucap Tabi lalu melenggang santai keatas panggung.

Apa? Jiyong merokok? Dan lebih parah dari Tabi? Tidak mungkin. Dia tidak pernah satu kali pun terlihat merokok atau memegang bungkusan rokok selama aku bekerja dengannya. Aku bahkan tidak pernah mencium asap rokok saat aku mendandaninya!

Heol!

Bagaimana dia bisa menyembunyikan semua itu? Pantas saja dia bisa berpacaran tanpa diketahui media.

***

Dara menatap wajah Jiyong saat hampir selesai mendandaninya.

"Sudah selesai?" tanya Jiyong.

"Belum"

"Lalu kenapa kau berhenti?" tanya Jiyong lalu mendelik kearah Dara yang duduk disampingnya.

Dara menghela napasnya pendek, "dengarkan aku, Ji. Aku tidak tau kenapa kau memarahi staf- staf itu sepanjang hari ini. Tapi kau harus ingat, ini adalah konser Bigbang. Jangan kecewakan penggemarmu. Mereka ingin melihatmu. Tidak setiap hari mereka bisa mempunyai kesempatan seperti hari ini. Jadi, jangan kecewakan mereka, okay?"

Jiyong menatap Dara malas, "apa aku terlihat seperti akan menghancurkan konserku sendiri?"

Dara mengangguk cepat.

"Aku tidak akan menghancurkannya, Dara"

"Ya, aku hanya mengingatkanmu saja"

"Terima kasih" jawab Jiyong lalu menutup matanya lagi.

"Ji" panggil Dara lagi.

"Apa?" sahut Jiyong tanpa membuka matanya.

"Maaf"

Jiyong menatap Dara lekat, "kenapa kau minta maaf?"

"Yah, aku hanya minta maaf kalau saja aku sudah melakukan kesalahan yang tidak aku sadari dan  membuatmu marah atau merasa tidak nyaman"

Jiyong terkekeh pelan.

"Kenapa kau malah tertawa?" protes Dara.

"Sudahlah, jangan dipikirkan. Aku hanya sedang banyak pikiran" jawab Jiyong santai.

"Kau bisa menceritakannya padaku, kalau kau mau" tawar Dara.

"Akan aku pikirkan nanti" jawab Jiyong sok jual mahal.

"Aish!"

Jiyong tertawa melihat wajah sebal Dara.

"Padahal dia cukup peka terhadap perubahan sikapku. Tapi kenapa dia masih tidak menyadari perasaanku padanya hingga saat ini?" batin Jiyong.

***

Continue Reading

You'll Also Like

Cruel By Riska Ardianti

Historical Fiction

242K 18K 35
Kejadian itu berlangsung beberapa tahun yang lalu, ketika aku masih menjadi gadis yang baik, ketika aku mengalah pada semua orang, ketika aku menerim...
7.5K 1.2K 43
Seorang gadis remaja dengan jiwa petualangnya harus menerima kenyataan pahit bahwa ia telah dijodohkan dengan orang yang sama sekali tidak ia kenal a...
214K 28.2K 48
[Historical Fiction - Mystery] The Secret in His Eyes Scarlett Selina Green baru saja berusia tujuh belas tahun saat seorang anak laki-laki bernama E...
557K 61.1K 48
Louis Aldrich Hasting, Marquess of Pembroke adalah salah satu bujangan yang paling diicar oleh para wanita single ataupun wanita bersuami di seluruh...