[ONHOLD] Oath📍OngNiel

By unpublishsay

46.1K 7.9K 1.7K

Daniel? Tembam, Culun, Udik, Kutubuku Seongwoo? Populer, Tampan bawaan lahir, Gaul, Pintar tanpa harus menjad... More

Prakata
Oath 1 - First
Oath 2 - Daniel
Oath 3 - Auto-Seongwoo
Oath 4 - Awal atau Akhir?
Oath 5 - Apa Kabar Daniel?
Oath 6 - Mau Makan Bareng?
Oath 8 - Pernyataan Suka
Oath 9 - Malu-malu mau
Oath 10 - Hutan Jeju
Oath 11 - Mantan Kekasih

Oath 7 - (bukan) Kencan

3K 594 64
By unpublishsay

Seruan rindu Daniel berbalaskan tawa canggung dari Seongwoo. Tawa yang menggema didalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang itu. Menanggapinya Daniel hanya menampilkan cengiran lebar, serta mengusap-usap telinga yang sudah berubah warna.

"Aku juga rindu-

pada masa dimana kita tertawa bersama, dimana kamu dulu merengek untuk ditemani pergi membeli buku."

"Aku tidak merengek kak, hanya minta tolong." Sergah Daniel. Tidak tahu kondisi memang, padahal Seongwoo ingin mengulas memori lalu mereka.

"Oh, iya iya, dimana juga saat Daniel gembil sok jago dan kita hampir berkelahi menentukan siapa yang duduk atau berdiri didalam bis. Dimana Daniel yang sok hebat menantang kakak kelasnya-

dimana Daniel akhirnya terluka karena- aku. Maafkan aku Niel-ie"

Hening kembali tercipta, Seongwoo menunduk menghembuskan nafas kasar. Ia meremat jemarinya dalam diam. Daniel sendiri menjadi kikuk, pembahasan ini terlalu jauh, bahkan ini bukan saat yang tepat.

Sesekali Daniel mencuri padang pada Seongwoo, memastikan ekspresi dan suasana hati Seongwoo. Kakinya lemas saat melihat Seongwoo termenung, ia tidak fokus mengemudi. Dengan menyalakan lampu sen, Daniel menepikan mobilnya. Sedang Seongwoo masih betah dalam diamnya.

"Kak.." entah dengan keberanian dari mana Daniel mengamit tangan kanan Seongwoo. Mengelus punggung tangannya.

"Kalau waktu diulang kembali. Aku akan tetap memilih dan menjalani hal yang serupa. Bagiku, pertemuan dengan kakak, kenangan dengan kakak adalah sesuatu yang berkesan dan tidak akan kulupa. Kumohon jangan menyalahkan pertemuan kita, karena hanya hal baik yang akan kuingat."

Seongwoo mendongak, manik matanya bertemu dengan manik mata penuh keteguhan milik Daniel. Ia didominasi lagi, terhipnotis untuk mengangguk paham.

"Kak janji, jangan ingat kenangan buruk diatara kita. Lupakan, kumohon.." pinta Daniel, tapi bagi Seongwoo itu adalah perintah, ia mengangguk lalu meneguk salivanya karena tenggorokkannya terasa begitu kering.

Sedikit menggenggam erat tangan Seongwoo Daniel membisikkan ucapan terima kasih, lalu mulai melajukan kembali mobilnya membelah jalanan kota Seoul yang lumayan padat saat ini.

🌼


Seongwoo sudah mulai banyak berinteraksi dengan Daniel sejak pembicaraan serius mereka dimobil tadi. Daniel pun sudah menunjukkan senyuman lebar khas miliknya. Mereka berjalan berbarengan disalah satu pusat perbelanjaan, tempat yang sama terakhir kali mereka bersama beberapa tahun lalu.

Setelah membeli beberapa buku yang diinginkan, mereka menuju restoran cepat saji favorit, Daniel memilih tempat kosong. Memaksa Seongwoo duduk manis dan menunggui barang belanjaannya, sementara Daniel melesat pergi untuk memesan makanan.

Seongwoo hanya menggelengkan kepala heran, kalau Daniel yang dulu bisa ia atur untuk duduk manis. Tapi sekarang malah ia yang didominasi.

Dari tempatnya duduk, ia bisa melihat dengan jelas punggung lebar Daniel saat ia mengantri. Pikirannya berkelana, apa kegiatan Daniel belakangan ini sampai fisiknya banyak berubah, walau dalam artian yang baik sih. Pertanyaan pun bergelayut dibenaknya, apakah Daniel hidup dengan baik? Apakah Daniel tida terlibat masalah diluar negeri?

Lamunannya terjeda saat Daniel yang ia pandangi mendadak menoleh kearahnya. Ia membuat gesture agar Seongwoo bersabar karena antriannya panjang. Raut wajahnya tampak murung dengan mencebikkan bibirnya. Spontan Seongwoo terkekeh, dan membalas dengan isyarat oke dengan jarinya.

Beberapa menit kemudian, Daniel datang dengan sebuah nampan yang penuh dengan makanan dan minuman. Seongwoo berdiri untuk membantu namun Daniel memerintahkan Seongwoo untuk tetap duduk. Setelah menata mejanya, Daniel duduk berhadapan dengan Seongwoo.

"Ayo makan kak." Serunya. Ia mengambil sepotong ayam dan sebungkus nasi ke piring Seongwoo.

"Berapa Niel? Biar aku yang traktir." Seongwoo memandang Daniel antusias. Bagaimanapun bukankah yang lebih tua yang harus membayar?

"Kak, jangan buat Daniel gak selera makan yah. Makan aja, anggap aja sebagai ucapan terima kasih udah nemenin Danien jalan-jalan."

Iya, kalau dulu Seongwoo langsung menepuk kepala Daniel yang sok jagoan, dan membayar semua makanannya. Namun saat ini ia hanya menurut dengan perkataan Daniel.

Waktu memang sudah berlalu, begitu cepat bahkan bisa memutarbalikkan keadaan.

Seongwoo mulai menyantap makanannya dengan lahap, karena sudah lewat jam makan malamnya dan ia memang sedikit lapar. Ditengah aktivitasnya menyantap makanan, sebuah tangan terulur dibibirnya.

"Ada saus yang menempel kak." Usap Daniel disudut bibir Seongwoo dengan ibu jarinya, lalu menjilat saus itu dijarinya sendiri.

Seongwoo tercekat, ia mendadak tersedak. Daniel dengan sigap memberikannya minuman. Dalam hatinya Seongwoo merutukki diri yang entah kenapa cepat sekali blushing dengan perlakuan Daniel.

"Kak ini kentang gorengnya dimakan dong."

"Sudah tidak kuat Niel, kamu pesannya banyak banget sih. Sekarang aku tidak makan sebanyak dulu." Seongwoo menepuk perutnya beralasan sudah kenyang. Ia juga menatap nanar satu porsi besar kentang goreng yang belum tersentuh.

"Yah, sayang banget. Kalau begitu, ini sedikit aja kak." Daniel menyuapkan sepotong kentang yang sudah dicolekkan saus. Seongwoo dengan ragu menerimanya, dan mengunyahnya dengan cepat.

Sebelum Daniel menyuapkannya lagi dan akan membuat jantungnya tidak sehat, Seongwoo buru-buru mengambil beberapa potong kentang lalu mengunyahnya

"Sudaahhh, ayok Niel udah kenyang gini." Ajak Seongwoo, Daniel terkekeh mengiyakan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam setelah mereka selesai makan malam. Dan Daniel meminta Seongwoo menemaninya untuk bermain di tempat permainan, lagi-lagi Seongwoo mengiyakan tanpa banyak protes.

Kalau dulu Daniel hanya jadi penonton saat Seongwoo bermain. Kini Daniel lah yang memilih permainan dan memainkan semuanya sendiri, seolah ingin memamerkan kemampuannya yang sudah sangat meningkat.

Permainan terakhir, Daniel dance mengikuti arahan dari layar. Ia mendapatkan nilai sempurna. Seongwoo bertepuk tangan dan memberi semangat.

Setelah selesai bermain, Daniel dengan nafas terengah-engah kelelahan duduk dibangku. Seongwoo menawarkan air mineral. Daniel meminumnya beberapa tegukkan, setelahnya ia tersenyum lebar.

"Kamu hebat Niel, latihan terus ya?" canda Seongwoo, tapi dibalas anggukan oleh Daniel. Peluh tampak membuat rambutnya lepek.

Dengan gemas Seongwoo merapikan rambut Daniel yang berantakkan.

"Rambut kamu sampe acak-acakan gini, semangat banget sih mainnya." Dengan jemarinya Seongwoo menata rambut Daniel. Hingga wajah mereka berjarak sangat dekat.

Daniel terpaku, semua terasa bagaikan mimpi. Ia tidak menyangka akan bisa cepat akrab dengan kakak kelas yang sangat ia rindukan itu. Dan bahkan kini jarak mereka hanya terpaut beberapa cm, wangi vanilla yang menguar dari Seongwoo pun bisa dengan jelas ia hirup.

Daniel memejamkan matanya. Menyamankan diri saat Seongwoo masih menata rambutnya. Ia menghirup nafas dalam, seolah ingin menghirup habis semua wangi parfum Seongwoo yang menguar.

"Sudah tampan sekarang, ayo pulang nanti kemalaman."

Walaupun masih ingin berlama-lama, Daniel sudah cukup puas bisa bersama Seongwoo dalam 4 jam ini. Hal yang biasanya hanya mampu ia mimpikan.

Mereka jalan menuju lobi, Daniel berusaha menetralkan degup jantungnya. Sedang Seongwoo sedang berperang dengan pikirannya.

"Daniel anter pulang ya kak.."

"Tidak usah Niel, deket sini kok kost-an aku." Tolak Seongwoo, ia merasa tidak perlu merepotkan Daniel lagi, tohnya mereka hanya sebatas adik-kakak kelas saat sekolah dulu.

"Nah, justru karena dekat itu Daniel harus antar. Tidak menerima penolakkan ya kak." Kerling Daniel, lalu merebut kantung belanjaan ditangan Seongwoo dan berjalan mendahuluinya. Membuat sipemilik memrotes dan mengejar Daniel.

🌼


Seongwoo bohong, kost-annya berjarak setengah jam dari pusat perbelanjaan yang mereka datangi tadi. Sedari tadipun Seongwoo sudah meminta diturunkan ditengah jalan saja oleh Daniel.

"Jauh begini mau pulang sendiri, nanti kakak diculik om mesum lho." Ujar Daniel menakut-nakuti, Seongwoo jadi bergidik betulan. Ia hanya pasrah saja sampai mereka tiba di daerah tempat Seongwoo tinggal.

"Disini ya kak?" tanya Daniel, ia menoleh kesekitar. Gelap, ia pun bersyukur sudah memaksa mengantar Seongwoo pulang.

"Iya, 2 tahun ini aku tinggal disini. Orang tuaku sudah pindah ke Jeju karena urusan pekerjaan, dan menetap disana."

Daniel ber-oh ria, matanya masih sibuk mengamati lingkungan rumah Seongwoo yang tampak sepi dan gelap.

"Aku masuk dulu ya Niel, sebenarnya mau nawarin kamu singgah tapi ini sudah malam. Takutnya kamu kemalaman." Seongwoo membuka Seat beltnya, mengambil kantung belanjaan bukunya tadi.

"Terima kasih ya Niel atas semuanya hari ini."

"Lho, harusnya Daniel yang bilang terima kasih kak. Jangan bosan-bosan pergi sama Daniel ya kak."

Seongwoo mengangguk, memangnya ada rencana pergi lain kali? Tidak kan?

Seongwoo membuka pintu dan turun dari mobil. Ia melangkah menuju kost-annya. Namun Daniel sudah menyusul langkahnya.

"Daniel temenin sampai kakak masuk kost yah." Bisiknya ditelinga Seongwoo. Seongwoo mengelak karena jarak mereka terlalu dekat.

Seongwoo mengernyitkan keningnya heran.

"Sudah kakak masuk, Daniel tungguin di pagar ini saja."

"Buruan pulang deh Niel."

"Kakak masuk dulu."

"Tapi..- baiklah aku masuk. Selamat malam Kang Daniel, hati-hati dijalan."

Seolah sudah paham sifat Kang Daniel, Seongwoo memutuskan untuk segera masuk daripada mereka akan berlama-lama diluar dengan udara yang cukup dingin.

Seongwoo melambaikan tangan, lalu masuk dan menutup pintunya.

Ia mengintip dari celah jendela. Melihat Daniel yang masih memandagi pintunya, semenit kemudian ia pergi.

Menghembuskan nafas lega Seongwoo menekan dadanya, yang sedari tadi berdebar tidak karuan. Belum lagi perlakuan Daniel selalu penuh kejutan dan tiap sentuhannya bagaikan sengatan listrik.

"Kendalikan dirimu Ong Seongwoo." Batin Seongwoo sambil menepuk lembut dadanya.

🌼

Daniel tidur nyenyak dan mimpi indah. Hari ini ia pun semangat berangkat kuliah, tapi tujuan utamanya mampir di Fakultas tempat Hyunbin dan Jaehwan berada, berharap siapa tahu berjumpa Seongwoo.

Daniel mengikuti beberapa pelajaran kuliah, namun ia tidak konsentrasi karena ingin segera berbagi cerita dengar duo sahabatnya.

Satu mata kuliah lagi, namun Daniel sudah tidak sabar ingin segera melesat pergi dari kelas. Melewatkan satu matakuliah tidak apa-apa kali ya. Pikirnya.

Namun langkahnya tertahan saat seseorang memanggil namanya, seingatnya, ia tidak mengenal satupun orang dikelas ini.

"Kang Daniel? Kita masih ada kelas lagi, mau kemana? Berhari-hari lalu kamu bolos. "

Daniel menatap perempuan dihadapannya, dia tidak kenal. Serius, siapa dia?

"Aku Kim Sejeong, adik temannya Kak Dongho. Kakak kamu. Dia pesan ke aku buat memaksa kamu mengikuti kuliah yang benar dan serius." ujarnya, Daniel berdecak kesal.

"Aku ada urusan." ketusnya.

"Kalau begitu aku ikut, kalau kau tidak mau aku mengikutimu, maka kau harus masuk kuliah sampai akhir."

Melihat keukeuhnya usaha Sejeong, Daniel jengah dan menggumamkan 'terserah'.

Daniel masuk kemobilnya, diikuti Sejeong yang sudah duduk disebelahnya, lalu memasang safety belt.

Daniel hanya menggeleng heran, biar saja nanti kan ada Hyunbin dan Jaehwan yang akan mengurusnya.

🌼

Seisi kantin Fakultas Art and Design kembali riuh, saat Daniel memasukki area Kantin. Namun ricuhnya berbeda dari biasa, karena disamping Daniel berjalan dengan jarak yang dekat seorang gadis berparas manis.

Sejeong terheran, kenapa mereka jadi sorotan.  Tangannya refleks memeluk lengan Daniel yang bebas. Seketika suara teriakan semakin kuat.

Daniel menatapnya risih, Sejeong melepaskannya. Mereka sudah sampai dimeja dimana ada Jaehwan dan Hyunbin tercengang menatap  mereka.

Namun seorang yang duduk dalam diam, yang Daniel tidak perkirakan duduk manis dengan ekspresi yang sulit diduga.

"Eh Daniel punya pacar baru ya." celetuk Hyunbin yang suka tidak disaring kalau bicara. Sedetik kemudian kakinya dipijak oleh Jaehwan.

Jaehwan memandang Daniel dengan tatapan:

'Apa yang kau lakukan Kang Pabo. Kami sudah susah payah mengajak kak Seongwoo ikut makan bersama, dan kau seolah ingin mengenalkan pacar baru. '

Panjang sekali memang arti dari tatapan Jaehwan, tapi Daniel seolah mengerti hanya menggaruk tengkuknya yang mendadak berkeringat.

"Hai kak. Sudah lama?" itulah satu-satunya ucapan yang keluar dari bibir Daniel. Mengabaikan tatapan penuh tanya dan selidik dari sahabatnya.

"Ah tidak, mereka mengajakku makan bersama sebagai ganti tidak bisa pergi kemarin. Tapi kalau aku ganggu, aku pergi saja. Mungkin lain kali. "  Seongwoo menyeret bangkunya dan hendak berdiri.  Namun Daniel sudah berlari kesisinya dan menahan tangannya.

"Jangan kak, disini saja." mohon Daniel dengan mata puppy yang sulit ditolak.

"Baiklah." sahutnya, lalu duduk dan menatap Sejeong takut-takut gadis itu merasa tidak nyaman.

Sedangkan Sejeong sedang mencermati peristiwa dihadapannya. Mencerna satu persatu yang paling mungkin dari semuanya, untuk diceritakan pada Dongho.

'Jadi mereka semua teman Daniel. 2 cowok tampan dan satu yang manis adalah kakak kelas mereka. Lalu sikap Daniel berbeda 180 derajat pada kakak itu, apakah dia ada hati. Apakah... '

Sejeong mengangguk seolah paham. Ia duduk disebelah Hyunbin karena Daniel sudah pindah duduk disebelah Seongwoo.

Hyunbin dan Jaehwan cepat tanggap dan mengajak Sejeong berbincang. Memberikan waktu bagi Daniel dan Seongwoo berbicara kedua.

"Oh jadi kamu teman sekelasnya Daniel. Sekaligus adik temannya Kak Dongho toh. Sudah punya pacar belum sik?" goda Hyunbin, disambut tawa oleh Jaehwan.

Sementara perbincangan dua orang lainnya, berbeda. Dengan suara rendah bagai bisikkan Daniel menatap teduh kakak kelasnya itu.

"Kakak tidur dengan selamat kan?" tanya asal, bingung ingin bertanya apa.

"Harusnya aku yang tanya kamu Niel,  kamu sampe rumah dengan selamat kan?"

Dibalas dengan anggukan oleh Daniel, "Tentu, sesuai dengan pesan kakak. Aku berhati-hati dijalan. Makannya sekarang bisa ketemu kakak. Hehe.. " cengirnya lebar.

Seongwoo tersenyum simpul.

Dua sahabatnya risih mendengar Daniel dengan gombalan receh. Mereka merasa perlu mengajarkan Daniel dalam hal mengambil hati orang yang disuka. Walaupun mereka juga masih sendiri. Hem...

Sedang Sejeong manggut-manggut mengerti. Ia merasa punya bahan untuk diceritakan pada Kak Dongho, siapa tahu nanti Kak Dongho berbaik hati membelikannya kosmetik yang dibintangi boyband ingin satu.

Sedangkan disudut kota lain, Dongho kesal karena Daniel tidak membalas satupun pesan singkat darinya.


🌼


A/n:
Semoga suka^^

Ingin membuat konflik, tapi aku tidak tega.
Jangan kesal, book ini isinya cinta-cintaan Daniel sama Seongwoo saja.

Kalau lancar nanti diselipkan orang ketiga,  #Nahloh

Vote dan komen jangan lupa ya sayang.
Akhir-akhir ini aku produktif sekali. Jangan pada bosen kalian yah..

Continue Reading

You'll Also Like

153K 13.3K 77
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
316K 27.4K 53
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
87.5K 11.3K 64
⚠️:some parts contain 🔞 Akibat ketamakan dan kekuasaan, Lee Sunghoon yang merupakan Pangeran Mahkota harus mati ditangan adik kandungnya sendiri, ya...
93.7K 11.6K 25
Bagaimana rasanya bereinkarnasi ke dalam sebuah cerita dark romance yang mampu membuatmu gila? Itulah yang dirasakan oleh seorang gadis yang memasuki...