"Hm, emang ga ngerepotin kalau gue ikut lu?" ucap Karin ragu.
"Engga kok, ayo cepet naik." ujar cowok itu yang mulai menyalakan motor miliknya.
Karin akhirnya memutuskan untuk naik motor dengan cowok yang belum ia kenal dan juga selaku teman Sean, hati Karin sebenarnya agak ragu sebelumnya tapi ia percaya bahwa tak akan terjadi apa apa.
Karin duduk menjaga jarak dan memegang bagian belakang motor, ia tak mau memegang cowok yang belum di kenalnya itu.
Tiba tiba cowok itu berhenti mendadak,
"Rumah lu di mana?" ucap cowok itu sambil mulai melajukan motornya.
"Jl. Melati depan pabrik es batu." jawab Karin, lamunannya buyar.
Lalu akhirnya cowok itu berhasil mengantarkan Karin hingga depan rumahnya.
"Makasih ya." ucap Karin setelah turun dari motor cowok itu.
"Iya sama sama." jawab Cowok itu sambil tersenyum.
"Nama lu siapa?" tanya Karin.
"Gue Aslan." kata cowok tersebut yang di ketahui namanya Aslan.
Seketika hati Karin bertambah tidak karuan, ia kira Aslan yang di kantin tadi siang adalah yang makan nasi dekat orang yang bermain gitar tapi ternyata ia baru sadar bahwa yang mengantarnya adalah Aslan yang pada saat itu ia tengah bermain kartu Remi dengan teman temannya.
"Hei? Napa melamun?" ucap Aslan membuyarkan lamunan Karin.
"Hah? Gapapa kok." ujar Karin gugup.
"Yaudah kalau gitu gue pamit dulu ya Rin." ucap Aslan lalu pergi melajukan motornya meninggalkan rumah Karin.
Lagi, dalam benak Karin yang tengah ia pikirkan adalah kenapa bisa Aslan tau namanya adalah Karin.
Karin memasuki rumahnya dan mengganti pakaian seragamnya menjadi pakaian santai di rumah.
Ia kembali membuka Instagram dan memutuskan untuk menerima permintaan mengikuti dari akun Sean.
Untuk sekian kalinya Karin memikirkan banyak hal tentang Sean dan ia juga merasa tertarik untuk memfollow akun Instagram milik Sean, karena Karin rasa dengan memfollow akun Sean ia akan tau beberapa hal tentang Sean.
Tapi Karin malu untuk memfollback Sean, ia putuskan hanya menunggu hari esok dan berbicara semuanya dengan Sean langsung.
Karin menaruh hp di pinggir kasur dan ia mulai memejamkan mata untuk tidur siangnya karena nanti sore ia pasti akan kedatengan guru les privatenya yang sangat galak.
Baru saja Karin tenggelam dalam tidurnya tiba tiba nada telepon dari hp Karin berbunyi.
"Siapa sih?" gumam Karin.
Saat Karin melihat nomer yang menelponnya tidak di kenal, ia rasa untuk menolak tapi Karin yakin itu bisa saja Sean.
Sedikit ragu Karin mengangkat telepon itu tapi hati Karin tetap memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut.
"Hallo?" ucap Aslan.
"Lu Aslan?" tanya Karin memastikan.
"Iya ini gue Aslan, save nomer gue ya Rin." jawab Aslan.
"Gimana Lan?" ujar Karin.
"Gimana apanya?" kata Aslan kebingungan.
"Ya maksud gue ada apa nelpon?" kata Karin menjelaskan.
"Emang ga boleh gue nelpon?" ucap Aslan di sebrang sana.
"Ya gapapa sih lu mau nelpon." jawab Karin santai.
"Gue cuman mau mastiin lu baik baik aja." kata Aslan.
"Yaelah Lan, kan tadi elu yang nganter gue pulang." ujar Karin.
"Tapikan sebelum pulang lu di ganggu Sean?" kata Aslan memastikan.
"Engga kok, Sean baik sama gue." jawab Karin.
"Gue ga mau lu kenapa kenapa." kata Aslan, jelas mendengar suara Aslan yang berkata seperti itu membuat Karin bingung.
"Makasih ya Lan." ucap Karin.
"Buat?" tanya Aslan.
"Buat hari ini." ujar Karin sambil tersenyum.
Walau Aslan tak mengetahui bahwa Karin tengah tersenyum tapi Aslan yakin Karin bahagia dengannya hari ini, Aslan di sana pun merasakan hal yang sama yaitu bisa kenal dengan cewek seperti Karin.
"Tau ga sih hari ini gue bahagia?" kata Aslan membuka topik obrolan.
"Kenapa?" tanya Karin.
"Gue bisa ngobrol sama cewek bidadari." ucap Aslan.
"Kapan emangnya?" kata Karin.
"Ini yang lagi gue telpon." jawab Aslan sambil sedikit tertawa.
"Jadi maksud lu, gue bidadari?" tanya Karin, ia juga tertawa.
"Kalau ada yang melebihi cantiknya bidadari, gue yakin itu pasti cuman lu Rin." ucap Aslan dengan nada serius.
"Gombal lu receh amat." jawab Karin.
"Gue harap besok bisa nganter lu pulang lagi, walau gue tau lu bakal nolak sih." ujar Aslan.
"Kalau ga nolak gimana?" tanya Karin sambil menggoda Aslan.
"Hm gimana ya? Kayaknya bakal gue ajak makan dulu deh." ucap Aslan sambil tertawa.
"Gue ga mau ah kalau di ajak makan dulu." kata Karin.
"Gue ajak makannya pas istirahat mau? Di kantin mba Dewi." ujar Aslan.
"Di sana banyak anak cowok, malu gue Lan." kata Karin.
"Kenapa mesti malu? Tinggal lu ajak temen cewek lu." ucap Aslan menangkal ucapan Karin.
Dari sebrang sana terdengar Aslan seperti ada yang mengajak ngobrolnya juga.
"Suara siapa Lan?" tanya Karin.
"Oh itu suara Bima, adek gue." kata Aslan pada Karin.
"Kenapa dia?" ucap Karin.
"Itu katanya temen dia ada yang mesen casing hp." jawab Aslan.
"Lah emang lu jual casing juga?" tanya Karin penasaran.
"Gue mah apa aja di ambil yang penting bisa buat nambah uang jajan." ucap Aslan.
Mendengar ucapan Aslan rasanya Karin ingin melayang, ia sangat mengidamkan cowok yang mandiri seperti Aslan walau bagi Aslan semua usaha miliknya hanya untuk uang jajan tambahan tapi di mata Karin, Aslan adalah tipe cowok yang ga suka minta uang ke orang tuanya begitu saja. Bisa jadi jika ia menginginkan sesuatu maka Aslan harus menabungnya terlebih dahulu.
"Rin? Lu melamun?" ucap Aslan.
"Engga kok Lan, gue cuman salut aja punya temen mandiri kayak lu." jawab Karin, ia berkata jujur.
"Kalau lu nganggep gue anak baik baik kayaknya cara pemikiran lu salah Rin." ujar Aslan.
"Emang lu kenapa?" tanya Karin heran.
"Cepat atau lambat lu bakal tau gue seperti apa." kata Aslan.
"Emang kayak apa?" ucap Karin.
"Kayak artis Korea." jawab Aslan dengan bangga.
"Wih." kata Karin.
"Kok wih?" ucap Aslan dengan heran.
"Iyalah, berartikan lu cowok oplas." kata Karin sambil tertawa.
"Oh yaudah ga jadi deh, hehehe." ucap Aslan, ia juga tertawa.
"Lan gue matiin dulu ya telponnya, nyokap manggil." ujar Karin.
"Oh yaudah, dah." kata Aslan menutup telpon Karin.
***
"Gimana Lan?" tanya Sean.
"Aman kok dia baik baik aja dia di rumah." ucap Aslan.
"Yaudah gue pamit pulang dulu ya, oh iya tadi rokok lu gue ambil 2 batang." kata Sean sambil tersenyum.
"Yaudah ati ati, Jan mati di jalan." kata Aslan mendapati Sean meninggalkan tempat tongkrongan.
Ya, tempat tongkrongan geng Aslan yang berada di jl. Anggrek lebih tepatnya gang belakang sekolah itu berupa sofa sofa yang agak rusak di bawah pohon dengan meja di tengahnya.
Tempat tongkrongan itu termasuk daerah yang lumayan sepi bahkan jarang orang lewat kecuali warga yang tinggal di daerah itu.
Balik lagi, setelah kepergian motor Sean. Sekarang Aslan kembali memikirkan Karin, perempuan pujaan miliknya. Sebenarnya Aslan tau bahwa Sean menyukai Karin tapi Aslan sebagai sahabat Sean juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri.
"Sorry Ian kalau suatu saat nanti Karin bakal jadi milik gue seutuhnya." gumam Aslan.
Aslan kembali menatap layar hpnya, ia benar benar tak menyangka bisa mendapatkan kontak Karin dan dapat mengobrol santai dengannya.
***