SUPER STAR

Od ibgyxxi

41K 4K 324

"Apa memang seberat ini menjadi makeup artist dari seorang superstar seperti dirinya? Kalau aku tau, aku tida... Více

1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

3

2.3K 198 16
Od ibgyxxi

Dara's POV

Apa dia memiliki banyak kepribadian? Bekerja dengannya lebih dari satu minggu ini membuatku sadar dengan dua kepribadiannya ini. Dia bukanlah dirinya saat tidak ada orang lain disekitarnya. Dia lebih terlihat seperti manusia saat dia berada disekitar orang terdekatnya.

Dia sedang berjalan bersama member lainnya dengan pengawalan lebih dari sepuluh orang penjaga yang berbadan lebih besar darinya tak jauh didepanku saat ini. Tapi aku merasakan aura berbeda darinya, dia yang sekarang adalah seorang selebriti. Dia adalah G-Dragon saat ini.

Sekarang aku mengerti kenapa orang-orang mengatakan bahwa dia adalah selebriti diantara selebriti. Tidak ada yang bisa menyamainya dalam hal fashion, kharismanya saat berada diatas panggung , aura yang dia miliki juga berbeda. Aku yakin orang lain akan mengatakan hal yang sama. Bahkan senyumannya saja terlihat sangat berbeda.

Itu juga salah satu alasanku, kenapa aku selama ini sulit untuk beradaptasi dengannya. Aku bukanlah seorang yang terlalu kaku. Aku lumayan cepat beradaptasi. Aku bahkan sudah cukup dekat dengan Seungri dan Daesung.

Padahal aku adalah makeup artistnya. Aku adalah makeup artist dari seorang G-Dragon. Aku mengurusi riasannya. Aku memegang wajahnya, bertatapan muka setiap harinya. Banyak orang yang sangat menginginkan posisiku saat ini.

Tapi semua itu tidaklah sesederhana yang orang-orang pikirkan. Mengingatnya saja sudah membuatku sakit kepala. Sebelumnya aku mendengar dari orang-orang bahwa dia adalah seorang artis yang perfeksionis, tidak menerima ketidaksempurnaan sedikitpun.

Park Bom pernah bekerja sama dengannya beberapa tahun yang lalu dan dia sebagai produser sekaligus penulis lirik membuat Bommie terus mengulang rekamannya hingga lewat tengah malam.

Bayangkan saja, Bommie memiliki suara seindah itu saja kesulitan menghadapinya, apalagi aku yang sering melakukan kesalahan ini? Aku terus bekerja dengan berhati-hati, mengingatkan diriku agar tidak melakukan kesalahan.

Dengan semua kecerobohanku itu, aku tetap harus mendandaninya, menata rambutnya, memilihkan aksesoris untuknya, menemaninya makan, duduk disampingnya saat dia sedang bekerja di studio. Padahal sudah jelas dia sudah memiliki fashion stylish dan hair stylish pribadi tapi dia tetap menyuruhku untuk melakukan apa yang diperintahkannya.

Aku belum bekerja selama satu bulan, tapi aku sudah merasa lelah bekerja dengannya. Aku bahkan tidak mempunyai waktu untuk diriku sendiri.

Aku lelah harus terus-terusan mengeluh sendirian akhir-akhir ini. Eomma, Durami dan Cheondung akan merasa bersalah jika aku mengeluh tentang pekerjaanku. Aku juga tidak memiliki teman dekat untuk sekedar mendengarkan keluh kesahku. Aku terlalu banyak menghabiskan masa mudaku di Philipina.

"Oppa!!"

"GD oppa!!"

"Taeyang-oppa!!"

Teriakan orang-orang yang berlarian kearah mereka didepan sana membuatku kembali pada realita. Segerombolan gadis-gadis itu berlarian untuk melihat kepergian sang idola keluar negeri untuk melakukan tur keliling dunianya.

Beberapa orang menabrakku hingga aku terjatuh dan merusak layar ponselku.

"Ah.. bagaimana ini?" aku bertanya pada diriku sendiri saat melihat layar ponselku.

"Kau baik-baik saja, unnie?" tanya Hana, assistant Seungri.

"Tidak apa-apa" jawabku cepat.

"Harusnya kau jangan berjalan sambil melamun seperti itu, unnie. Itu akan membahayakanmu!" omelnya sambil membantuku merapikan barang-barang dan pakaianku.

"Aku tidak melamun" elakku.

"Aku tadi memanggilmu berkali-kali, tapi kau tidak mendengarkanku, unnie" sahutnya sambil menatapku tajam.

O.. oke... maaf.

"Kita duduk bersebelahan nanti, kau mau duduk di dekat jendela?" tanyanya lagi.

"Tidak usah. Kau saja. Aku akan sering ke kamar kecil" tolakku.

"Baiklah. Sebaiknya aku menjagamu mulai sekarang, unni. Aigoo... ini bisa saja menjadi masalah bagi Seungri oppa! Aigoo..." omelnya pelan seperti wanita paruh baya sambil menarikku agar menghindar dari kerumunan itu.

Apa? Memangnya aku telah melakukan apa? Aku hanya terjatuh... dan merusakkan ponselku... dan menyakiti lenganku... oke, aku memang cukup ceroboh, tapi aku tidak menyebabkan masalah bagi siapapun.

***

Dara duduk disebelah Hana sambil sesekali memijit lengannya yang terasa agak sakit setelah terjatuh tadi.

"Tanganmu sakit?" tanya Hana khawatir.

"Hanya sakit sedikit. Tapi aku baik-baik saja" jawab Dara sambil tersenyum.

"Sebaiknya kita periksakan saat kita berada di Tokyo nanti. Kita tidak boleh sakit, unnie. Apalagi kau tau kalau Jiyong oppa adalah orang yang perfeksionis" ungkapnya lagi.

Dari pada lengannya, dia lebih khawatir pada ponselnya. Sejak tadi ia sudah mencoba berbagai cara untuk mencoba menghidupkan ponselnya itu namun tidak berhasil.

"Bagaimana kalau naga itu meneleponku? Aku bisa saja diamuknya nanti" pikir Dara.

"Permisi, Nona Park?" tanya salah satu pramugari.

"Ya?"

"Anda diminta untuk berpindah ke VIP seat" ujar pramugari itu sambil tersenyum ramah sementara Dara bingung dengan perkataannya.

"Mari saya antarkan Anda ke tempat duduk Anda, Nona" katanya lagi lalu membantu Dara membawakan beberapa barang milik Dara.

"Unnie, aku rasa ini adalah suruhan Jiyong oppa" bisik Hana sambil memasang wajah sedihnya.

"Aku juga merasa seperti itu" jawab Dara juga berbisik lalu memaksakan langkahnya mengikuti pramugari itu sambil sesekali menoleh kearah Hana yang terus menatapnya hingga ia menghilang dibalik pintu.

Pramugari itu mengantar Dara untuk duduk tepat disamping jendela disebelah Jiyong yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Kamsahamnida" ujar Dara sambil membungkuk pada pramugari yang telah selesai membantunya mengemasi barang-barangnya itu.

Dara duduk ditempat duduk kosong tepat disebelah Jiyong, "aku benar-benar akan disudutkan kali ini" pikir Dara.

"Kenapa sejak tadi ponselmu tidak aktif?" cerca Jiyong begitu pramugari itu pergi.

"Nah!" seru Dara dalam hati.

"Ponselku rusak" jawab Dara pelan sambil menunjukkan layar ponselnya yang sudah tidak berupa itu pada Jiyong.

Dahinya berkerut, "Bagaimana bisa ponselmu jadi seperti ini?"

"Tadi aku terdorong oleh beberapa fans, jadi aku terjatuh dan merusak layar ponselku. Tapi aku akan memperbaikinya begitu kita sampai di Tokyo nanti"

"Tidak akan ada waktu" jawab Jiyong acuh.

"Kenapa? Aku akan cepat"

"Kau sudah berapa kali ke Tokyo?"

Dara mengedipkan matanya beberapa kali lalu menggeleng, "belum pernah"

"Kau bisa dengan lancar berbahasa jepang?" tanyanya lagi.

Dara menggeleng lagi. Pelan.

"Lalu bagaimana kau bisa melakukannya dengan cepat? Kita tidak memiliki banyak waktu disana"

"Bagaimana kalau saat makan malam? Aku rasa aku bisa mencari...."

"Tidak" sahut Jiyong cepat memotong perkataan Dara.

"Kenapa? Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku saat makan malam"

"Kau harus menemaniku saat makan malam"

"Tapi banyak orang yang akan makan malam denganmu"

"Aku maunya ditemanimu!"

"Terserah kau saja" ucap Dara lalu membuang pandangannya keluar jendela.

"Menyebalkan!" rutuk Dara dalam hati.

"Pakai ini" ujar Jiyong lalu menyodorkan sebuah ponsel tepat didepan wajah Dara.

Dara menatap ponsel itu lalu beralih pada wajah Jiyong.

"Ini ponsel lamaku. Memang sudah ketinggalan jaman, tapi masih berfungsi dengan baik. Pakai saja"

Dara menggeleng, "bagaimana mungkin aku menggunakannya, ponsel 'ketinggalan jaman'nya yang bahkan lebih bagus dari ponselku saat sebelum rusak" dumel Dara dalam hati.

"Lalu aku harus mengirim burung merpati padamu?" sindir Jiyong penuh sarkasme.

"Sudahlah"

"Jangan memasang wajah seperti itu! Aku bisa saja kehilangan kendali atas diriku sendiri dan memelukmu saat ini juga" teriak Jiyong didalam pikirannya.

"Pakai saja. Akan aku belikan yang baru saat kita kembali ke Seoul nanti saat konser sudah selesai"

"Aku tidak memintamu membelikanku ponsel yang baru"

"Iya, iya. Aku mengerti. Makanya pakai saja ini!" Jiyong memaksa.

"Tidak mau"

"Kalau begitu kau harus bersamaku selama 24 jam penuh!" ujar Jiyong.

"Kau gila? Aku makeup artistmu, bukan istrimu!" teriak Dara tertahan.

"Kalau begitu kalian menikah saja" ujar Seunghyun dari tempat duduknya yang berada dibelakang Jiyong. Membuat Dara dan Jiyong menoleh dengan serempak

"Aku ingin beristirahat disini!" katanya lagi.

"Maafkan aku" gumam Dara pelan pada Seunghyun. Sementara Jiyong hanya mengabaikan perkataan hyungnya itu.

"Pakai saja ponselku. Atau kau mau yang ini?" ujar Jiyong lagi sambil menunjukkan dua ponsel yang sering digunakannya.

"Kenapa kau memaksa sekali?!" pekik Dara tertahan.

"Kalian ribut sekali lagi, akan aku nikahkan kalian!" ancam Seunghyun yang berbaring di tempat duduknya dengan wajah yang sudah tertutup oleh topi baseball dan masker.

Jiyong menyeringai, "kau mau aku membuat kegaduhan lagi?"

Dara mengambil ponsel lama jiyong itu dengan berat hati.

"Menyebalkan!" dumel Dara pelan.

Sementara Jiyong tersenyum penuh kemenangan.

***

Dara's POV

Dia memang mengatakan kalau ponsel ini adalah ponsel lamanya. Tapi dia tidak mengatakan kalau dia masih memakai ponsel ini!! Aku baru menggunakan ponsel ini selama beberapa jam setelah kami landing, tapi sudah berkali-kali aku tak sengaja membaca beberapa pesan yang aku kira pesan penting untukku. Berpuluh-puluh pesan dan panggilan datang silih berganti.

Drrrtttt... drrrrrtttt....

...Jooyeon...

Haruskah aku angkat? Atau tidak? Bagaimana kalau penting? Sejak tadi wanita ini mengirimi pesan yang belum ditanggapi. Bahkan beberapa pesan darinya tak sengaja aku baca.

"Ji, kau di Jepang?"

"Bisa bertemu denganku sebentar? Aku sedang ada pemotretan disini"

"Bagaimana kalau makan malam bersama?"

"Aku merindukanmu"

Dari yang aku baca, kemungkinan besar wanita ini mempunyai hubungan spesial dengannya. Kalau aku angkat, bisa saja dia salah paham. Bagaimana kalau hubungan mereka nanti bermasalah karenaku?

"Unnie! Ponselmu bergetar dari tadi. Kenapa tidak kau angkat?" tegur YooA, fashion stylish Daesung yang sedari tadi disampingku.

"Ah? Benarkah?" ujarku berpura-pura tidak tau.

Aku membawa ponselku menjauh dari sisi panggung, mencari tempat yang lebih tenang.

"Hallo?" ucapku ragu saat mengangkat panggilan itu.

".....Hallo?" jawabnya dari seberang telepon. Aku yakin dia pasti terkejut dan bingung saat ini.

"Maaf, Jiyong sedang rehearsal saat ini" kataku tanpa basa-basi.

"Siapa ini?" tanyanya curiga.

"Ah, saya make up artist barunya"

"Ah, baiklah. Katakan padanya untuk menghubungiku setelah ini" sahutnya.

"Baiklah"

Apa aku sudah melakukan hal yang benar? Atau aku melakukan kesalahan lagi kali ini? Aku benar-benar tidak tau apa yang aku lakukan saat ini benar atau tidak. Semuanya terasa tidak benar bagiku.

***

Jiyong's POV

Memandangnya dengan jarak sedekat ini saja rasanya tidak cukup jika belum memiliki hatinya. Dia sedang

"Tutup matamu, Ji!" serunya dengan gaya lucunya itu.

Bagaimana bisa aku menutup mataku dengan tenang jika kau bertingkah semanis ini?

"Kau mengantuk?" tanyanya lagi saat baru menyelesaikan riasan salah satu mataku.

"Hmm" jawabku masih dengan mata terpejam.

"Tunggu sebentar" perintahnya lalu keluar ruangan.

Selang beberapa menit ia datang dengan seorang staff yang membawa kursi santai yang biasa orang gunakan saat berada dipantai, bisa kugunakan sambil merebahkan diri.

"Pindah kesini saja" katanya pada staff itu lalu membungkuk beberapa kali, "kamsahamnida" katanya lagi saat orang-orang itu hendak keluar.

"Pakai ini saja"

Aku berpindah tanpa menyahutnya.

"Tidur saja. Akan aku bangunkan saat aku selesai nanti. Tidak akan lama" katanya lagi.

Jika harus membutuhkan waktu separuh dari hidupku, aku akan tetap melakukannya.

"Kenapa matamu sembab seperti ini? Kau minum-minum bersama teman-temanmu tadi malam?" tanyanya sambil menyapukan make up pada wajahku. Aku ingin melihat wajahnya dari jarak sedekat ini. Bahkan napasnya terasa diwajahku.

"Tidak" jawabku sambil menggeleng pelan.

"Jangan bergerak!" teriaknya panik.

"Maaf"

***

Semua orang sedang sibuk mengemasi barang-barang saat konser hari pertama itu selesai dilangsungkan. Jiyong masih sibuk briefing untuk mempersiapkan segala sesuatunya agar sesuai dengan keinginannya bersama para staff diatas panggung.

Top tiba-tiba saja menarik pergelangan tangan Dara, membawanya ke sudut ruang ganti.

"Yak! Kau ini kenapa?" teriak Dara sambil menahan sakit dilengannya.

Top menatap wajah Dara datar, "sampai kapan kau akan membiarkan memarmu itu?" tanyanya sambil merogoh sesuatu didalam tas bawaannya.

"Memar apanya?" elak Dara.

Top menarik pergelangan tangan Dara lalu menyinsing lengan bajunya, "lihat ini. Jika Jiyong tau ini, dia akan heboh sekarang" katanya lalu mengoleskan obat yang dia bawa itu pada lengan Dara.

"Ini tidak seburuk kelihatannya" jawab Dara masih mengelak.

"Sejak tadi kau meringis!" seru Top didepan wajah Dara.

"Lalu kenapa?"

"Wajah anehmu itu menggangguku!" serunya lagi dengan wajah kecutnya lalu menyodorkan obat oles itu dengan paksa pada Dara sebelum dia pergi ke ruang gantinya.

"Apa-apaan ini?" gumam Dara pelan pada dirinya sendiri.

"Apa tidak ada personil dari boygrup ini yang normal? Atau memang aku yang aneh? Kenapa aku merasa bahwa tubuhku bukan milikku? Apa yang salah jika aku terjatuh dan menyakiti diriku sendiri? Kenapa semuanya harus dihubungkan dengan Jiyong? Aku hanya make up artistnya! Aku hanya bertanggung jawab dengan riasan wajah! Kenapa aku harus bertanggung jawab atas moodnya? Atau harus menemaninya makan malam? Atau menemaninya saat recording? Satu minggu ini bahkan terasa seperti satu tahun! Kalau tidak mengingat besarnya gaji yang akan aku dapatkan dan besarnya rasa tanggung jawabku terhadap keluargaku, aku ingin berhenti dari pekerjaan ini dan segera melamar pekerjaan lainnya sekarang juga" dumel Dara dalam hati lalu bergegas membereskan perlengkapan make up-nya.

***

Dara's POV

Aku menunggunya disisi panggung, memperhatikannya dari kejauhan. Melihat wajah seriusnya saat ini, membuatku menyadari betapa tampannya dia.

Cih!

Apa yang aku pikirkan? Tentu saja Youngbae yang lebih tampan! Ultimate bias-ku adalah yang paling sempurna! Youngbae adalah yang terbaik! Dia berlaku baik pada semua orang saat didepan kamera atau saat tidak ada kamera. Perlakuannya tetap sama dengan semua orang. Youngbae-ku~~

"Masih menunggu Jiyong, Noona?"

Aigoo~ ultimate biasku~

"Iya. Orang-orang tidak membiarkan aku menolong pekerjaan mereka" jawabku.

Hatiku berdebar kencang! Astaga! Selalu saja seperti ini.

"Karena kau staf Jiyong"

"Apa bedanya dengan pekerja lainnya?"

"Jelas kau berbeda, Noona" ujarnya sambil menatapku dengan senyuman hangatnya.

"Berhentilah berharap! Sudah ada orang lain" seloroh Top tiba-tiba saat lewat dihadapanku dan Youngbae.

Kami saling bertukar pandang, "Tabi hyung memang sering begitu, kau harus terbiasa, Noona" ujarnya sambil tersenyum.

Aku mengangguk sambil tersenyum. Masa bodoh dengan sikap Tabi! Senyuman Youngbae membuat hatiku tidak tenang!

"Kenapa wajahmu aneh seperti itu?" tanya Jiyong dari arah panggung.

Kenapa orang-orang berkata seperti itu padaku hari ini?

Youngbae memperhatikan wajahku dari dekat, "tidak ada yang aneh" gumam Youngbae.

Jangan terlalu dekat, Youngbae-ah!!

"Wajahnya aneh!" katanya lagi dengan agak memaksa. Membuat staf-staf menoleh kearahku.

Apa dia harus selalu membuatku kesal seperti ini?

"Aku yakin tidak ada yang aneh pada wajahmu, noona" kata Youngbae lagi sebelum melenggang ke ruang ganti terlebih dahulu.

Aku menyeka keringat Jiyong dengan sangat terpaksa.

Ini bagian dari pekerjaanku.
Ini bagian dari pekerjaanku.
Ini bagian dari pekerjaanku.

Tapi ini menyebalkan! Aku ingin menyolok matanya! Merobek mulut jahatnya itu saat ini juga!

"Temani aku makan malam setelah ini" katanya hampir berbisik.

Aku menatapnya datar, "bukannya makan malam sudah disiapkan hotel tempat kita menginap?"

"Ya, aku tau. Aku hanya minta kau menemaniku" katanya lagi.

"Kenapa aku harus menemanimu? Aku bukan asisten atau managermu"

Matanya menatap ke sekeliling venue, "kau harus menemaniku! Kau kan.. temanku" jawabnya asal.

"Apa?"

"Aku mau menghapus makeupku. Ayo!" katanya pura-pura tidak mendengarkanku.

Sejak kapan aku berteman denganmu, Kwon Jiyong?

***

Jiyong duduk dengan tenang dimeja makannya. Sementara Dara sedang menyiapkan makanannya setelah berhasil menyelinap ke kamar leader Bigbang itu.

Jiyong tidak berhenti menelepon Dara saat Dara menolak untuk menemaninya makan malam, mengiriminya berpuluh-puluh pesan hingga Dara berubah pikiran.

"Makanlah" suruh Dara saat meletakkan piring penuh makanan itu diatas meja lalu beranjak dari tempatnya.

"Kau mau kemana?" tanya Jiyong cepat.

"Mengambilkanmu air minum. Kau tidak perlu air minum?" tanya Dara malas.

"Juseyo~" ucapnya sok imut.

Dara kembali dengan membawa air minum untuk Jiyong. Ia duduk dihadapan Jiyong sambil memperhatikannya makan dengan lahap.

"Lihatlah wajah kurusnya itu" batin Dara.

"Kau tidak makan?" tanyanya sambil mengunyah makanannya.

"Jangan berbicara saat mulutmu penuh makanan seperti itu" sergah Dara.

Dia tersenyum, "baiklah" jawabnya menurut.

"Kenapa dia berubah menjadi semanis ini?" batin Dara.

"Oh ya!" seru Dara sambil merogoh kocek hoodienya lalu mengeluarkan ponsel lama Jiyong. "Aku mau mengembalikan ponselmu"

"Kenapa?" sahut Jiyong cepat.

Dara menatapnya tajam, "kau mengatakan kalau ini adalah ponsel lamamu"

"Memang benar" jawabnya cepat.

"Tapi kau tidak mengatakan kalau kau masih menggunakannya"

"Aku hanya belum sempat memindahkan beberapa kontak" jawabnya santai.

Dara menyodorkan ponselnya, "maaf. Aku tidak sengaja membaca beberapa pesan di ponselmu" katanya.

"Siapa? Xin? Bajoowo? Soojoo noona?"

Dara menggeleng, "beberapa pesan dari mereka, tapi yang aku baca dari Jooyeon"

Jiyong tampak terkejut untuk beberapa saat sebelum kembali menikmati makan malamnya, "abaikan saja"

"Tapi aku tadi menjawab panggilannya, dia memintamu untuk menghubunginya setelah ini"

"Sudahlah jangan pedulikan dia"

"Kalian sedang marahan?" selidik Dara.

"Apa maksudmu?" tanya Jiyong sepertinya terganggu dengan pertanyaan Dara.

"Aku pikir hubungan kalian sedang tidak baik"

"Tidak ada hubungan antara aku dan dia seperti yang ada didalam pikiranmu itu" sahutnya. "Sebaiknya kau kembali ke kamarmu sekarang. Sudah terlalu malam, mungkin pikiranmu sedang lelah saat ini" katanya lagi setengah mengusir Dara.

"Baiklah kalau begitu" Dara berdiri dari duduknya hendak pergi.

"bawa ponsel itu bersamamu atau aku akan menggedor pintu kamarmu besok" ancam Jiyong.

Dara mengambil ponsel itu lalu pergi dari kamar Jiyong.

"Dia selalu saja berbicara semaunya" rutuk Dara pelan.

"Dia selalu saja menyimpulkan semaunya"

***

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

8.6K 1.1K 55
Gio Camaro, seorang yatim piatu yang direkrut menjadi pasukan pengaman pengiriman uang tunai, tak pernah menyangka jika hidupnya dekat dengan kematia...
64K 3.5K 10
#1 in arrangedmarriage, #2 in Brokeup Mata Elena menangkap Tristan yang sedari tadi ia cari di pesta itu. Pria yang sejak dulu ia cintai kini sedang...
360K 36.6K 66
[COMPLETED] Elshava, putra mahkota Inggris yang dingin dan angkuh rela melakukan apa saja guna memperkuat posisinya sebagai putra mahkota termasuk me...
32.9K 2.5K 50
Punya idola pasti pernah dirasakan setiap orang. Tapi dari sekian banyak orang ada beberapa yang mengidolakan sampai ke poin fanatik. Sebut saja...