Koorgus-ku

By Oreolattes

54 3 0

Berawal dari ketidaksengajaan satu ruangan saat UTS! DAN SATU TEMPAT DUDUK! Koordinator gugusku! #KISAH NYATA... More

Ketidaksengajaan

54 3 0
By Oreolattes



Berawal dari sebuah ketidaksengajaan, dimana aku bertemu satu sosok yang sebenarnya ingin ku lihat, tapi tak ingin ku temui. Dia adalah Koordinator Gugus-ku. Yap, mungkin kisah ini akan sedikit aneh. Awal mula aku masuk SMA, aku sudah terpikat oleh wajahnya. Begini ceritanya.

Saat itu adalah hari pertama aku masuk SMA, para siswa/siswi diwajibkan untuk sudah berada di sekolah jam setengah enam pagi. Hmm, yang benar saja! Jarak rumahku dan sekolah itu 15km, dan butuh waktu kira-kira 30 menit perjalanan.

Tentu saja, kalian pasti sudah bisa menebak. Aku telat di hari pertamaku MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah). Tidak benar-benar telat, sih. Hanya saja semua murid sudah berkumpul di lapangan parkir sekolah.

Aku benar-benar kalut, kucoba mengedarkan pandanganku. Ck, teman-teman SMP-ku tidak terlihat batang hidungnya. Ku putuskan untuk memasuki barisan dengan asal. Kami diperintahkan untuk memakai nametag. Eits, untungnya aku bawa, tapi aku belum mengisi nama. Sial!

Cepat-cepat ku keluarkan pulpen, dan ketika sudah selesai, ku taruh sembarang di tas. Kami pun digiring untuk masuk ke dalam lapangan sekolah. Disana, kakak-kakak osis meminta kami agar daftar nama terlebih dahulu di DPR –tempat untuk belajar di bawah pohon-- untuk dimasukkan ke dalam gugus mana kami akan tinggal selama tiga hari kedepan.

"Kamu di gugus Medang, ya!" kata kakak laki-laki yang telah mendaftarkan namaku di laptop.

"Oke, kak, makasih." jawabku langsung pergi menuju lapangan sekolah.

Mataku mencari palang yang bertuliskan "Medang", dan akhirnya ketemu! Langsung saja ku duduk lesehan di barisan anak perempuan.

Tiba-tiba saja, pembawa acara mulai berbicara. Di satu sisi, aku kagum dengan sekolah ini, karena mereka tidak butuh bantuan guru untuk melaksanakan kegiatan MPLS ini yang bisa dibilang agak ribet.

Pembawa acara pun terus-terusan berinteraksi dengan para siswa/siswi. Aku hanya diam sambil melihat-lihat ke kanan dan kiri, siapa tahu aku menemukan teman-teman SMP-ku. Namun, hasilnya nihil! HUH!

Sampai dimana saat pembawa acara memperkenalkan Koordinator dari masing-masing gugus. Setiap gugus ada dua koordinator, yang satu perempuan dan satu lagi laki-laki. Disitu mataku tak henti-hentinya melihat dia. Dalam hati aku hanya meyakinkan diriku. 'Kamu cuma kagum sama dia, nggak lebih'. Dari sinilah, kisah cintaku dimulai.

===============================================================

Koorgus kami menuntun kami menuju kelas yang akan kita pakai untuk tiga hari ke depan. Aku pasrah ketika mereka menyuruh kami duduk dengan lawan jenis. Bodo amat, aku akan diam saja selama MPLS ini!

"Tadi udah tau kan nama kita berdua?" tanya Teh Abil.

Sayangnya aku tidak mendengar nama laki-laki di sebelahnya tadi. Oh, iya, kita disini panggilannya "Aa teteh", ciri khas sekolahku jika memanggil kakak kelas.

"Udaahhh," teriak teman-teman gugusku. Aku berdecak dalam hati.

"Iyaa, nama aku Nabila Salsabilia, ya. Panggil Teh Abil. Nah, yang di sebelah aku namanya...siapa?" pancing Teh Abil kepada orang di sebelahnya.

"Aku Muhammad Raihan Putera Didel. Panggil A Raihan aja, ya," katanya lembut.

"Dia kelas 11, loh!" seru Teh Abil.

'A Raihan,' batinku.

===============================================================

Dua hari setelahnya, masa MPLS pun selesai. Kami diharap untuk membuat surat cinta kepada Koorgus kita. Untuk siswi, kami memberi surat cinta kepada Koorgus laki-laki, dan sebaliknya.

GILA!!1! Aku tidak mengekspetasikan hal ini. Harus ku tulis apa di atas kertas kosong ini. Sudah 2 jam aku memikirkannya, tapi inspirasi tidak juga datang. Akhirnya aku memilih untuk copas saja dari Google.

Esoknya, kakak humas mengambil satu persatu surat untuk diberikan ke Koorgus kami. Semoga A Raihan tidak menyadari bahwa aku copas dari internet. Hihi!

Disinilah akhir pertemuanku dengan A Raihan. Sesekali aku berpapasan dengannya ketika istirahat. Sayangnya, ia tidak mengenali wajahku karena saat MPLS aku hanya diam.

===================================================================

PENILAIAN TENGAH SEMESTER 2 (Hari pertama)

Aku mengecek semua daftar murid kakak kelas 11 yang satu ruangan PTS denganku. Aku menyadari bahwa yang duduk di sebelahku pasti laki-laki. Karena ada huruf 'M' nya yang artinya 'Muhammad' dan itu berarti laki-laki.

"Eh, lu duduk sama siapa?" tanya temanku.

"Yah, gue duduk sama cowok, risih," jawabku.

"WOY, LU DUDUK SAMA KOORGUS KITA," pekik temanku yang dulu memang teman gugusku semasa MPLS.

"Apaan, sih." Aku pun mengecek ulang daftar murid.

DEG!

Nama itu seakan tak asing bagiku.

M. RAIHAN PUTERA DIDEL

Dia duduk di sebelahku.

TIDAAAAAAAAAKKKKKKKKKKKK

===============================================================

BRAK!

Aku menaruh peralatan ujianku di meja dengan kesal. Kenapa aku kesal? Aku sendiri tidak tau. Yang jelas tempat duduk sebelahku masih kosong. Huff, lega aku.

Sepersekiandetik kemudian.

Krieek.

Semua mata menoleh ke arah pintu, aku pun ikut-ikutan menoleh.

DEG!

"Permisi," ucapnya sopan. Ia berjalan untuk menyalami guru pengawas, lalu menaruh tasnya di depan ruang kelas.

Batinku berteriak.

=================================================================

Aku melihatnya membuka handphone di sebelahku. KESAL! Ingin rasanya kurebut handphonenya. Ulangan kok nyontek. HUH! Aku mengeskspetasikan dia orang baik-baik. Namun, realitanya tidak.

"Vivi, nomor 32, dong," bisiknya kepada perempuan di depannya. Argh, aku makin geram.

"Vi, penghapus, dong." Di sini aku marah sekali dalam hati, ingin sekali kukatan padanya. 'WOY, DI SEBELAH LU JUGA ADA PENGHAPUS'

"Eh, eh pengserut, dong." Dia minta rautan kepada temannya yang jauh di ujung. Padahal aku juga membawa rautan. Ck!

Siapa suruh dia tidak membawa penghapus maupun rautan. Masa cuma bawa dua pensil tanpa tempat pensil? Dasar orang gila. Batinku.

Mengingat kejadian itu, aku hanya bisa menghela napas, ulangan masih ada satu pelajaran lagi. Aku jadi harus melihat ulang kejadian tersebut.

Ketika aku ulangan, sama sekali aku tidak meliriknya, takut ketahuan. Dia juga sama sekali tidak mengetahui bahwa aku adalah anggota dari gugusnya.

Di saat-saat terakhir, kulihat teman-temannya sudah pada mengumpulkan kertas ulangan, termasuk teman perempuannya di depan. Dia buru-buru mengisi lembar jawaban sampai-sampai kertasnya kecoret dan pensilnya tumpul gara-gara itu. Aku tebak, dia pasti panik ingin meminjam penghapus dan rautan ke siapa.

"Ck," decaknya kecil. Aku mendengarnya.

Dia menengok padaku. "Minjem, yaa," pintanya padaku.

Aku yang peka langsung menaruh penghapus dan rautan di atas mejanya dengan wajah datar. Lagian aku kesal. Mana dia nggak bilang terimakasih lagi setelah memakainya.

"Makasih?" kataku dengan nada bertanya.

Ia berdiri seraya menoleh ke arahku. "Apa?" Lalu, dia pun melangkah ke hadapan guru untuk memberikan hasil ulangannya.

Aku jengkel dengannya.

================================================================

PENILAIAN TENGAH SEMESTER 2 (Hari kedua)

Tak kusangka, aku masuk gerbang sekolah berbarengan dengannya. Melihatnya saja aku sudah muak. Ditambah lagi sekarang aku ada di belakangnya. Kulambatkan saja jalanku.

Kulihat ia sedang berbicara kepada temannya. Buru-buru kumasuk ke dalam kelas dan menaruh tasku di depan kelas.

Tidak tahu kenapa, hatiku tidak berdebar kencang lagi layaknya waktu pertama kita bertemu. Hmm, mungkin karena kemaren aku sebal dengannya.

Selama ulangan berlangsung, aku meliriknya memakai handphone. Kukerjai saja dia.

"Pak," panggilku kepada guru pengawas seraya mengangkat tangan.

"Eh, eh, apaan sih," ucapnya sedikit panik. Ia menarik-narik lenganku agar kuturunkan.

"Apaan," balasku sinis.

Dia menatap tak suka padaku.

"Iya, kenapa? Ada apa, ya?" tanya guru pengawas yang menurunkan kacamatanya ke hidung. Aku berdiri, sehingga menimbulkan bunyi kursi yang tergeser.

"Ssstt." Dia menarik-narik bajuku, menyuruhku duduk. Aku abaikan saja.

"Saya mau ke kamar mandi ya, pak," izinku.

"Ohh, iya silakan,"

"Anjir," gumamnya pelan. Aku tersenyum puas sambil melangkah menuju pintu.

"Izin ya, pak," ucapku sekali lagi, dan dijawab anggukan.

Aku duga dia pasti mendumel dalam hatinya. RASAKAN!

Ketika aku balik ke kelas, semua orang menatapku. Ah, aku tak suka keadaan seperti ini. Kembali ku duduk ke kursiku.

"Lu apaan sih tadi?" tanyanya dengan suara pelan tapi tegas.

"Cuma mau ke kamar mandi," jawabku

"Oh," sahutnya singkat dan cuek, bikin aku makin KESAL!

Di tengah-tengah ulangan, dia kembali meminta pinjaman penghapus kepada teman perempuan di depannya. Karena aku sudah tak sabar, kuangkat penghapusku, lalu kutaruh kasar di mejanya sehingga menimbulkan sedikit bunyi.

Dia melihat ke arahku dengan kening yang berkerut.

"Makasih, Vi, nggak jadi," tuturnya kepada Vivi, teman perempuan di depannya.

Kemudian dia menghapus bagian yang salah dan mengembalikan penghapusnya ke mejaku.

"Makasih?" Aku hanya ingin dia tahu terimakasih.

"Hm?" Dia sibuk membulatkan jawaban. "Apa?" Matanya bertemu dengan mataku.

Aku tidak takut, kutantang dia adu mata dengan menyipitkan mataku terhadapnya.

"Apaan, sih," ujarnya seraya terkekeh. Dia pun kembali mengerjakan lembar jawabannya.

DEG!

APAAN NIH!!11!

Spontan ku pegang dadaku. Aku mencoba menetralkan detak jantungku dengan mengerjakan beberapa soal lain yang belum aku kerjakan, tapi aku tidak fokus. AAAAAAH!

Beberapa menit sebelum ulangan selesai, kulihat dia sudah santai, ia memutar-mutarkan pensil dengan jari-jarinya. Yap, pensilnya jatuh.

"Ck." Decakan itu lagi.

"Pinjem, yak."

DEG!

Aku tidak berbicara, hanya mengambil rautanku, lalu kuberi dia.

BODOH! Seharusnya biarkan saja dia mengambil rautannya di mejaku. Ngapain aku repot-repot mengambil untuknya? Tangan kami hampir bersentuhan barusan. GILA.

"Makasih," katanya mengembalikan rautan ke mejaku.

Otomatis aku membuka mulut. "Tumben."

Dia menoleh dengan raut bingung. "Emang biasanya enggak?" Aku hanya menggeleng.

"Oh,"

Karena kesal, aku berdiri lalu mengumpulkan lembar ujianku. Aku melihat dengan ujung mataku bahwa dia sedang memerhatikanku berjalan ke meja guru.

Akhirnya aku keluar kelas, terbebas dari dinginnya dia. Padahal dia nggak dingin seperti itu ke teman-temannya. Mungkin karena aku orang asing.

Ahh, masih ada satu pelajaran lagi. Aku sudah tidak kuat duduk di sebelahnya.

Teeeeeettt...

Bel masuk berbunyi. Aku sempat melihatnya bercanda dengan temannya saat istirahat. Huh, semoga aku bisa melewati hari ini.

Lagi-lagi kulihat dia mengeluarkan handphone saat ulangan, mengetikkan sesuatu. Mungkin mencari jawaban di internet? Hmm.

Aku membuang napasku gusar, langsung saja kurebut handphone­-nya.

"WOY," pekiknya agar keras sampai-sampai semua orang melihat ke kami.

"Kenapa?" tanyaku polos kepada orang-orang di kelas. Mereka pun kembali sibuk dengan kertas ulangannya.

"Ada apa itu yang di belakang?" tanya guru pengawas yang kali ini ibu-ibu.

"Nggak apa-apa, bu. Ini kaki Aa nya keinjek sama saya," jawabku bohong.

"Ohh, yasudah lanjutkan, jangan berisik," kata Ibunya.

Ketika kelas kembali hening, A Raihan meminta kembali handphone-nya yang aku sita.

"Nggak mau. Kerjain yang jujur, A," kataku.

"Mau nyontek atau kaga, bukan urusan lu," ketusnya.

"Iya emang bukan urusan saya, tapi urusan Aa sama yang diatas."

"Ck." Dia mengambil kertas soal-nya dengan kasar, lalu mulai mengisi jawabannya.

Aku tersenyum tipis. Pasti ngasal jawabnya.

Akhirnya ulangan hari kedua pun selesai. Aku pun menghampiri A Raihan yang sedang mengobrol dengan temannya di koridor.

Kuserahkan handphone­-nya. Langsung dia mengambilnya.

"Wih, adek kelas?" celetuk teman di sampingnya yang aku tidak mengerti maksudnya.

"Bacot," tukasnya.

Aku pun menundukkan kepalaku sebagai pernyataan permisi, lalu aku pergi.

Continue Reading

You'll Also Like

235K 7K 50
we young & turnt ho.
661K 15.9K 65
sequel to aeou (read first) ✘ ✘ ✘ The boys are back. And they're out for revenge. Last semester the girls of Sterling humiliated Caleb, Luca, Atla...
93.4K 3.5K 38
α΄…Ιͺᴠᴇʀɒᴇɴᴛ; ᴛᴇɴᴅΙͺΙ΄Ι’ ᴛᴏ ʙᴇ α΄…Ιͺκœ°κœ°α΄‡Κ€α΄‡Ι΄α΄› ᴏʀ α΄…α΄‡α΄ α΄‡ΚŸα΄α΄˜ ΙͺΙ΄ α΄…Ιͺκœ°κœ°α΄‡Κ€α΄‡Ι΄α΄› α΄…ΙͺʀᴇᴄᴛΙͺᴏɴꜱ.
176K 4K 17
lucent (adj); softly bright or radiant ✿ ✿ ✿ My brother's hand traces the cut on my right cheek for some minutes. I have no idea how a cut can b...