Rotasi dan Revolusi

By Crowdstroia

2.6M 326K 35.7K

[TELAH TERBIT] Arraf Abizard Rauf adalah raja tanpa mahkota Universitas Sapta Husada. Semua orang sering meny... More

prakata
playlist + characters' aesthetics
1 || Skripsi
2 || Maskulin
3 || Jazz
4 || Byssus
5 || Chat
6 || Balasan
7 || Amnesia
8 || Analisis
9 || Standar
11 || Kencan
12 || Selingkuh
13 || Ambisi
14 || Pengertian
15 || Baper
16 || Arogan
17 || Keluarga
18 || Nafsu
19 || Lengkap
20 || Bintang
21 || Raja
22 || Cemburu
23 || Brutus
24 || Degup
25 || Tes
26 || Cheesy
27 || Danau
28 || Matahari
29 || Eternity
30 || Publikasi
31 || Toleransi
32 || Magis
Rencana Penerbitan
Pre-Order
URAIAN SEMUA SERI CERITA CROWDSTROIA

10 || Kesempatan

78.4K 11K 1.6K
By Crowdstroia

========

10

k e s e m p a t a n

========




Arraf menatap dirinya di cermin toilet pria salah satu pusat perbelanjaan.

Dia menatap lingkaran hitam di bawah matanya yang sudah lama terbentuk. Lingkaran hitam itu makin mencekung ketika dia memasuki tingkat tiga kuliah yang merupakan puncak kesibukannya, saat tugasnya makin banyak dan rapat organisasi serta eksekusi-eksekusinya tetap harus berjalan. Arraf terbiasa dengan kesibukan hingga rasanya ganjil sekali jika dia menganggur. Dalam seminggu, dia selalu kuliah dari Senin hingga Sabtu, dan hari Minggu dipakai untuk mengerjakan tugas, mencicil belajar, atau jalan ke luar bersama teman-temannya. Jarang sekali ada hari menganggur. Waktu luang biasa dia habiskan untuk menyusun anggaran pengeluaran serta menulis target-target mingguan dan deadline terdekat. Hidupnya selalu terencana. Namun, Arraf tidak naif. Dia cukup sadar bahwa memang tak semua hal yang dia rencanakan bisa tercapai sesuai keinginannya - dan itu tidak masalah. Masih ada kesempatan-kesempatan lain untuk mewujudkannya.

Rencana-rencana yang Arraf susun membuat dia bisa melihat seperti apa dirinya di sepuluh tahun mendatang. Menjadi pria sukses yang banyak koneksi, sering diundang pada acara-acara penting, pencapaiannya diliput media, dia memiliki istri cantik dan anak berotak cemerlang, serta tinggal di komplek perumahan yang bagus. Itu adalah kehidupan sempurna versi Arraf yang pasti akan dia dapatkan. Dan tidak, ini bukan keangkuhan. Ini kepercayaan diri bahwa dia yakin dia bisa mencapainya.

Dalam kehidupan yang serba tidak pasti ini, rencana demi rencana adalah penyelamat hidupnya. Arraf tak terlalu suka bertindak impulsif. Efeknya bisa sangat merepotkan, sulit diterka di mana ujungnya. Riv impulsif dan itu merepotkan Arraf.

Arraf sadar bahwa harusnya dia tak perlu memikirkan gadis itu lagi dan fokus saja pada perempuan yang sedang jadi teman kencannya malam ini. Sialnya, barusan saja dia kembali mengingat Riv. Kenapa otaknya tak bisa diajak bekerja sama untuk fokus saja pada gadis lain?

Arraf memejamkan mata, menarik napas untuk menenangkan diri. Kemudian, dia bersandar di dinding sebelah wastafel sambil membuka ponselnya. Layar menunjukkan chat terakhirnya dengan Riv. Permintaan untuk memberi waktu memikirkan langkah selanjutnya.

Dua minggu telah berlalu dan Arraf mencoba berkenalan dengan perempuan lain. Jasmine adalah salah satunya. Gadis itu adalah putri konglomerat yang merupakan teman ayahnya. Arraf pastinya menjaga citra keluarga di depan Jasmine, tetapi dia cukup tahu bahwa jika ternyata mereka tak cocok, dia akan berusaha mengubah hubungan ke arah pertemanan dengan baik-baik.

Jasmine terlihat tertarik kepadanya. Arraf tahu itu. Terlihat dari wajahnya yang tersipu ketika dia puji serta dari antusiasmenya menyimak obrolan Arraf. Mata Jasmine terlihat berbinar ketika Arraf bicara. Jelas tidak seperti Riv yang justru sering menatapnya seolah dia ini hewan penelitian. Harusnya perempuan seperti Jasmine yang menarik hatinya. Biasanya selalu yang seperti ini. Sungguh, Jasmine perempuan baik-baik yang cantik dan tanpa perlu Arraf konfimasi lebih lanjut, Arraf yakin Jasmine sesuai standarnya. Namun kenapa dia justru selalu terbayang akan Riv di sepanjang kencan dengan Jasmine?

Menyimpan ponsel seraya mendesah, Arraf keluar dari kamar mandi, kembali duduk di depan Jasmine yang malam itu mengenakan dress merah jambu lembut, terlihat manis. Arraf menikmati makan malam dan obrolan bersama Jasmine. Namun sungguh, meskipun dia bisa mengikuti dan cukup cocok, dia merasa obrolannya agak dangkal dibanding Riv. Sial. Riv lagi. Kapan otaknya bisa berhenti membanding-bandingkan perempuan mana pun dengan Riv?

"Jadi, gimana rasa steak di sini?" tanya Jasmine, tersenyum. "Kamu baru kan, makan di sini? Cocok, nggak?"

"Cocok, kok." Arraf tersenyum. Kemudian berpikir. Mungkin memang dia yang harus menginisiasi obrolan yang dia inginkan. Interaksinya dengan Riv sangat jelas dan langsung ke poin utama, sehingga tak perlu buang-buang waktu berbasa-basi. Dia suka sekali interaksi seperti itu. Namun, apakah dia bisa melakukan hal yang sama kepada orang lain tanpa orang itu menganggapnya tak sopan? "Ehm, Jasmine," ujar Arraf, memberanikan diri, memulai dari hal-hal dasar. "Hobimu katanya dengerin musik. Bisa main musik, nggak?"

Jasmine tersenyum dan mulai menjelaskan mengenai hobi-hobinya. Dia suka mendengarkan musik dan menari balet. Balet bisa membantunya merasa lebih rileks. Terasa seperti terapi. Arraf menyimak sepanjang obrolan. Kadang tersenyum menanggapi. Ketika Jasmine sudah selesai menjelaskan, Arraf justru bertanya-tanya kenapa dia tak menanyakan masalah hobi kepada Riv.

Dan di situlah Arraf sadar betapa dia menginginkan Riv. Bukan perempuan lain.

Ingin rasanya Arraf merutuk. Apa memang sesulit itu mengubah arah hatinya ke perempuan lain? Demi Tuhan, bahkan Riv sudah terang-terangan memintanya untuk mencari perempuan yang lebih sesuai standarnya. Namun, memangnya Riv tak masuk standar? Standar apa yang sebenarnya dia jadikan pegangan? Arraf sadar kecerdasan tiap orang berbeda-beda, dan dia sungguh tak menilai kecerdasan seseorang hanya dari IPK mereka. Namun, keluarganya pasti akan menilai. Masalah kriteria lain seperti yang disebutkan Riv, Arraf belum bisa mengetahui dengan pasti karena dia belum mengenal Riv. Arraf punya alasan atas kriteria-kriteria itu.

"Raf!" seru Jasmine, membuat Arraf tersentak. "Sori. Habis kamu kayak lagi bengong gitu. Mikirin apa?"

Arraf menelan ludah, lalu memasang senyum spontan. "Bukan apa-apa, kok."

"Masa sih? Kayaknya lagi mikirin sesuatu yang serius gitu."

Arraf hanya tertawa pendek dan mengibaskan tangan, mengganti topik obrolan untuk mengalihkan perhatian. Kencan itu berakhir pukul delapan. Usai mengantar Jasmine pulang dan sampai di rumah, Arraf memasuki ruang keluarga dan melihat ibunya menonton TV. Arraf mengucap salam dan salim tangan kepada Kanya.

"Gimana tadi kencannya?" tanya Kanya sambil lalu, menatap ke arah Arraf kemudian ke arah TV.

"Lumayan," ujar Arraf, mengangkat bahu. "Tapi, kayaknya kami kurang cocok obrolannya."

"Mungkin butuh adaptasi. Masih kencan pertama, kan? Kali-kali aja si Jasmine gugup, jadi bingung mau ngomong apa," ujar Kanya sembari tersenyum. "Kalau memang nggak cocok juga nggak apa-apa. Asal jaga hubungan baik-baik aja."

"Iya." Arraf menarik napas, pun duduk di sebelah ibunya. Dia menyenderkan kepala ke kepala sofa. Sesaat kemudian, berkata, "Ma. Menurut Mama, apa kecerdasan itu dinilai dari IPK?"

"Enggaklah," jawab Kanya. "Kan, orang bakatnya macam-macam. Ada yang seni, ada yang lebih ke sains, ada yang ke olahraga." Wanita itu menatap anaknya. "Memang ada apa, Raf?"

Arraf terdiam lama. "Kalau misal aku nggak ada prestasi apa-apa. Aku nggak bisa unggul di pelajaran, aku nggak bisa unggul di organisasi kampus, nggak menang-menang lomba, apa Mama masih sayang sama aku?"

Kanya meninggikan alis terhadap pertanyaan itu. "Ya masihlah, Raf. Kamu kan, anak Mama. Kenapa tiba-tiba tanya kayak gitu?"

Arraf terdiam. Menatap ke arah pigura berisi foto keluarga ketika dia diwisuda. Ayahnya sedang dinas hari ini. "Kalau Papa?"

"Pasti juga sayang dong, Raf. Aneh deh kamu." Kanya mengernyit. Terlihat khawatir. Bagaimana pun juga, Arraf adalah anak semata wayangnya. "Cuma, mungkin cara Papa mengekspresikan rasa sayangnya berbeda, Raf. Kamu ngertiin ya."

Arraf terdiam sambil berpikir. Mama pasti cuma berusaha menghibur. Kemudian dia tersenyum tipis. "Aku ngertiin kok, Ma. Aku selalu ngertiin." Arraf mengecup pipi ibunya. "Aku tidur dulu."

Memasuki kamar, Arraf lalu mandi dan berganti pakaian. Dia membuka ponselnya. Tadinya berniat untuk menyetel lagu, tetapi ibu jarinya justru bergerak untuk membuka chat-nya dengan Riv.

Racun banget ini cewek, pikir Arraf. Tapi racunnya manis, sih, jadi gue minum terus.


Arraf Abizard Rauf

Riv.
Hai?


Sadar bahwa mungkin saja Riv sudah tidur, Arraf pun mengetik lagi. Karena dia tahu Riv selalu bicara to the point, maka dia akan melakukan hal yang sama.


Arraf Abizard Rauf

Gua udh mikir ttg standar
gue dsb. Dan gua pikir, gua
blm terlalu kenal lo sampe
bisa memutuskan lo masuk
kriteria atau enggak.
Gua ga menilai kecerdasan
org dr nilai akademik. Tapi,
keluarga dan masyarakat di
sekitar kita iya.
Gua cuma gatau apa lo siap
buat hadapin org2 yg akan
judge lo begitu atau engga.
Takutnya siapa pun yg jd
cewek gua gak kuat. Makanya
drpd repot, mending dr awal
gua menetapkan standar aja.
Drpd cewek gua nanti mundur
hanya krn ga kuat ngadepin
judgement masyarakat.

Trivia Ganggarespati

Interesting.
Lo sendiri bakal ngebela
cewek lo atau ikut ngejudge
dia biar sesuai standar?

Arraf Abizard Rauf

Gua dulu ikut ngejudge.
Iya, itu salah bgt. Gua tau.
Harusnya gue bela dia.

Trivia Ganggarespati

Lo gak ngebela dia krn
lo pikir apa pun yg dia
lakukan itu gak worth it.
Am I rite?

Arraf Abizard Rauf

Right.

Trivia Ganggarespati

Hm.
Jd sebenernya nih
tujuan lo chat gue
buat apa?

Arraf Abizard Rauf

Minta kesempatan.

Trivia Ganggarespati

Utk?

Arraf Abizard Rauf

Jd cowo sesuai standar
cowok lo.

Trivia Ganggarespati

Wuaduh.
Tar dulu masnya.
Ini masnya mau berubah
demi saya?

Arraf Abizard Rauf

Enggak.
Ini mungkin semacam...
negosiasi.

Trivia Ganggarespati

?

Arraf Abizard Rauf

Negosiasi standar pacar.
Baik buat lo dan buat gua.
Gua cuma ga masuk satu
kriteria lo doang kan?

Trivia Ganggarespati

I hate to admit that, but
yes you are.

Arraf Abizard Rauf

Gua ga masuk kriteria
lo krn gua terlalu tunduk
sama standar dr org2 sekitar
gua.
Gua sadar itu salah. Dan

lo bener.
Ini buat kebaikan gua sendiri
sebenernya.

Trivia Ganggarespati

Raf. Gue gak masalah lo
mau ngikutin standar atau
engga.
Kalau org2 berekspektasi
lo hrs jd ketua BEM dan
lo emg jd ketua BEM krn
keinginan lo sendiri, itu
samsek gak masalah.
Kan lo yg seneng, yg puas,
yg bertanggung jawab
atas pencapaian2 lo.

Arraf Abizard Rauf

I know.
Tp kalo gua tunduk ke
standar org2 pdhal itu
bukan hal yg gua inginkan
trus malah berakhir toxic
itu kan yg bahaya.

Trivia Ganggarespati

Iya. Kalo lo lakuin
krn lo yakin itu bisa
baik buat lo ya gpp.

Arraf Abizard Rauf

Gua lakuin buat kebaikan
gua. Cuma kadang gua
takut malah ngelakuin hal2
yg ga sesuai nurani gua, tp
ttp gua lakuin demi
kepentingan org banyak.

Trivia Ganggarespati

Serem sih Raf.
Kalo ntar sekitar lo bnyk yg
korup gmn? Masa lo mau
terima uang suap utk
kepentingan 'org bnyk'
yg pada korup itu?

Arraf Abizard Rauf

Itulah. Makanya gua
serem ama diri gua
sendiri.
Gua mau lebih terbiasa
buat bedain kepentingan.
Belajar ke elo kayaknya
pas. Cocoklah.

Trivia Ganggarespati

Knp gue?

Arraf Abizard Rauf

Krn lo lebih sering
menyimpang standar
dibanding org2 yg
pernah gue kenal.

Trivia Ganggarespati

Oke. Jd kalo lo mau
ngajak gue jalan itu
krn mau belajar
menyimpang dr gue
ya.

Arraf Abizard Rauf

Iya.
Sekalian PDKT.

Trivia Ganggarespati

Ihh, gue senyum2 loh
Raf :)

Arraf Abizard Rauf

Lo ngehina ya?

Trivia Ganggarespati

Iya.

Arraf Abizard Rauf

Yaudala.
Gaada penolakan
dr lo kan?

Sabtu ini kita ketemu
jam 11 ya.

Trivia Ganggarespati

Gila Anda.
Langsung decision
making ya. Tipikal
arraf.

Arraf Abizard Rauf

Kalo lo merasa keberatan,
tinggal bilang.

Trivia Ganggarespati

Gak keberatan. Cuma
perlu membiasakan diri
aja sama decision makers
kayak lo.

Arraf Abizard Rauf

Sabtu jam 11 oke nih?

Trivia Ganggarespati

Gue mau nonton sih
sebenernya jam 1
gitu.

Arraf Abizard Rauf

Yauda nonton bareng
aja.

Trivia Ganggarespati

Lo ga masalah nonton
film animasi gitu?

Arraf Abizard Rauf

Gapapa.

Trivia Ganggarespati

Oke. Nanti kita ketemuan
langsung di mall aja ya.
Tolong jgn tiba2 jemput
gue kayak pas di FMIPA
dulu itu.

Arraf Abizard Rauf

Knp?

Trivia Ganggarespati

Mengundang perhatian.
Gila lo. Sejak itu, ada aja
org yg nanya 'ohh, ini riv
yg dicari bang arraf ya?'
Terus pernah ada yg nanya
itu di tmpt rame, otomatis
kedengeran anak2 lain.
Untung lo dua mingguan
lebih gak nongol di kampus.
Jd ga ada gosip aneh2 ttg
gue.

Arraf Abizard Rauf

Gosip aneh gmn?

Trivia Ganggarespati

Ya gosip kalo gue sama
lo lg deket. Dalam arti
PDKT gitu.
Eh.
Lo emg mau PDKT ya.

Arraf Abizard Rauf

-_-

Trivia Ganggarespati

Intinya sih, gue gamau jd
artis kampus mendadak.
Gue masih mau menjalani
tahun terakhir dg tenang.

Arraf Abizard Rauf

Lo gasuka spotlight ya?

Trivia Ganggarespati

Tergantung spotlightnya
kayak gmn.
Kalo spotlightnya krn
pencapaian2 gue ya gue
seneng2 aja.
Tp kalo spotlight krn "Riv
deket sama bang arraf"
itu gak banget sih.

Arraf Abizard Rauf

Itu kalau deket.
Kalau "Riv pacaran dengan
bang arraf" masuknya
spotlight yg lo suka apa
engga?

Trivia Ganggarespati

Engga

Arraf Abizard Rauf

Lo suka bgt bilang 'engga'
ya.

Trivia Ganggarespati

Lebih tepatnya, gue gak
nyaman punya pacar dianggap
sbg suatu pencapaian hidup.
Kebanyakan org kayaknya
takjub bgt ketika liat org lain
punya pacar org hebat.
Mungkin gue gak nyaman krn
gue gak paham knp mereka
merasa takjub.

Arraf Abizard Rauf

Bangga sih riv.
Gua bangga kalo punya cewek
yg cantik dan cerdas.
Emg lo gak bangga misal lo
punya cowok yg cakep, pinter,
prestasinya banyak gitu?

Trivia Ganggarespati

Bangga kok. Itu manusiawi.
Tapi gue bangga sama dia krn
dia udh kerja keras mencapai
itu semua.
Bukan bangga karena gue
berhasil mendapatkan cowok
kayak gitu.

Arraf Abizard Rauf

Knp? Kalo lo dpt cowok yg
let's say, dia cupu, ga jago
komunikasi, susah diajak
ngobrol dsb, apa lo bangga?

Trivia Ganggarespati

Engga. Dan gue gak akan
terima cowok yg susah diajak
komunikasi dr awal.
Krn hubungan kan dibangun dr
komunikasi.
Gue pacarin cowok krn gue cinta
dan krn dia udh sesuai kriteria
gue. Bukan krn mau bangga2in
dia di depan org lain.
Tp kalau memang dia senang
dibangga2kan, I'll do it sometimes
to make him happy.
Not all time. Krn kalo keseringan
mungkin ga bagus juga buat
psikis dia.

Arraf Abizard Rauf

Riv....

Trivia Ganggarespati

?

Arraf Abizard Rauf

Gua jd pengin pacarin lo
skrg bgt.

Trivia Ganggarespati

Faedahnya apa?

Arraf Abizard Rauf

Biar gue seneng aja.

Trivia Ganggarespati

Hahahaha.
Intinya gue bersedia utk
adaptasi sama org kok.
Apalagi pacar/suami.
Asalkan org itu juga mau
adaptasi sama gue.


Arraf tersenyum-senyum membaca chat itu. Rasanya sudah lama dia tak merasakan seperti ini. Jika dalam film komedi romantis, barangkali dia akan dengan alaynya bertanya-tanya, apakah ini yang namanya cinta?

Arraf segera tersadar dan jijik dengan pikirannya sendiri.


Arraf Abizard Rauf

Mungkin Tuhan masih
baik sama gua, Riv.

Trivia Ganggarespati

Knp?

Arraf Abizard Rauf

Krn dia masih bersedia
mempertemukan gua dg
cewek yg gua butuhkan.
Bukan yg sekadar gua
inginkan.

Trivia Ganggarespati

Gue merinding.
Jgn bilang ceweknya
gue.

Arraf Abizard Rauf

Hehehe.

Trivia Ganggarespati

????
Why r u 'hehehe'
to me?
Mencurigakan.

Arraf Abizard Rauf

Gapapa. Seneng aja.

Trivia Ganggarespati

Kok gue merinding.

Arraf Abizard Rauf

Udh gausah dipikirin.
Ntar kebawa mimpi.

Trivia Ganggarespati

Iya.

Arraf Abizard Rauf

Hehe.
Jgn lupa Sabtu ini janjian
sama gua.

Trivia Ganggarespati

Y.


Arraf hanya terkekeh melihat balasan terakhir Riv. Dia ingin mengucapkan selamat tidur, tetapi dia urungkan. Riv pasti merasa jijik. Dia sendiri juga akan jijik, sebenarnya.

Menarik napas, Arraf memutar lagu dari ponselnya. Dia menatapi jendela sembari mendengarkan lagu. Suara John Mayer mengalun dengan menenangkan dan membuatnya lebih rileks. Merasa lebih bisa terhubung dengan isi lagunya.

Arraf teringat lagi dengan pertanyaannya tadi kepada sang ibu. Keluarganya lengkap dan berkecukupan, tetapi dia hanya merasa kehangatan dari ibu. Ayahnya selalu bekerja dan berprestasi memang harus terjadi seolah itu adalah hal normal, senormal makan tiap hari. Arraf masih ingat ketika dia pernah gagal ranking satu saat SD dan ayahnya terlihat begitu kecewa. Arraf tak ingin menggagalkan ekspektasi ayahnya lagi. Dia tak tahu bagaimana cara membuat ayahnya bahagia selain dengan berprestasi. Sebab dengan prestasilah ayahnya terlihat tak kecewa.

Ya, Arraf sadar dia merasa kekurangan kasih sayang dari ayahnya. Namun, dia tak ingin menjadi orang yang hanya karena merasa tak disayang keluarga, kemudian menggantungkan dirinya pada pacar atau pun orang lain. Kadang dia takut dia justru bergantung kepada Riv. Dia ingin membicarakan hal ini dengan gadis itu. Dia harap Riv bisa paham dan membantunya keluar dari perasaan takut ini.

Perlahan, lagu yang terputar membuatnya merasakan kantuk. Dia meletakkan kepala di atas bantal, mulai memejamkan mata. Dan Arraf terlelap seraya mendengarkan alunan suara John Mayer.


So scared of getting old

I'm only good at being young

[ ].


Continue Reading

You'll Also Like

PUNISHER By Kak Ay

Teen Fiction

1.3M 117K 45
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...
1.1M 44.8K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
297K 13.6K 18
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...
283K 26.3K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...