CIRCLE [Revisi]

Par Arabicca69

79.1K 4.1K 384

[Thriller+investigation] #2: Dendam bermula dari masa lalu. Saat itu Tim Satu Divisi Pembunuhan Kepolisian Se... Plus

Arsip
Prolog
Bab 1: Koper Misterius
Bab 2: Ada Yang Aneh
Bab 3: Firasat
Bab 5: Pikirkan Baik-Baik
Daftar Pelaku (1)
Bab 6: Alur Yang Sempurna
Bab 7: Menelusuri Jejak
Bab 8: Titik Acuan
Bab 9: Melawan Arus
Bab 10: Mengulik Kisah

Bab 4 : Padang Ilalang

2.3K 348 32
Par Arabicca69

"Apa?"

Komandan Teguh menghentikan laju mobilnya di bahu jalan. Segera dimatikannya siaran radio rik agar dia dapat mendengar dengan jelas informasi dari si penelpon. Telinga dan hatinya mendadak terasa begitu panas. Bagaimana tidak? Dia baru saja tiba di daerah Bukit Dangas, dan sialnya dia harus mendengar berita duka dari salah seorang anggota tim tiga.

"Putri Abraham, kau bilang?"

"Ya, Komandan. Jasadnya sudah dibawa ke Rumah Sakit BHK untuk proses otopsi lebih lanjut," sahut Kendra di seberang.

Komandan Teguh menghela napas gusar. Ini gila, batinnya. Bagaimana bisa putri Abraham menjadi korban pembunuhan? Komandan Teguh mulai mengira-ngira, bisa jadi alasan inilah yang membuat Abraham mendadak dibebastugaskan dari jabatannya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Abraham saat ini. Kehilangan anak semata wayang yang teramat sangat dia kasihi pastilah menjadi pukulan terberat bagi Abraham. Komandan Teguh turut berduka untuk rekannya itu.

"Baiklah. Kabari secepatnya jika ada perkembangan. Aku harus periksa TKP di padang ilalang."

“Siap, Komandan!” sahut Kendra.

Panggilan pun diputus kemudian.

Komandan Teguh menyakukan kembali gawainya. Usai turun dari mobil dan menutup pintu, perwira berpangkat Ajun Komisaris Polisi itu disambut oleh luasnya padang ilalang di kanan-kiri—terhampar sampai sejauh tiga kilometer. Di sekitar bibir jalan telah ramai oleh barisan mobil patroli polisi dan kendaraan milik wartawan yang bertugas melakukan liputan berita.

Bukit Dangas merupakan daerah yang cukup sepi. Tetapi hari ini Komandan Teguh melihat setumpah manusia membanjir di sana laiknya sekompi demonstran Serikat Buruh. Mereka bergerak, saling dorong, dan menginjak-injak ilalang lantaran merasa begitu penasaran dengan apa yang tengah terjadi. Mengakibatkan proses olah tempat kejadian perkara menjadi sedikit terkendala.

“Mundur! Mundur!” teriak lantang salah seorang petugas polisi. Dia memberi hormat dengan sikap tegas ketika Komandan Teguh datang menghampiri. Segera dia persilahkan Komandan yang mengepalai tim dua Divisi Pembunuhan itu menyelinap ke dalam kerumunan massa.

Komandan Teguh melangkahi parit, kemudian berlari-lari kecil menuju sekelompok polisi di tengah lapangan. Padang ilalang yang berlokasi di Jalan Bukit Dangas itu sempat mengalami kebakaran beberapa bulan lalu sehingga sebagian area yang dia lewati hanya ditempati oleh rumput kering dan bekas jelaga.

Namun, ilalang liar sejatinya dapat tumbuh dengan cepat. Sehingga, meski tidak dilakukan penanaman ulang, tunas-tunas hijau telah kembali merimbun dengan sendirinya. Di sebagian tempat tingginya bahkan telah mencapai pinggang orang dewasa. Pemandangan itu terlihat jelas di sisi kanan dan makin dipercantik oleh indahnya bunga ilalang liar yang sedang bermekaran.

Memasuki musim berbunga seperti sekarang ini, padang ilalang bisa menjadi salah satu pilihan lokasi yang pas untuk berswafoto. Namun, rasa-rasanya saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk memikirkan hal semacam itu. Sebab, sesuatu yang mengerikan tengah terjadi di sini.

Padang ilalang telah menjadi saksi bisu—tempat di mana seorang pelaku pembunuhan membuang potongan tubuh korbannya. Komandan Teguh telah mendapat kabar sebelumnya. Setengah jam lalu, ketika dia masih duduk di kantornya sembari menyeruput secangkir kopi, dia mendapat panggilan masuk. Lewat sambungan telepon, salah seorang anak buahnya melaporkan bahwa ada koper mencurigakan yang ditemukan oleh seorang warga di daerah padang ilalang Jalan Bukit Dangas. Tebakan Komandan Teguh, isinya, kemungkinan besar, adalah jasad yang telah dipotong-potong.

Komandan Teguh menyusuri jalan setapak yang sebelumnya sengaja dibuat oleh anggota Sektor Sekupang untuk memudahkan akses masuk. Ilalang yang menjulang tinggi sedikit banyak menghalangi pandangan namun tidak menghambat langkahnya untuk terus maju. Setelah berjalan kira-kira sejauh tujuh meter, dia baru bisa melihat garis polisi yang dipasang melingkar di antara rimbunnya ilalang liar. Para polisi berseragam yang sedang bertugas segera menyambut begitu melihatnya. Komandan Teguh membalas dengan senyum tipis.

“Komandan!” sapa Safferizal, salah satu anak buahnya.

Komandan Teguh mengangguk singkat. "Bagaimana, Zal?" tanyanya to the point.

Safferizal segera mengangkat garis kuning, kemudian membawa Komandan Teguh mendekati petugas Inafis yang tengah bertugas melakukan olah TKP. Tak lupa, dia mengangsurkan sarung tangan lateks kepada pria itu. Kemudian, mereka berjongkok dan ikut memeriksa isi di dalam koper mencurigakan tersebut.

Dugaan Komandan Teguh semula benar. Sebuah potongan kaki manusia berada di dalam koper tersebut. Komandan Teguh memperhatikan, darah di bagian ujung pangkalnya telah mengering. Terdapat bekas luka ikat melingkar pada pergelangan kaki. Potongan kaki tersebut pucat dan terdapat bercak kehitaman di beberapa bagian. Sebagian kuku nyaris terlepas. Barangkalai diakibatkan reaksi dari proses pembusukan.

“Dilihat dari bentuk dan posisi jari-jarinya, potongan kaki ini jelas berasal dari kaki kiri,” jelas Iptu Rangga, selaku petugas Inafis, kepada Komandan Teguh dan Safferizal.

Komandan Teguh ikut mengobservasi dengan teliti. Dengan sangat berhati-hati dia menyentuh potongan kaki tersebut.

"Koper dan potongan kaki manusia ...," gumamnya kemudian. Dia lalu membatin, mengapa semua ini terasa begitu familiar?

Komandan Teguh tertegun sambil memantau sekitar. Angin berembus cukup kencang di sekitar area tersebut. Meniup lembut rambutnya yang jatuh di dahi serta membawa pergi sebuk bunga ilalang liar jauh mengangkasa. Ada semacam siulan ganjil yang dia dengar dari mulut seseorang. Tetapi dia tidak yakin siapa gerangan orang yang akan bersiul di saat seperti ini. Di sela-sela suara itu, dia mendengar kerasnya gonggongan anjing. Gelombang ilalang ikut menari saat anjing-anjing terlatih dikerahkan—demi mencari sebuah petunjuk—menginjak tanaman liar tersebut. Mendadak Komandan Teguh teringat pada potongan kejadian yang pernah dia alami di masa lalu. Dulu, dia pernah berada di situasi seperti ini. Tepatnya, tujuh tahun lalu ....

Dia masih berstatus sebagai penyidik pembantu saat itu. Bersama Abraham, dia ditugaskan untuk menyelidiki sebuah kasus pembunuhan yang cukup menyita perhatian warga Batam. Pada tahun 2010 sebuah koper misterius berisi potongan kaki manusia juga pernah ditemukan di tempat ini. Komandan Teguh menduga-duga: apakah ini merupakan suatu kebetulan semata? Ataukah—

"Pak,"

Lamunan Komandan Teguh segera terbuyarkan oleh suara Iptu Rangga. Dia tersentak dan lekas mengurut kening. Di sebelahnya, Iptu Rangga dan Safferizal menatap dengan raut cemas. Komandan Teguh merasa kikuk. Dia pun segera berasalan; berhadapan dengan kasus mutilasi barangkali telah membuat kepalanya pening tiba-tiba.

"Ah," katanya kemudian. "Apa kalian sudah dengar berita soal TKP di Jembatan Sungai Ladi?"

Rangga dan Safferizal menggeleng serempak.

"Aku belum sempat mengecek ponselku hari ini," ujar Rangga. Mungkin dia harus bertanya pada Genan nanti. Sebab, Genan lah yang ditugaskan untuk melakukan olah tempat kejadian perkara di sana.

"Kendra bilang, jasad yang ditemukan di sana adalah jasad Arini, anak perempuan dari Kanit tim tiga."

Safferizal spontan memasang ekspresi tidak percaya di wajah. "Maksudnya, Komandan Abraham?"

Komandan Teguh mengangguk tegas. "Iya. Dan, kalian tahu? Jasad tersebut," lanjutnya misterius. "Ditemukan dengan kondisi kaki kiri terpotong rapi."

Iptu Rangga spontan menoleh pada koper di hadapan mereka. Dia menatap tajam isi di dalamnya. "Astaga, apa mungkin ...?"

"Entahlah,” sahut Komandan Teguh yang sama tidak percayanya dengan berita itu. “Kita akan tahu jawabannya setelah melakukan uji DNA pada jasad Arini dengan potongan kaki tersebut."

__________________________

Sementara itu di tempat lain, di depan jajaran kedai kopi dalam komplek rumah toko, seorang pria dengan jumper melekat di tubuhnya dan topi berlidah di kepala berdiri di atas trotoar. Arus lalu lintas jalanan cukup sibuk. Cuaca sangat panas siang itu, tetapi dia enggan memilih berteduh di dalam salah satu kedai kopi.

Dia sedang mengamati seseorang dari kejauhan; sang target berdiri sekira tiga meter di depannya. Kedua mata pria itu awas memperhatikan sosok Abraham yang tengah menyandar lesu pada badan mobilnya. Perasaan kalut dan kehilangan menghiasi wajah Abraham usai menerima panggilan telepon. Dia bergeming di tempat sembari menatap gawainya, sebelum kemudian masuk ke dalam mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi di atas jalan raya. Mobilnya menggerung, meninggalkan debu serta kepulan asap sisa pembakaran mesin untuk orang-orang di belakangnya, termasuk pria itu.

Pria itu mengepalkan kedua tangan kuat-kuat sembari memaksakan seulas senyum. Dia menatap langit yang saat itu berwarna kelabu. Hatinya keruh, sama seperti langit itu.

Perasaan kehilangan dan ditinggalkan itu, dulu, dia juga pernah merasakannya.

“Sekarang, giliranmulah yang merasakannya, Abraham,” desisnya penuh kebencian.

_______________________

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

485K 22.6K 93
Ratih berusia 30 tahun yang telah memiliki seorang anak lelaki bernama Dani dari suaminya yaitu Yadi. Ratih diganggu mahluk misterius yang menjelma s...
4.8K 2K 74
"Aaaaaaaa!!!" Teriakan terdengar tidak jauh dari tempat kedua suami-istri itu duduk. "Anna! Ada apa?", Nyonya Eickman kaget dan bertanya dengan seten...
562K 85.4K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...
543 72 5
[Pemenang ketiga dari event #grimmsoctober oleh WattpadFantasiID] Enggan hidup sebatang kara, Yuch---pemuda yang tidak percaya kematian sang adik...