HUJAN | END

Galing kay Shineeminka

6.3M 539K 85.3K

Tanpa mempedulikan air hujan yang mulai membasahi tubuhnya, Arlita berjalan ke arah Revan. Dia berdiri tepat... Higit pa

Blurb
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
32
33
34
35. After Married (1)
36. After Married (2)
37. After Married (3)
38. After Married (4)
39. After Married (5)
40. After Married (6)

31

114K 12.5K 1.5K
Galing kay Shineeminka

Milikilah aku dengan cara terbaikmu dengan doa yang selalu kau panjatkan, dan dengan usaha yang selalu kau kerjakan.

-Mt.P-

💦💦💦

Revan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi pesawat yang kini tengah dia tumpangi. Perlahan dia menutup matanya, bukan untuk jatuh terlelap dalam tidur tapi untuk mengenang kembali apa saja yang telah terjadi dalam hidupnya selama menetap di Berlin.

Awal dia menginjakkan kakinya di kota Berlin. Allah memberikan kejutan yang begitu indah baginya, tanpa diminta tiba-tiba Papanya meminta dirinya untuk kembali melakukan tes DNA di dua rumah sakit terkemuka di Berlin. Papanya melakukan itu dengan alasan ingin memastikan tentang status dirinya dan saat itu Papanya pun berkata dia ingin membersihkan nama Mamanya yang sudah di cap sebagai wanita murahan oleh pihak keluarga besar Herland.

Kenapa Papanya baru melakukan hal itu sekarang di saat Mamanya telah pergi untuk selama-lamanya? Hal itu karena Papanya merasa begitu bersalah karena telah berlaku tidak baik pada Mamanya yang sudah setia menemaninya hingga akhir hayat.

Tes DNA dilakukan di dua rumah sakit berbeda agar mendapatkan hasil yang akurat. Dan hasil tes DNA di kedua rumah sakit itu menyatakan kalau dirinya positif putra dari Papanya. Bukan anak haram. Saat itu Papanya langsung memeluknya dan mengucapkan kata maaf berulangkali.

Jujur, ingin rasanya Revan mencaci maki Papanya saat itu. Gara-gara Papanya dia harus merasakan masa kecil yang jauh sekali dari kata bahagia dan gara-gara Papanya dia harus melihat kesedihan yang setia menghiasi wajah cantik Mamanya, namun dia sadar kalau dengan mencaci maki Papanya itu tidak akan membuat waktu yang telah terlewatkan akan kembali lagi.

Yang bisa dia lakukan saat itu hanyalah berusaha berdamai dengan masa lalunya yang menyakitkan.

Tidak lama setelah kebenaran itu terungkap. Papanya mengalami serangan jantung karena mendapatkan kabar kalau Anggara, anak kesayangannya yang selalu dia banggakan ditemukan tidak bernyawa di apartemen milik temannya di karena overdosis obat-obatan terlarang. Saat itu benar-benar menjadi masa yang sulit bagi Revan, hingga tidak ada waktu baginya untuk memikirkan hal lain kecuali pendidikan dan kehidupan keluarganya yang jauh sekali dari kata baik.

Belum reda duka karena kepergian Mama dan Anggara, satu tahun kemudian Papanya pun tutup usia. Kini yang bertahan dan Allah berikan kesempatan untuk tetap bernafas hanyalah dia dan Ananta.

Sebisa mungkin dia dan Ananta saling memberikan support. Meyakinkan pada diri masing-masing kalau duka yang menimpa keluarganya akan segera sirna.

Hari demi hari berlalu, menjadi minggu, minggu berkumpul menjadi bulan dan bulan bersatu menjadi tahun. Dia dan Ananta mulai dapat menjalani hari-hari seperti sebagaimana mestinya.

Revan mulai dapat fokus pada pendidikan dan pekerjaan paruh waktunya di kantor milik kakak ipar Nino. Dia bertekad untuk segera kembali ke tanah air setelah pendidikannya selesai, dia akan langsung melamar Arlita.

Namun rencana tetaplah rencana, Allah yang memiliki wewenang sepenuhnya atas rencana yang sudah dia rangkai.

Tujuh hari menjelang kepulangannya ke tanah air. Lagi-lagi duka menimpa keluarganya, khususnya Ananta.

Di hari dimana seharusnya Ananta mengikrarkan janji suci bersama Raditya, sosok lelaki tampan yang sudah menjadi kekasih Ananta selama sebelas tahun harus terenggut nyawanya.

Mobil yang di tumpangi Raditya mengalami kecelakaan tunggal saat hendak menuju gereja, dimana pemberkatan akan dilakukan.

Ananta tidak bisa menerima kenyataan itu, dia seakan kehilangan akal sehatnya, hingga beberapakali dia harus masuk ke rumah sakit karena percobaan bunuh diri.

Ananta benar-benar terpuruk.

Keluarga besar Herland meminta Revan untuk memasukkan Ananta ke rumah sakit jiwa, namun Revan tidak bisa melakukan itu. Dia tidak akan tega membiarkan kakaknya mendekam di rumah sakit jiwa karena menurut Revan rumah sakit jiwa hanya akan membuat orang waras jadi gila dan orang gila menjadi semakin gila, akhirnya dia memutuskan untuk merawat Ananta, memilih untuk menunda kepulangannya ke tanah air demi Ananta karena memang Ananta membutuhkannya. Dia tidak mungkin egois meninggalkan Ananta hanya demi mengejar cintanya.

💦💦💦

Revan telah menjadi sosok adik yang baik untukku.

Revan telah menjadi sosok kakak yang baik untukku.

Dan Revan telah berhasil menjadi figur Papa dan Mama  yang baik bagiku.

Di saat aku terpuruk, dialah yang menopangku.

Dia mendekapku di saat aku menangis dan ketakutan.

Dia rela aku pukuli disaat aku merasa dunia begitu jahat padaku.

Tapi dia tetap mempertahankan aku di sampingnya dan dengan terpaksa dia harus menunda kepulangannya ke tanah air untuk melamarmu...

Ya, tiga tahun yang lalu dia hendak pulang ke tanah air untuk melamarmu, Arlita. Namun gara-gara aku dia terpaksa membatalkan kepulangannya, dia mengukir janji kalau dia tidak akan pergi meninggalkanku hingga aku dapat keluar dari rasa sakit yang telah berhasil memenjaraku.

Semuanya karena aku Arlita... Bukan karena dia tidak mencintaimu. Dari dulu hanya kamulah yang dia cintai, tidak pernah sekalipun dia memalingkan hatinya darimu.

Disaat aku sudah mampu keluar dari rasa sakit yang memenjaraku... Disaat seharusnya dia kembali melanjutkan niatnya yang tertunda, namun ternyata kamu telah menerima lamaran dari laki-laki lain...

Tidakkah ada harapan untuk Revan, Arlita? Dia sangat mencintaimu, hingga sekarang dia sangat mencintaimu.

Sudah banyak luka yang dia rasakan dalam hidupnya, dan aku rasa hanya kamulah yang akan menjadi penawar dari semua luka itu.

Pernah di kala malam datang menyapa. Di saat dia duduk di atas permadani, bermunajat pada Tuhannya. Aku mengajukan sebuah pertanyaan.

Kenapa dia lebih memilih menemaniku? Kenapa dia tidak mengejar cinta dari seseorang yang sudah lama dia cintai?

Dan dia menjawab, kalau Tuhannya lah yang menginginkan dia melakukan itu.

Dia bermimpi berjumpa denganmu di depan masjid Nabawi, dia mengulurkan tangannya namun kamu tidak menyambutnya.

Disaat itu dia mantap kalau belum saatnya dia menjadikanmu pendampingnya. Mungkin Tuhan masih meminta dirinya untuk memperbaiki dirinya agar pantas bersanding di sampingmu.

Itulah yang dia katakan padaku...............

Arlita tidak mampu melanjutkan lagi membaca email dari Ananta yang sudah dikirim dari lima hari yang lalu, namun baru ia baca sekarang. Isi email itu membuatnya merasakan sakit.

Revan memimpikan hal yang sama dengannya.

Mungkinkah itu isyarat dari Allah pada keduanya untuk sama-sama saling mengikhlaskan.

Ternyata bukan hanya dia yang menunggu namun Revan pun menunggu.

Dia menunggu Revan datang mengkhitbahnya sedangkan Revan menunggu waktu yang Allah ridhoi untuk datang mengkhitbahnya. Namun waktu itu tidak akan pernah datang sebab Allah tidak mentakdirkan mereka untuk berjodoh.

Tanpa dapat dibendung tangis Arlita pecah, dia menangis tersedu-sedu.

Penantiannya telah berakhir....

Dia dan Revan harus saling mengikhlaskan.

Arlita menyeka air mata yang membasahi pipinya, berusaha untuk meredakan tangisnya saat pintu kamarnya diketuk.

"Tha ada temen kamu!" Rio berseru dari depan pintu kamar Arlita yang masih tertutup rapat.

Arlita menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk menormalkan suaranya. Jangan sampai Kakaknya tahu kalau dia habis menangis.

"Siapa Kak? Nada apa Sri?" biasanya hanya Nada dan Sri lah yang rajin bertandang ke rumahnya.

Tidak ada jawaban dari Rio. Sepertinya Rio sudah pergi dari depan pintu kamarnya.

Arlita melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Dia membasuh wajahnya dengan air dingin. Setelahnya dia mengambil kacamata bacanya dari dalam laci meja belajarnya. Kacamata itu untuk menutupi mata bengkaknya, walaupun tentu cara yang dia gunakan tidak akan mampu mengelabui Nada dan Sri. Nada dan Sri akan tahu dan sadar kalau di habis menangis, dan keduanya pasti akan langsung memberondongnya dengan banyak pertanyaan. Itulah resiko kalau memiliki sahabat yang kelewat peka.

"Tha lama amat sih!" suara Rio kembali menyapa pendengarannya, kentara sekali kalau dia tidak sabar.

Arlita membuka pintu kamarnya, "Slow aja dong Kak. Emang yang datang presiden sampai aku harus cepet-cepet nyambut dia. Paling juga yang bertamu di tengah badai hujan kaya gini si Nada sama si Sri."

"Ta..attaa..tata..," Gio, putra Rio yang baru berusia tujuh bulan yang sekarang berada di dalam gendongan Rio mengulurkan tangannya pada Arlita, menandakan kalau dia ingin digendong oleh Tantenya.

"Sini Tante gendong sayang," dia mengambil alih Gio dari gandongan Rio.

Arlita menuruni anak tangga sambil sesekali menciumi pipi chuby Gio yang sungguh menggemaskan, saking menggemaskannya dia ingin menggigitnya.

"Sini Tha biar kakak gendong Gio nya. Kasihan tamu kamu dari tadi udah nungguin kamu," ucap Kiara, istri Kakaknya. Sosok gadis lembut yang berhasil meluluhkan hati Kakaknya dua tahun yang lalu.

"Nggak apa-apa Kak. Biar aku yang gendong Gio."

"Beneran?"

"Iya kak," Arlita tersenyum manis pada Kiara sebelum kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang tamu. Perhatiannya masih terfokus pada Gio yang kini menepuk-nepuk pipinya dengan tangannya yang mungil hingga dia tidak sadar kalau tamu yang sedari tadi menunggunya kini tengah memperhatikannya.

Hingga akhirnya sang tamu memilih untuk menghampirinya dan mengucapkan salam padanya. Salam yang berhasil membuat kaki Arlita seakan kehilangan pijakannya.

"Assalamualaikum, Arlita."

Arlita tidak berani menatap sosok lelaki yang baru saja mengucapkan salam padanya. Dia mengeratkan dekapannya pada Gio. Ingin rasanya dia kembali masuk ke dalam kamarnya. Bersembunyi dari sosok yang kini masih berdiri tepat di depannya, tapi apa daya kakinya tidak bisa dia gerakkan.

"Kenapa salamku tidak dijawab? Bukannya kata kamu hukum menjawab salam itu wajib?"

Arlita diam, tidak memberikan jawaban apapun.

"Aku ulangi yah salamnya dan kamu harus menjawabnya," Revan. Ya, sosok yang kini berdiri di hadapan Arlita adalah Revan, dia kembali mengulangi salamnya, "Assalamualaikum, Arlita."

"Wa.. Waalaikumsalam," Arlita menjawab salam Revan dengan suara yang sangat pelan dan terpatah-patah.

Revan tersenyum, "Terimakasih banyak sudah mau menjawab salamku dan terimakasih banyak karena kamu sudah mau menunggu ku."

Arlita langsung mendongakkan wajahnya, dia menatap Revan dengan tatapan sedih bercampur bingung.

Apa Revan tidak tahu kalau dia sudah dilamar oleh Candra dan orangtuanya pun sudah menerima lamaran Candra tiga hari yang lalu?

Atau Revan datang kemari menemuinya hanya untuk menjalin kembali tali silaturahmi yang sempat terputus gara-gara kepindahannya ke Berlin?

Semua pertanyaan itu tumpang tindih memenuhi kepala Arlita.

Jadi sebenarnya untuk apa Revan datang ke rumahnya?

💦💦💦

26 Jumadal Tsaniyah 1439H


Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

87.5K 9.3K 92
DUA siswa terjebak dalam cinta tabu. Gio dan Langit. Gio mengincar Langit sejak kelas sepuluh SMA sejak perasaan menyukai itu bermulai. Langit manis...
689K 84.1K 33
#Romance-Comedy #Ambassador's pick Bulan Januari #Cerita Pilihan Bulan Januari oleh @WattpadChicklitID Jika Oranye suka kotor-kotoran, maka Soga benc...
8.4M 1M 48
"𝙷𝚞𝚓𝚊𝚗 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚗." -𝓐𝓶𝓮𝔂𝓼𝓲𝓪𝓪, 01.00 ••• "Kematian yang mencintai kehidupan." - 01.00 ...