HUJAN | END

By Shineeminka

6.3M 539K 85.3K

Tanpa mempedulikan air hujan yang mulai membasahi tubuhnya, Arlita berjalan ke arah Revan. Dia berdiri tepat... More

Blurb
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
28
29
30
31
32
33
34
35. After Married (1)
36. After Married (2)
37. After Married (3)
38. After Married (4)
39. After Married (5)
40. After Married (6)

27

104K 11.7K 1K
By Shineeminka

Mama tidak bisa berdiri lagi di sampingmu... Mama tidak bisa lagi memelukmu... Dan Mama tidak akan bisa lagi membelamu... Maafkan Mama... Mulai sekarang kau harus berjuang sendiri.

Revan menggenggam lembut tangan kanan Mamanya yang terasa begitu dingin saat dia genggam. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya.

"Penyebab kematian Ny. Herland dikarenakan terjadinya pelebaran abnormal pembuluh darah di otak. Aneurisma celebral memang kebanyakan tanpa gejala," terang seorang dokter kepada Nino. Ya, Nino yang sudah sampai di Bandara Soeta memilih untuk kembali ke Bogor saat mendapatkan kabar kalau Mama Revan dilarikan ke rumah sakit.

Umur benar-benar tidak bisa ditebak. Beberapa jam lalu, Mama Revan masih menemaninya sarapan, bahkan saat dia akan berangkat ke Bandara Mama Revan memeluknya sambil berucap, "Titip Revan yah.. Tante nggak bisa lagi jagain dia."

"Revan udah gede Tante nggak usah dijagain lagi," selorohnya kala itu, berharap raut sedih yang terlihat jelas di wajah cantik Mama Revan bisa sirna.

Setelah mendengar penjelasan dari dokter yang telah menangani keadaan Mama Revan, Nino menghampiri Revan. Dia menepuk lembut pundak Revan, "Kau harus tegar."

Revan menoleh pada Nino, "Apa semuanya karena aku, Kak. Mama pergi karena aku?"

Nino menggeleng, "Bukan karena kau. Semuanya karena takdir Tuhan. Kau harus mengikhlaskannya. Tante akan tenang di surga."

Tenang di surga, kata-kata itu berhasil membuat tangis Revan pecah. Dia menangis tersedu-sedu sambil memeluk erat tubuh Mamanya yang telah kaku. Berulang kali dia memanggil Mamanya, berharap Mamanya akan kembali membuka matanya.

"Mama bangun... Revan mohon Mama bangun.... Mama."

Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Sementara hamba yang kafir saat dia meninggal dunia menuju akhirat maka malaikat turun kepadanya dari langit dengan wajah hitam sambil membawa kain tenun kasar. Mereka duduk sejauh mata memandang. Lalu malaikat pencabut nyawa datang hingga duduk dekat kepalanya seraya berkata : “Hai jiwa yang kotor, keluarlah menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya.” Ruhnya berpencar-pencar di badannya lalu malaikat itu mencabut ruhnya sebagaimana ia mencabut besi tusuk dari kain wool yang basah. Jika malaikat pencabut nyawa sudah mengambil ruhnya maka para malaikat lain tidak membiarkan ruh itu ada ditangannya sekejap matapun hingga mereka meletakkannya di atas kain itu yang mengeluarkan bau busuk seperti bau bangkai yang ada di muka bumi. Mereka membawanya naik. Mereka tidak melewati kumpulan malaikat melainkan mereka bertanya : "Bau apa ini?” Para malaikat yang membawa ruh menjawab : “Dia fulan bin fulan” dengan sebutan nama paling buruk sebagaimana namanya dipanggil di dunia. Mereka tiba di langit dunia. Tapi langit itu tidak dibukakan.

Lalu Rasulullah shalallahu alaihi wasallam membaca ayat : “Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga hingga unta masuk lubang  jarum (Q.S. Al-A’raaf : 40). Lalu Allah berfirman : “Tulislah kitabnya di dalam penjara bumi yang bawah” Maka ruhnya dilempar dengan sekali lemparan. Lalu Beliau Shalallahu alaihi wassalam membacakan ayat : “Dan barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka seolah-olah ia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh (Q.S. Al-Hajj:31).

Lalu ruhnya dikembalikan ke badannya. Setelah itu dua malaikat mendatanginya seraya bertanya : “Siapakah Rabb mu?” Dia menjawab : “Aku tidak tahu”. Malaikat itu  bertanya lagi : Siapa orang yang diutus di tengah kalian? “Aku tidak tahu: Jawabnya. Lalu ada suara berseru dari langit : “HambaKu telah berdusta. Maka bentangkanlah neraka baginya dan bukakanlah pintu baginya menuju neraka” Maka didatangkan kepada panas dan racun neraka dan kuburnya disempitkan hingga tulang-tulangnya terlepas.

Lalu ia didatangi seorang laki-laki yang buruk wajahnya dan pakaiannya mengeluarkan bau busuk seraya berkata : “terimalah kabar yang menyedihkanmu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu”. Hamba itu bertanya : “Siapa Engkau ini? Wajahmu adalah wajah yang datang membawa keburukan”. Orang itu menjawab : “Aku adalah amal burukmu”. Hamba itu berkata : “Ya Rabbi janganlah Engkau datangkan hari kiamat” (H.R. Ahmad, Abu Daud, Nasa’I, Ibnu Majah)

Hadis itu memenuhi kepala Revan, membuat dia tidak sanggup untuk mengkontrol tangisnya.

Apa yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan Mamanya?

"Revan," sebuah suara yang sudah sangat Revan hafal memanggil namanya, tubuh Revan membeku saat pemilik suara itu menyentuh bahunya.

Perlahan Revan menegakkan tubuhnya, dengan mata yang masih basah oleh air mata dia menatap sosok yang kini berdiri penuh wibawa di hadapannya. Namun raut wajahnya menyiratkan rasa sakit yang sama dengannya.

"Pa..papa," dengan suara getir Revan mengucapkan kata Papa pada sosok yang kini berdiri di hadapannya.

"Maafkan Papa Revan," sebuah rengkuhan hangat Revan dapatkan dari sosok Papanya. Andai Mamanya masih dapat membuka matanya Revan yakin Mamanya akan sangat bahagia melihatnya.

Revan menenggelamkan wajahnya di bahu kanan Papanya, dia menangis tersedu-sedu layaknya seorang anak kecil yang kehilangan mainan kesayangannya.

"Mama....Mama ninggalin aku Pah," gumamnya disela isak tangisnya.

"Kamu harus mengikhlaskannya. Semuanya sudah menjadi takdir Tuhan. Mama akan tenang di surga."

Setiap kata surga diucapkan tangis Revan semakin tak dapat dia bendung. Kata surga yang diucapkan padanya membuat dia merasakan rasa sakit yang tak tertahankan.

💦💦💦

Wajah Arlita pucat pasi, bahkan tangannya yang memegang ponsel bergetar.

"Assalamualaikum...kak," ucapnya terpatah-patah saat Rio yang dia hubungi akhirnya mengangkat panggilannya.

"Waalaikumsalam. Ada apa?" tanya Rio penasaran saat mendengar suara adiknya yang terdengar seperti akan menangis.

"Mama Revan, Kak.... Mama Revan," Arlita menutup mulutnya saat isak tangis mulai lolos dari bibirnya.

"Ada apa dengan Mamanya Revan?"

"Mama.. Mama Revan meninggal."

"Aa..aapa? Jangan bercanda Tha!"

"Ta..Tadi saat jam pulang sekolah...sekolah ngasih pengumuman kalau.. kalau Mama Revan meninggal Kak....Aku mau lihat keadaan Revan Kak... Nomernya dari tadi nggak bisa aku hubungi..."

"Kamu tenang dulu. Tunggu Kakak. Kakak bakal jemput kamu."

Arlita mengangguk kelu.

"Bagaimana Arlita? Apa lo udah puas dengan apa yang kini Revan alami gara-gara lo?" hardik Dika yang ternyata kini telah berdiri tepat di hadapan Arlita.

"Dik lo apa-apain sih?" Nada yang memang sedang berada di samping Arlita langsung maju pasang badan. Dika benar-benar telah menjelma jadi makhluk paling menyebalkan.

"Lo nggak usah ikut campur Nad. Gue nggak ada urusan sama lo!" bentak Dika, hingga membuat Nada sedikit merasa takut tapi dia tidak mundur.

"Arlita sahabat gue. Kalau lo nyakitin Arlita berarti lo juga nyakitin gue."

"Udah Nad," Arlita menyentuh tangan Nada, mata Arlita menatap Dika dengan pandang getir, "Temani Revan Dik. Revan pasti ngebutuhin kamu."

Dika mendengus, "Untuk apa gue nemenin seseorang yang nggak nganggap gue sahabatnya, seseorang yang telah mengkhianati Tuhan, dan seseorang yang dengan bodohnya malah lebih memilih cewek sok suci kaya lo dibandingin Mamanya sendiri."

"DIKA!!" Bentak Nada, "Lo nggak punya hati yah! Revan tuh sahabat lo!"

Dika menarik napas dalam-dalam, "Dulu dia memang sahabat gue namun sekarang dia bukan sahabat gue lagi dan semua ini gara-gara sahabat sok suci loh ini," setelah mengatakan itu Dika berlalu pergi meninggalkan Arlita dan Nada.

Tidak lama setelah kepergian Dika, Sri datang dengan membawa segelas air mineral yang dia beli dari kantin.

"Aku ketemu Dika di tangga. Muka dia serem banget. Aku jadi takut sama dia," curhat Sri sambil bergidik ngeri.

Arlita dan Nada hanya diam. Dika yang mereka kenal benar-benar telah berubah.

Begitulah sifat manusia, hari kemarin dia sangatlah baik dan menyenangkan, namun tidak ada yang bisa menjamin hari ini dan esok dia akan tetap menjadi baik dan menyenangkan.

💦💦💦

Satu jam lebih lima belas menit akhirnya Rio datang bersama Candra untuk menjemput Arlita di sekolah.

"Mama Revan sudah dibawa ke rumah duka," terang Candra yang sedari tadi terus saja memperhatikan layar ponselnya.

"Gimana Tha kamu mau langsung ikut kakak sama Candra ke rumah duka. Apa mau kakak antar pulang?" tanya Rio pada Arlita.

"Aku mau ikut Kakak," jawab Arlita cepat.

"Apa kalian juga mau ikut?" tanya Rio pada Nada dan Sri.

Nada dan Sri kompak mengangguk. Akhirnya kelimanya pun langsung menuju rumah duka.

Ditengah perjalanan menuju rumah duka, Rio dan Candra menerangkan tentang hukum ta'ziyah kepada non muslim.

"Syaikh Utsaimin berkata tentang ta'ziyah kepada non muslim yang ditinggal kerabatnya atau tetangganya: "Berta'ziyah kepada non muslim apabila ditinggal mati orang yang disayanginya dari kerabat atau kawan dekatnya, dalam hal ini, terjadi khilaf di kalangan ulama. Di antara mereka berpendapat, Berta'ziyah kepada mereka haram. Sebagian lain berpendapat boleh jika di sana ada mashlahat seperti harapan keislaman mereka, terhindar dari gangguan mereka yang tidak bisa didapat kecuali dengan berta'ziyah kepada mereka; maka itu boleh, jika tidak maka haram. Dan pendapat yang rajih, jika dari ta'ziyahnya dipahami sebagai bentuk pemuliaan dan penghormatan, maka haram. Jika tidak maka dipertimbangkan kemashlahatannya," jelas Candra.

Arlita hanya diam mendengar penjelasan dari Candra, sedangkan Nada dan Sri dengan antusiasnya menanyakan banyak pertanyaan pada Candra.

"Jadi haram yah kak kalau kita ta'ziyah ke teman kita yang non muslim?" tanya Nada memastikan kalau dia tidak salah tangkap dengan apa yang baru saja Candra jelaskan.

"Ada pendapat yang menyatakan haram ada juga yang berpendapat tidak haram bila ada maslahat (manfaat) yang besar di dalamnya. Namun kita sama sekali tidak boleh mendoakan atau meminta ampunan bagi jenazah. Revan yang baru saja mengikrarkan dirinya sebagai muslim tentu membutuhkan semangat dari kita kalau cobaan yang sekarang dia hadapi adalah cara Allah untuk menguji kesungguhan hatinya dalam memeluk islam."

Nada dan Sri mengangguk paham.

Sesampainya di rumah duka kelimanya langsung menemui Revan yang tengah berdiri kaku di samping peti mati Mamanya.

Rio dan Candra bergantian memeluk Revan.

"Percayalah Van, Allah tidak akan membebani hamba-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupannya," ucap Rio seraya memeluk Revan dengan sangat erat.

Revan hanya mampu mengangguk kelu.

"Kami akan selalu ada untuk mendukungmu. Ketika kamu terjatuh kami siap untuk membantumu untuk kembali bangkit. Kita saudara Van jangan lupakan itu," ucap Candra.

Lagi-lagi Revan hanya mengangguk. Matanya yang sembab terlihat begitu sendu.

Kini giliran Arlita yang berdiri di hadapan Revan. Arlita tidak berani menatap wajah Revan karena dia yakin bila dia memberanikan dirinya untuk menatap wajah Revan tangisnya akan pecah.

"Ka..Kamu pasti bisa melewati ini semua. Sakitmu sekarang adalah bukti Allah mencintaimu," ucap Arlita dengan suara yang sangat lirih.

Revan hanya diam. Tak ada sepatah katapun yang dia ucapkan pada Arlita dan hal itu membuat Arlita merasa takut... Takut kalau pada akhirnya Revan akan menyerah.

Dengan hati yang diliputi perasaan yang tidak tenang Arlita meninggalkan rumah duka.

Hujan turun....

Arlita menatap rintik air hujan yang membasahi kaca mobil, di dalam hati dia mengukir sebuah doa.

Ya Allah....Aku percaya atas janji-Mu.
Engkau berjanji bahwa ketika butiran air hujan Engkau turunkan membasahi bumi maka Engkau akan mengabulkan doa setiap hamba-Mu.

Ya Allah... Aku mohon teguhkanlah hatinya pada agama-Mu.

Berilah kesabaran kepadanya atas segala cobaan yang telah Engkau berikan padanya.

💦💦💦

20 Jumadal Tsaniyah 1439H

Jangan lupa baca surah Al-Kahfi dan perbanyak bershalawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam😊



Continue Reading

You'll Also Like

477K 39.5K 26
naira menarik tangan kaka perempuan nya. "Apa? apa lagi nai? apa lagi yang mau Lo ambil dari Gue?" "kak dengerin aku dulu" "Ga cukup lo ambil perhati...
Adiba By Maisa_risa

Teen Fiction

1.1M 134K 48
Adiba Shakila Atmarini. Mempunyai banyak kisah motivasi didalam hidupnya. Tentang gadis piatu yang ditinggalkan ibunda tercinta sewaktu melahirkannya...
40.1K 2.4K 24
Terimakasih sudah mematikan harapan. Setidaknya sekarang aku tau untuk siapa hatimu. Setidaknya sekarang, sudah tidak ada lagi alasan untuk aku mengg...
3.7K 370 30
Bismillah |First Story| [Hargai karya penulis dengan follow akun, vote, komen, dan share cerita ini] 'Pencarian Jati Diri Demi Mengejar Pencapaian H...