Game Over (Completed)

nbrifati tarafından

115K 4.8K 55

Auriga Antares. Cowok paling tampan sekaligus nakal di sekolahnya. Baginya, bertemu dengan adik kelas bernama... Daha Fazla

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
LAST

Part 7

2.5K 106 0
nbrifati tarafından

Auriga

"Shit!" umpat gue kesal.

Gue membanting tas ke atas kasur dan merebahkan diri membentuk bintang besar. Gue merutuki kesalahan gue dengan melakukan balas dendam kepada Azura tadi. Seharusnya gue nggak ngelakuin itu, biar nggak dianggep cemen sama musuh.

"Tamparan Thea nggak main-main," gerutu gue sambil mengusap pipi kiri.

Gue melirik jam beker di atas nakas. Sudah sore. Gue segera mandi untuk membersihkan tubuh dan menjernihkan pikiran.

Setelah hampir sepuluh menit gue di dalem kamar mandi, gue keluar dengan kepala dingin sehabis keramas. Gue melepas handuk yang melingkari pinggang dan segera memgganti pakaian. Kaos polos warna hitam dan celana jeans selutut andalan gue sudah menempel di tubuh gue.

Setelah itu gue memutuskan untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan. Gue turun dari lantai atas dan pergi menuju ruang makan. Disana sudah ada makanan yang sengaja disisakan untuk gue.

"Kamu berantem lagi?"

Suara Mama membuat gue menoleh ke arah dapur. Disana Mama sedang mencuci piring dengan Bi Ira yang sibuk membantu Mama.

"Udah makan, Ma?" tanya gue mengalihkan pembicaraan.

Mama menyerahkan tugas mencuci piring itu kepada Bi Ira dan Mama berjalan menghampiri gue. Gue nggak bisa menjawab pertanyaan Mama, karena sudah dipastikan bahwa Mama kembali melarang gue untuk berantem.

"Kamu udah kelas 12, catatan di BK udah banyak lho," kata Mama sambil menarik kursi untuk diduduki.

Gue menghembuskan napas panjang dan ikut menarik kursi. Gue mengambil piring dan lebih memilih mendengarkan nasehat Mama sambil makan.

"Tuh, bibir kamu sama pipi kamu biru," Mama menunjuk area pipi dan bibir gue.

"Riga nggak papa kok, Ma," ucap gue sambil tersenyum ke arah Mama.

"Jangan berantem terus lah, diselesaiin dengan kepala dingin aja kalo ada masalah," ujar Mama.

Gue menyuapkan nasi ke dalam mulut lalu mengunyahnya. Gue cuma mengangguk-anggukkan kepala mendengar nasehat Mama. Gue beruntung punya Mama yang super sabar ngadepin gue dan kelakuan bandelnya.

"Oh iya, besok Papa kamu sama Kakak kamu kesini. Jangan keluyuran ya, di rumah aja," ucap Mama sambil mengacak rambut gue.

Gue cuma tersenyum dan mengangguk patuh kepada Mama. Mama dan Papa gue sudah cerai dua tahun lalu, meskipun begitu, hubungan mereka tetap baik-baik saja walau kadang masih canggung. Kakak gue ikut Papa, karena penerus perusahaannya akan diserahkan kepada Kakak. Gue cuma kebagian setengahnya aja.

Drrtt... Drrtt

Ponsel gue bergetar. Gue menyelesaikan satu suapan nasi lagi dan mengunyahnya dengan cepat. Setelah itu gue mengambil ponsel di saku celana dan mengangkat panggilan telepon dari Leo.

"Nanti malem gabung nggak?"

"Jam berapa?"

"Kayak biasa. Ada Rendra juga."

"Oke. Tunggu gue disana."

Setelah Leo mematikan sambungan telepon, gue memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Kemudian gue berdiri untuk menaruh piring kotor di wastafel dan mencuci tangan. Malam ini gue bakal refreshing sebentar.

ΦΦΦ

Azura

Dengan langkah gontai gue memasuki kamar. Sudah dua jam gue ketiduran di sofa ruang keluarga tadi. Untung aja Bi Ana bangunin gue dan nyuruh gue tidur di kamar.

Gue menghempaskan tubuh ke atas kasur dan memejamkan mata lagi. Tiba-tiba ponsel gue berdering dan mau tak mau gue mengangkat telepon itu tanpa melihat siapa yang memanggil malam-malam begini.

"Halo?"

"Udah dimana lo?"

"Hm? Apanya?"

"Udah jam sebelas bego! Lo ketiduran ya?!"

Gue langsung menengakkan tubuh dan melempar ponsel itu ke atas bantal tanpa peduli suara Cherise yang terus menerus mencibir gue. Benar saja. Jam menunjukkan pukul sebelas malem.

Gue segera mencuci muka dan mengganti pakaian dengan dress merah selutut dan sedikit ketat. Gue memoles wajah dengan make up tipis lalu menggerai rambut dan sedikit merapikannya.

Setelah itu gue mengambil tas selempang kecil dan dompet serta ponsel dan kunci mobil gue. Kemudian gue memakai high heels 5 cm dan pergi turun ke bawah. Dengan mengendap-endap seperti maling, gue membuka pintu yang terkunci dan segera menutupnya lagi. Akhirnya gue menyalakan mobil dan pergi ke club malam ini.

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

6M 334K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
88.4K 2.5K 65
kau cuma butuh 2 detik untuk baca dan beberapa saat untuk menangkap maknanya.
909K 67K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...