Stay with Me

halowyf

7.4M 192K 5.4K

[SUDAH TERBIT] Note: Belum revisi. Cerita ini ditulis ketika belum paham PUEBI, dll. *** Apa yang kalian rasa... Еще

1. Kesal
2. Api Cemburu
3. Kejutan
4. Tanpa Kabar
5. With You
6. Mantan Siapa?
7. I'm (Not) Fine
8. Luka
9. Minta Maaf Lagi
10. Sakit?
11. Dilema
12. Lemah
14. Gengsi
🐍 Playlist 🐍
15. Senyuman
16. Ngopi
17. Instagram
18. Jealous
19. Balikan?
20. Bullshit
SUDAH TERBIT

13. Menjenguk

136K 7.8K 85
halowyf

Rasa yang sulit untuk diungkapkan lewat kata apapun. Sakit yang menjalar pada hati seolah membunuh perlahan jiwa seseorang. Kadang kala kita harus berpikir lebih baik dari yang terbaik untuk menjadi yang paling baik walaupun kita tahu, semua ini adalah rencana Tuhan yang terbaik untuk kita.

Sesak rasanya saat kita harus kembali mengenang masa-masa yang seharusnya sudah bisa kita lupakan. Semesta seolah mengingatkan seorang gadis dengan rambut hitam sebahu, untuk kembali mengingatkan luka yang pernah dialaminya.

Naomi duduk di taman belakang sekolah dengan earphone yang tersumpal di telinganya. Ia sedang ingin sendirian saat ini. Mendengarkan musik mungkin akan membuatnya sedikit lebih membaik. Padahal menurut psikolog, seseorang yang sedang merasakan kesedihan dan mendengarkan lagu melow maka akan semakin membuat batinnya terpuruk.

Dan Naomi kini sedang mendengarkan lagu yang melow dan itu justru membuat Naomi semakin sedih. Lagu memang selalu membawa suasana yang lebih tenang, tetapi tidak sesuai dengan perasaan semua orang. Hanya sebagian orang saja yang merasakannya.

Naomi memejamkan matanya, membiarkan wajah cantiknya diterpa semilir angin yang berembusan. Naomi menghela napasnya, ia kembali terdiam untuk beberapa saat. Pikirannya sejak kemarin-kemarin sedang tidak baik.

Naomi membuka ponselnya dan membuka room chat bersama seseorang yang kini sering menemani kesedihannya.

Dimas Septian

Gadis berambut sebahu itu mengetikkan sesuatu pada ponselnya.

Naomi : Dimas, lo dmn? Gue butuh lo skrg. Gue ada di taman belakang sekolah.

Terkirim sudah pesan yang diketik oleh Naomi itu kepada Dimas. Tak butuh waktu lama, pesannya sudah dibaca oleh laki-laki berlesung pipi itu dan dibalasnya cepat.

Dimas : Oke. Gue ksna skrg.

Naomi tersenyum, ia senang masih ada orang yang selalu ada untuknya. Setidaknya saat Naomi sedih seperti sekarang ini. Sebenarnya bisa saja Naomi ditemani oleh kedua sahabatnya, tetapi Naomi memilih untuk tidak melibatkan kedua sahabatnya untuk masalah kisah cintanya. Karena ia tidak ingin membuat kedua sahabatnya semakin membenci Ken.

"Woi, Naomi!"

Gadis yang dipanggil namanya mendongak dan tersenyum saat melihat Dimas di depannya. Naomi selalu cerita apapun kepada Dimas. Bahkan soal kisah cintanya saja, Naomi cerita semuanya kepada Dimas.

Dimas itu baik, dia tipikal cowok yang bisa menyimpan rahasia dan tidak ember. Dimas juga selalu bersikap dewasa dan menganggap Naomi itu sebagai adiknya sendiri. Naomi sangat bersyukur bisa memiliki teman yang bisa menjadi tempat curahan hatinya. Bukan berarti Naomi tidak ingin cerita kepada Reina dan Oki. Tapi Naomi hanya tidak ingin sahabatnya itu semakin membenci Ken.

Kalau Dimas, dia itu gak mungkin benci sama Ken. Karena Naomi tahu, laki-laki di hadapannya ini selalu bersikap dewasa dan tidak pernah membenci sesuatu walaupun dirinya tidak menyukainya.

"Lo kenapa lagi?" tanya Dimas langsung yang sudah mengerti mengapa Naomi memanggilnya kesini.

"Gue bingung," jawab Naomi melepas kedua earphone nya.

Dimas duduk di sebelah Naomi, "Bingung kenapa? Galau mulu,"

"Dasar jomblo," komentar Dimas terkekeh.

Naomi mengerucutkan bibirnya kesal dan berdecak, "Ish, gak temen lo!"

"Iya-iya, lo kenapa?" tanya Dimas meredekan kekehannya.

"Ken sakit,"

"Sakit apaan?"

Naomi mendelik menatap Dimas, "Mana gue tahu,"

"Kampret! Terus lo mau nya apa? Jenguk si Ken?" tanya Dimas.

Naomi diam sebentar, seperti sedang berpikir sesuatu.

"Gue pengen jenguk, tapi gengsi dong. Kan cuma mantan," oceh Naomi mengerucutkan bibirnya.

Dimas terkekeh. "Yaelah, masih cinta aja sok gengsi lo."

"Kambing lo, Dimas!!" teriak Naomi kesal.

Dimas malah tertawa, membuat Naomi semakin geram karena diledeknya seperti itu.

Laki-laki berlesung pipi itu meredakan tawanya. "Sorry," ucapnya nyengir. "Yaudah, kalau lo mau jenguk biar gue anter."

"Serius?" tanya Naomi memastikan.

"Dua rius parah,"

"Ish, lo tuh!"

"Udah ayo buruan jenguk si Ken, kelamaan lo anjir." kesal Dimas karena melihat Naomi yang masih menimbang-nimbang membuat kucing Pak Ateng keburu lahiran.

"Tapi--"

"Kangen kan lo sama si Ken?" potong Dimas cepat.

Naomi menggerutu sebal, "Apaan sih lo!"

"Ini kan udah jam pulang sekolah, ayok gue anter jenguk si Ken deh," kata Dimas tersenyum mengacak gemas rambut Naomi.

"Nggak ah, gak jadi jenguk nya." kata Naomi menggelengkan kepalanya seperti orang linglung.

Dimas memutar bola matanya malas "Ogeb. Buruan,"

"Gimana ya?" Naomi masih berpikir untuk menjenguk Ken atau tidak.

Kalau Naomi jenguk Ken nanti yang ada Ken malah kegeeran takut disangka Naomi yang gagal moveon dari Ken. Tapi kalau Naomi nggak jenguk Ken, ia kepikiran terus perkataan Roy yang masih terngiang di telinganya.

***

"Gue harus gimana?" tanya Naomi kepada Dimas dengan wajah yang cemas dan mondar-mandir di depan pintu ruang rawat Ken di rumah sakit.

Tadi Dimas menghubungi Roy untuk menanyakan ruang rawat Ken dan sekarang laki-laki berlesung pipi itu menghela napas melihat gadis cerewet di depannya.

"Buruan masuk!" kesal Dimas mendorong punggung Naomi untuk segera masuk ke ruang rawat Ken.

Dimas dengan baik hati mengantarkan Naomi pergi ke rumah sakit hanya untuk menjenguk Ken, tetapi gadis itu masih belum masuk ke dalam ruangan rawat Ken membuatnya kesal. Sudah 20 menit Dimas menunggu Naomi yang sedari tadi hanya mondar-mandir sambil mendumel tidak jelas. Dimas sudah kesal melihat gadis itu yang berjalan seperti setrikaan di rumahnya.

"Gue gak mau. Balik aja yuk?" kata Naomi menggulung ujung roknya dengan wajah cemas.

Dimas melotot, "Gue capek-capek antar lo ke sini, lo malah minta balik lagi! Buruan masuk!"

Naomi mendengus kesal, Dimas memaksanya terus untuk masuk ke menjenguk Ken. Naomi takut untuk bertemu dengan Ken. Bukan karena apa-apa, ia takut suasana jadi awkward dan bingung harus berbuat apa di depan Ken nanti.

Pintu ruangan Ken terbuka menampilkan wanita paruh baya. Naomi terkejut mendapati Renata yang keluar dari ruangan.

"Lho, ada Naomi?" tanya Renata tersenyum menunjuk Naomi.

Naomi gugup setengah mati bertingkah seperti orang bodoh. "E--eh tan--tante," kata Naomi menyengir tanpa dosa dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kamu mau jenguk Ken? Ayo masuk," Renata tersenyum mengajak Naomi untuk masuk.

Naomi gelagapan dan menoleh ke arah Dimas yang sedang duduk dan juga menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Ini siapa?" tanya Renata menunjuk Dimas.

Dimas tersenyum mengulurkan tangannya menyalimi Renata, "Saya Dimas, teman sekolahnya Ken tante."

"Oh, iya, nak Dimas. Yaudah ayo masuk yuk?" ajak Renata tersenyum.

"I-iya tante," jawab Naomi gelagapan.

Dimas menahan tawa melihat tingkah Naomi yang konyol. Kemudian mereka mengikuti Renata untuk masuk ke ruangan.

Naomi menarik napasnya dalam, ia gugup hanya karena akan menjenguk Ken. Dimas hanya bisa menahan tawanya melihat ekspresi Naomi yang seperti kucing kebelet boker. Lucu sekali.

"Keano sayang, ini ada teman-teman kamu nak." ucap Renata kepada Ken yang sedang bersandar di kasur rumah sakit sambil menonton tv yang memang sudah tersedia di ruangan rawat inap Ken karena ruangan VIP.

Ken melemparkan pandangannya dari channel tv yang sedang ia tonton ke arah pintu. Terkejut bukan main saat tahu bahwa yang datang adalah Naomi.

Naomi menatap Ken yang matanya terlihat sangat sayu, dan kantung mata yang menghitam di bagian bawah. Bibirnya yang pucat, dan kulit yang sedikit terlihat menguning.

"Naomi, Dimas sini, Nak. Tante mau ke kantin rumah sakit dulu, ada yang mau dibeli." kata Renata tersenyum.

"Iya tante,"

Suasana canggung seketika saat Renata sudah keluar dari ruangan. Naomi bingung harus berbuat apa. Lidahnya terasa kelu untuk berbicara satu patah kata pun. Begitu pun dengan Ken yang hanya bisa diam melihat Naomi dan Dimas yang datang menjenguknya.

Dimas yang mengerti suasana sudah tidak beres langsung berdehem untuk mencairkan suasana.

"Gimana keadaan lo, Ken?" tanya Dimas.

Ken menoleh melihat Dimas, "Gue udah sembuh," jawab Ken singkat.

Padahal fisik Ken saat ini terlihat sangat lemah sekali. Badannya lesu dan matanya memerah menandakan bahwa Ken belum sembuh.

Dimas mengangguk lalu membiarkan Naomi dan Ken untuk bisa berbicara berdua menyelesaikan masalah mereka, "Yaudah, gue tinggal keluar dulu ya, Nom."

***

NOVEL STAY WITH ME BISA DIDAPATKAN DI SHOPEE GRASSMEDIA. MORE INFO INSTAGRAM @wyffajc

Продолжить чтение

Вам также понравится

Romansa Remaja Satu Atap (END) Orchid_sci

Подростковая литература

5.6M 568K 82
Bagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya...
Our Destiny [END] sherly putri

Подростковая литература

3.3M 518K 63
Nemu anak? Loh, yang tanggung jawab siapa dong? Putra Allard Aditama. Pangillanya Allard, bukan Putra maupun Tama. Si brandalan yang sialnya sangat t...
Gama's [End] Destri

Подростковая литература

660K 44.2K 59
[FOLLOW SEBELUM BACA] Gama Handaru adalah cowok tampan sejuta pesona yang dapat memikat gadis mana pun yang dia mau. Jabatannya sebagai kapten basket...
FANATIK [SELESAI] ꪜꫀꪀꪻꪗꪖ 🌷

Подростковая литература

788K 55.8K 67
Apa itu Fanatik? Fanatik adalah sikap ketertarikan seseorang terhadap sesuatu secara berlebihan. Contohnya? Ting! @algeriandivanior.fansite menandai...