Betelgeuse |BTS [√]

By Tomorrow_Kafka

28.6K 2.4K 344

Warning; Cerita ini memiliki versi E-Book Yoongi meninggalkan rumah, menentang orangtuanya untuk meraih mimpi... More

Chapter [2]
Chapter [3]
Chapter [4]
Betelgeuse Ebook |Open PO|
E-Book Betelgeuse[Ready]

chapter [1]

5.1K 525 53
By Tomorrow_Kafka

Note|Cerita ini pernah aku publish dan akhirnya aku tarik karena konfliknya terlalu dark dan itu sedikit berpengaruh padaku. Dan akhirnya setelah merevisi, aku mutusin buat ngejadiin ini sebagai salah satu project E-book. Mungkin yang sudah pernah membaca akan kaget karena perbedaan alur cerita, aku berusaha membuat cerita ini menjadi nyaman buatku sebagai penulis dan aku mengusahakan aku nggak merubah inti dari ceritanya walau beberapa hal aku ganti. Semoga kalian suka dan antusias.

💫Betelgeuse💫

Genre; Hurt/Drama/family/friendship

Malam ini lorong rumah sakit begitu sunyi dan dingin namun sanggup membuat satu sosok manusia tertidur begitu nyenyak pada dereta bangku panjang. Tubuh kurus yang meringkuk dengan mulut terbuka membuktikan jika suasana yang seharusnya tidak nyaman itu malah terasa nyaman hingga kemudian getaran di saku celana membuat pemuda itu tersentak dan hampir jatuh jika tangannya tidak cepat menyangga.

Masih setengah mengantuk, dengan mata memejam, dia merogoh saku celananya, menekan panggilan asal untuk mengangkat panggilan hingga butuh beberapa saat panggilan itu tersambung. Ponsel lekas di tempelkan di telinga dan tubuh itu kembali merosot bersandar pada kursi.

"Ya! Kau di mana?"

"Ha? Ya?" Jungkook menjawab linglung

"Jeon Jungkook!"

Agak terkesiap hingga tumbuhnya kembali tegap. Nyawa Jungkook seketika menjadi penuh. Dia menjauhkan ponsel dari telinganya untuk melihat siapa yang menelfon kemudian mata itu membulat terkejut, "Ya, Hyung."

"Kau di mana brengsek?" Suara itu bercampur dengan riuh musik juga suara-suara manusia.

"Di rumah sakit."

"Cepat kemari."

Hari ini dia mengambil cuti pertamanya setelah setahun bekerja di tempat itu. Dia tidak memiliki rencana apapun untuk menikmati waktu cutinya malam ini selain tidur. Jadi setelah mengambil pekerjaan paginya hingga jam 5 sore, Jungkook langsung pulang untuk sekedar membersihkan rumah yang jarang sekali dia bersihkan karena sibuk bekerja. Dalam sehari dia hanya memiliki waktu 2 jam setelah kerja pagi hingga sore lalu kembali bekerja malam hari hingga pukul 4 pagi. Dia terlalu lelah jika harus menjadi rajin juga di rumah, jadi dia hanya akan tidur setelah pulang sore hari selama 2 jam sampai waktu kerja malamnya tiba lalu setelah pulang pukul 4 pagi dia akan datang ke rumah sakit sampai pagi waktu bekerjanya datang.

Jeon Jungkook dalam sehari tidur kurang dari 3 jam selama setahun ini. Jadi hari ini dia memutuskan untuk cuti kerja di Club agar dia bisa tidur lama, hanya saja itu sepertinya gagal.

"Ya! Aku cuti!"

Setelah mengatakan itu di mendengar lebih keras teriakan-teriakan orang-orang, "Kau dengar sendiri Jungkook. Mereka mencarimu bar ku bisa di bakar jika kau tidak datang malam ini!" Suaranya begitu frustasi dan Jungkook menarik napas menimbang-nimbang, "Aku akan memotong hutangmu, jadi Tolong! Mereka benar-benar datang dari jauh untuk melihatmu."

Jungkook berdecak, "Baiklah. Suruh seseorang menjemputku di rumah sakit."

"Jungkook aku tahu kau itu memang seorang penyelamat."

"Omong kosong." Jungkook berdecih

Tawa di balik telfon menggema. Jungkook merotasi kan matanya kesal. Setelah panggilan itu terputus dia kembali bersandar pada kursi dengan wajah keruh. Dia bahkan baru mulai untuk tidur dan semuanya gagal. Mengusap wajah lalu bangkit masuk kedalam ruangan.

Sunyi menyapa Jungkook. Dia mendekati rajang, tempat dimana satu sosok gadis muda tergolek di sana.

"Somi, aku tidak jadi menemanimu malam ini." Adunya. Dia kemudian beralih menatap jendela besar yang menampakan gelap malam suasana luar. "Bos brengsek itu memaksaku bekerja. Jadi aku harus pergi."

Jungkook mengusak rambut panjang gadis itu lalu melangkah pergi. Saat sampai di pelataran rumah sakit seseorang telah menunggunya.

"Bagaimana cutimu?"

Jungkook melirik tajam, "Sungwoo Hyung, aku tidak ingin berkelahi, jadi tolong diam."

Sungwoo tertawa keras. Dia menurut untuk tidak melanjutkan. Lelaki itu paham Jungkook memiliki sisi yang begitu sensitif jika di usik dan marahnya juga bukan main-main walau hanya sebatas diam atau menatap, tapi sungguh itu menakutkan. Usianya dan Jungkook terpaut 5 tahun, dia ingat malam itu, saat pertama kali melihat  wajah polos dengan mata besar yang redup. Menengok kanan-kiri kebingungan dan Sungwoo lah yang pertama kali menghampiri. Pikirnya kenapa ada bocah di dalam Club? Bagaimana bisa dia lolos masuk? Saat itu dia mengira Jungkook masih berusia sangat muda, sekitar 16 atau 17 tahunan, tapi begitu suaranya keluar Sungwoo agak terkejut karena suara Jungkook begitu matang.

Jungkook mencari Daniel, bosnya. Dan tidak begitu lama setelah itu setiap malam dia menyaksikan Jungkook beraksi di atas panggung kecil meliuk-liuk dengan sorakan penonton yang begitu hebat. Daniel pernah berkata, jika Jungkook akan benar-benar menguasai Club dengan wajah dan bakat tariannya. Dan itu benar, nama Jeykey lantas melengenda sebagai penghibur nomer satu di sana

"

Apa Club benar-benar ramai?" Tanya Jungkook sembari sedikit peregangan karena lehernya terasa kaku.

Mata Sungwoo masih terfokus pada jalanan tapi tetap mengangguk, "Ini akhir pekan. Banyak pengunjung dari luar kota. Aku dengar Daniel Hyung memiliki tamu dari Seoul."

Pemuda itu menghela napas sembari memejamkan mata. Hari ini dia benar-benar tidak mood untuk tampil di hadapan banyak orang. Melihat Jungkook yang lesu membuat Sungwoo terkekeh. Lelaki itu mengusak kepala Jungkook untuk memberikan semangat. Lalu setelahnya hening mengisi sampai mereka sampai di Club.

Jungkook bahkan tidak mau membuang waktu untuk sekedar mengintip lantai dansa. Dia langsung bergegas menuju ruang ganti. Membuka loker untuk menaruh barang-barangnya kemudian langsung berganti baju dengan baju manggungnya. Kali ini dengan celana longgar yang begitu transparan di padu dengan kemeja yang juga transparan dengan 2 kancing atas yang sengaja dia buka. Setahun bekerja di sini membuat Jungkook akrab dengan baju-baju yang Daniel siapkan. Dia menganggap baju-baju itu seperti kawan yang terpaksa harus dia terima. Dulu saat pertama kali memutuskan untuk bekerja pada Daniel, dia bahkan menangis saat akan naik ke panggung, juga menangis saat turun dari panggung karena merasa begitu kotor dan jijik pada dirinya sendiri. Namun kini dia bahkan seperti telah menjadi profesional yang menggadaikan martabatnya di atas panggung kecil dengan teriakan-teriakan bahkan tak jarang jamahan jemari bergairah padanya. Jungkook tak lagi menangisi bagaimana tubuhnya harus di bungkus dengan baju-baju seksi, toh pada akhirnya di panggung dia bahkan akan beraksi menanggalkan helai demi helai bajunya.

Suara teriakan penonton menyambut Jungkook di ujung pintu. Dia menarik napas lalu memajamkan mata. Mengantarkan segala idealis nya demi uang, karena semua manusia membutuhkan itu. Senyumnya terukir di paksa indah setelah mata besarnya terbuka, dan seperti hari yang sudah berlalu, Jungkook kembali berjalan pada jalan kotor itu dengan sensasi yang berbeda. Dia menemukan sebuah kepuasan untuk hal yang dia sendiri tidak tahu apa.

***

Yoongi tidak tahu apa yang membuat Club mendadak menjadi semakin bising dan penuh dengan riuh histeris. Lelaki itu sampai mengernyit, menggosok telinganya merasa terganggu. Sudah setengah Jam duduk santai dengan vodka di temani musik dari DJ yang di rasa stabil tertangkap telinganya. Pengunjung bahkan tadi terkesan biasa hanyut dalam musik tanpa teriakan histeris seperti sekarang. Dia jadi agak menyesal kendati tadi sempat merasa begitu nyaman saat duduk di sofa Club. Penatnya sempat hilang, namun kini bahkan dia ingin sekali cepat keluar. Dia tidak suka suasana seperti ini. Lelaki itu memutuskan bangkit untuk melihat karena penasaran. Samar-samar dari tempatnya berdiri dia melihat kerumunan yang mengelilingi satu panggung kecil dengan satu orang dengan baju putih tengah meliuk-liuk di sana. Sayangnya kondisinya yang rabun jauh, juga pencahayaan Club yang remang membuat objek itu terlihat buram.

"Apa akan seramai ini jika dia tampil?"

"Aku menyebutnya Aset." Lalu Daniel tertawa.

Melihat Jimin datang bersama Daniel sembari mengobrol membuat Yoongi mengernyit, "Dia siapa?" Tanya Yoongi

"Wah, Yoongi Hyung juga penasaran?" Tanya Jimin antusias

Yoongi mendengus, kembali menyesap minumannya acuh, "Itu karena tiba-tiba menjadi sangat berisik."

"Hahaha, maaf kau pasti kaget. Semua orang akan begitu histeris jika Jungkook tampil di panggung."

"Dia sangat tampan," Puji Jimin lalu menatap Yoongi yang masih terpaku di sisinya, "Daniel Hyung gila memperkejakan anak di bawah umur."

Daniel tertawa saja, sedangkan Yoongi malah di buat membeku sejak mendengar satu nama di sebut. Jemari Yoongi sudah terkepal di sisi saku celana. Jantungnya bahkan lebih berirama daripada musik Dj. Langkahnya di bawa mendekat dengan perlahan untuk sekedar memastikan. Mengacuhkan Daniel dan Jimin yang sedari tadi sibuk bersahutan hingga membuat keduanya di buat heran ketika melihat Yoongi begitu tertarik untuk mendekat ke kerumunan.

"Jimin."

"Ya?"

Daniel menatap dengan dahi mengerut, "Yoongi Gay?"

"Ya, kau bicara apa, sih Hyung!" Jimin mendelik namun sejurus kemudian dia kembali menatap Yoongi. Dia juga sedikit terkejut melihat kakaknya nampak begitu tertarik.

Tanpa mereka tahu bahkan Yoongi seperti sesak napas ketika jaraknya dengan panggung semakin dekat dan mampu begitu jelas melihat objek di panggung. Tubuhnya membeku di tengah riuh pengunjung yang histeris.

Wajah itu masih sama seperti dulu kendati kini tumbuhnya begitu tinggi dengan rahang lancip. Yoongi ingat dulu pipi itu begitu tembam dengan mata besar yang masih sama hingga sekarang. Hanya saja tatapannya berbeda, tidak ada lagi ekspresi yang begitu lugu. Gigi kelinci yang dulu tersenyum begitu polos kini menyungging begitu sensual hingga membuat Yoongi bergetar. Yoongi sangat ingat kendati terakhir melihatnya ketika usia anak itu masih 12 tahun. Di sana, di atas panggung, pemuda yang kini telah melucuti bajunya hingga tersisa Underwere dengan tawa begitu menggoda, tak salah lagi dia adalah Jeon Jungkook adiknya.

Beberapa saat akal Yoongi di buat porak- poranda. Lelaki itu menunduk untuk menarik napas yang sempat beberapa  kali tertahan. Dalam hati dia berharap jika di atas panggung bukanbukanp adiknya saat dia mengangkat kepala. Namun dunia seperti menjadikan ini sebagai alur ketika Yoongi tetap menemukan sosok yang sama yang bahkan kali ini ikut terkejut melihatnya. Hal itu membuat Yoongi panik bukan main. Mereka jelas melakukan kontak mata dan saling mengenali. Refleks Yoongi melangkah mundur dan berlari pergi.

Melihat Yoongi berlari keluar membuat Jimin panik, "Astaga, ini tidak mungkin, kan!" Dia memegang kepalanya dramatis sebelum berlari keluar menyusul Yoongi.

Sayang ketika dia sampai di basement Club tidak menemukan mobil Yoongi. Akhirnya Jimin pulang ke Hotel dengan taksi. Sampai di kamar dia tidak menemukan Yoongi namun Pintu toilet yang tertutup rapat dengan bunyi kran membuat Jimin yakin jika Yoongi ada di dalam.

Dia mengetuk sekali, namun tidak mendapat jawaban apapun. Jimin mendadak panik dan gusar dengan berjalan tak beraturan. Jemarinya di gigit intens, "Tidak mungkin!" Dia kemudian menggelengkan kepala lalu kembali gusar lagi dengan langkahnya, "Dia tidak mungkin Gay, kan?"

Jimin sibuk menepis. Mengingat-ingat kiranya apa yang bisa menjadi bukti yang bisa menyanggah tuduhan Daniel. Tapi semakin mengingat-ingat Jimin malah semakin dia buat gusar. Yoongi yang selalu menolak para wanita yang mendekatinya, Yoongi yang begitu terkesima dengan Jungkook, Yoongi yang berlari dan berakhir di kamar mandi setelah melihat Jungkook telanjang, Yoongi yang------

"Aggrhhhh.. Tidak!" Pemuda itu berteriak dramatis memojokan diri di dekat sudut ruangan. Mulutnya di tutup rapat oleh jemari dengan jantung yang berirama

"Ada apa? Kenapa berteriak?"

Sibuk dengan kegusaran nya membuat Jimin tak sadar jika Yoongi kini tengah berdiri menatapnya dengan wajah penasaran. Pemuda itu bangkit dengan gugup kemudian meringis. Agak ragu Jimin menghampiri Yoongi dan dari sudut Yoongi, adiknya benar-benar terlihat aneh.

Terlebih ketika tiba-tiba kedua bahunya di remat kuat, "Hyung, katakan padaku jika itu tidak benar?"

"Apa? Aku tidak mengerti?" Tatapannya datar sekali.

Jimin menjilat bibirnya karena gugup, bahkan menarik napas untuk menenangkan diri, "Katakan jika kau bukan Gay."

Hening.

Keduanya saling menatap. Jimin yang berusaha mencari jawaban dari sorot mata kakaknya sedangkan Yoongi semakin memberi tatapan datar.

"Kau gila?" Nadanya kelewat santai. Namun tidak sesantai itu dari tatapannya yang datar. Yoongi di kenal dengan tatapannya yang begitu menusuk.

Cengkraman di bahu Yoongi di lepaskan. Jimin mendadak di buat gugup. Pemuda itu berakhir merengek, "Hyunggg.. Cukup katakan tidak."

"Kau mendengar omong kosong itu dari mana Park Jimin?"

Jimin menelan ludahnya kasar, "D-daniel Hyung."

Yoongi memejamkan mata dengan menghela napas. Dan itu membuat Jimin kelabakan. "Lalu kau menelan itu mentah-mentah?"

"I-itu karena--" Jimin merengut merasa kesulitan untuk menjawab. sejurus kemudian dia menatap kesal pada Yoongi, "Karena Hyung mencurigakan. Kau tiba-tiba terlihat begitu tertarik pada Jungkook, kau bahkan berlari meninggalkanku setelah melihat si Jungkook itu telanjang lalu..lalu kau bahkan ada di kamar mandi Hyung! Kamar mandi!" Jimin histeris kembali mencengkram rambutnya.

"Kenapa dengan kamar mandi! Apa aku salah ada di--" Yoongi terdiam. Nampak seperti paham maksud Jimin dengan kamar mandi. Lelaki itu memejamkan mata merasa geram, berharap apa yang tengah dia pikirkan salah," Park bodoh Jimin kau tidak sedang menuduh ku melakukan itu di kamar mandi bukan?"

"Ku pikir, Hyung h-hor--"

Belum selesai dengan kata-kata nya, Jimin sudah terpelanting ke ranjang karena Yoongi memukulnya dengan bantal. Pemuda itu menjerit tak terima.

"Hyungg!!"

"Aah, aku bisa gila!"

Yoongi mengerang frustasi dan Jimin menjadi begitu ciut melihatnya.

"Lalu kenapa Hyung meninggalkanku sendirian!" Jimin menghardik dengan terbata.

Yang di tanya sempat terdiam walau wajahnya masih keruh. Tak lama Yoongi menghela napas. Kali ini lembut, terkesan seperti pasrah, "Itu karena perutku mual, aku ingin muntah, sepertinya asam lambung ku kambuh."

Jimin berubah panik. Dia mendekati Yoongi. Jika di perhatikan wajah Yoongi memang agak sedikit pucat, "Kenapa tidak bilang! Aish, ini mesti karena Hyung lupa makan dan kebanyakan minum alkohol. Apa perlu ke dokter?"

Memilih untuk menggeleng. Yoongi menganggap ke khawatiran Jimin itu berlebih, sama persis dengan ibu mereka yang selalu panik bahkan hanya dengan melihat Yoongi yang terserang batuk.

"Aku hanya butuh tidur." Katanya sebelum menyatu dengan ranjang memunggungi Jimin. "Dan seperti besok aku akan pulang ke Seoul."

"Lalu bagaimana dengan rekaman Hyung?"

"Hansol yang akan menyeselesaikan sisanya."

Jimin mengangguk setuju. Kondisi Yoongi terlihat tidak baik dan ini juga bisa di jadikan kesempatan untuk Yoongi istirahat karena kakaknya itu sangat sulit untuk sekedar diam sehari di rumah. Yoongi akan berubah menjadi balita yang akan merengek jika tidak mencium bau studionya. Kata Yoongi dia akan mengalami depresi jika sehari tidak mencium bau studio. Tentu saja itu hanya bualan murahan yang Yoongi jadikan alat jika di minta istirahat.

Jadi diam-diam Jimin mengirim pesan pada Ibunya mengenai ini. Wanita itu akan suka mendengar Yoongi istirahat dan bisa di tebak ibunya besok sudah ada di apartemen Yoongi dengan meja penuh makanan. Pemuda itu terkekeh setelah mengirim pesan pada ibunya tanpa tahu Yoongi bahkan tengah merasa pikirannya menjadi begitu rumit. Dia bahkan sampai memutuskan berbohong pada Jimin hanya untuk menghindar, hanya saja sekarang dia malah di buat bingung akan sikapnya sendiri.

Kenapa dia menghindar? kenapa dia ketakutan? Yoongi memejamkan mata dengan napas yang di hembuskan keras. []

Continue Reading

You'll Also Like

35.6K 3K 69
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...
71.8K 6.5K 40
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
761K 72.4K 42
𝑫𝒊𝒕𝒆𝒓𝒃𝒊𝒕𝒌𝒂𝒏 J. Alexander Jaehyun Aleron, seorang Jenderal muda usia 24 tahun, kelahiran 1914. Jenderal angkatan darat yang jatuh cinta ke...
47.7K 5.3K 20
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...