My Sweetest Ex

By myezbie

269K 19.2K 2.9K

Protektif dan diktator adalah sifat yang mendarah daging gadis itu, hingga membuat Iqbaal jengah dan memutusk... More

Prolog
BAB 1 : Boyfriend
BAB 2 : Mark My Words
BAB 3 : A Planning
BAB 4 : Him
BAB 5 : A Bit of Jealous
BAB 6 : Stalking Her
BAB 7 : Gossip
BAB 8 : An Angel
BAB 10 : They Are Fight
BAB 11 : Can We Be Friend?
BAB 12 : Make A Deal
BAB 13 : A Little Secret
BAB 14 - One Time
BAB 15 - I am Promise!
BAB 16 : Try to Move On?
BAB 17 : What's Wrong?
BAB 18 : Heartbreaking
BAB 19 : When The Regret it Come?
BAB 20 - What's My Fault?
BAB 21 : Three Painful Minutes
BAB 22 : Love Shot
BAB 23 : The Truth Untold
BAB 24 : What's It Wound?
BAB 25 : Break Up
BAB 26 : What Are You Missed?
BAB 27 : Another Chance
BAB 28 : They're Miss Each Other
BAB 29 : Hi Salsha?
BAB 30 : Dating Agency
BAB 31 : An Effort to Catch Her
BAB 32 : An Unexpected Fact
BAB 33 : Status?
BAB 34 : Kissing, Huh?
BAB 35 : I Got It!
BAB 36 : Pregnancy and The Wedding
Epilog

BAB 9 : Her Feeling

5.5K 447 59
By myezbie

Happy Reading.


Salsha mengerjapkan matanya perlahan, membuat orang-orang yang setia berada di sampingnya sejak tadi langsung terkesiap. Al yang berada di sisinya sejak tadi pun memencet bel guna memanggil petugas medis.

"Salsha..." Al memandang adik semata wayangnya dengan rautan panik.

Gadis bersurai cokelat itu memandang dirinya dengan sendu, meski banyak yang hendak ia utarakan namun bibirnya terlalu kelu untuk mengucapkan sepatah kata.

Dokter pun datang bersamaan dengan dua perawat beberapa menit kemudian. Salah seorang perawat menyuruh agar Al, Daniel, Steffi, dan juga Jeha untuk keluar, memberikan ruang bagi dokter untuk mengecek kondisi Salsha.

"Lo yang tenang, adek lo gak akan kenapa-napa, Al," ucap Daniel yang tak tega melihat kawannya itu dilanda rasa gelisah.

Al menoleh, "Gimana gue bisa tenang disaat adek gue hampir kritis!"

Daniel hanya bungkam dengan kemarahan Al. Dia cukup paham bagaimana tabiat kawannya sejak kecil itu. Sementara Jeha dan Steffi keduanya tampak kaget mengingat sosok lelaki yang bahkan dikenal pengasih itu membentak seseorang.

"Weits, ada apa nih? Kok mukanya tegang gitu?" El yang baru saja datang dengan sekantung makanan ringan itu membuat mereka menatapnya.

"Iya nih, mukanya tegang banget, kendorin dikit dong. Enek gue liatnya!" Memang pada dasarnya bocah kurang asupan pengajaran moral ya begini lah hasilnya. El menatap ke arah adiknya yang sama sekali tak memiliki rasa bersalah. Padahal usianya masih bocah.

"Eh bocah! Sopan dikit sama yang lebih tua! Gue bilang mama ntar mampus lo!" ancam El yang sayangnya ditanggapi kerutan oleh adiknya, Dul.

"Emang susah ya punya abang yang masih bocah, udah bocah, katrok lagi. Udah gak jamannya main ngadu kek begitu!"

Refleks El memukul kepala adiknya dengan kaleng soda yang telah kosong. "Sumpah! Gue bilangin mama biar lo disuruh ke rumah eyang!"

Mendengar kata eyang membuat Dul langsung melipat bibirnya. Laki-laki berambut keriting itu memilih untuk merangsek ke Al, menjauhi kakaknya yang masih setia melotot.

"Lo berdua ya, gak ada akur-akurnya!" Daniel menggeleng disertai cengiran khasnya.

"Tobat gue, Niel dapet adek modelan begini."

Daniel tertawa. Lelaki yang memang gemar tertawa di setiap suasana itu membuat Steffi tanpa sadar menahan napasnya. Gadis yang masih berseragam itu menatap ciptaan Tuhan yang satu ini dengan tatapan memuja tanpa sadar ponselnya bergetar sedari tadi.

"Ck," decaknya tanpa sadar karena mendapat kiriman pesan yang sama sejak lima menit yang lalu.

"Kenapa, Dek?"

Steffi menoleh menatap Daniel yang juga memandangnya. Bukan Daniel saja, semuanya juga menoleh termasuk juga Jeha.

Steffi meringis, "Gak apa-apa, Kak. Ini mama sms suruh pulang."

"Dijemput?" tanya Al kali ini.

"Enggak, Kak."

"Terus pulangnya naik apa?"

"Biar aku cari taksi di depan. Pesen gojek juga bisa kok Kak Al."

Al menggeleng, "Jangan! Biar Kakak anterin aja ya. Ini udah jam delapan malem loh."

"Ehh.. gausah Kak, entar akunya ngerepotin, lagian kan kakak masih harus nunggu Salsha."

"Yaudah biar gue aja yang nganter dia." Steffi mendongak menatap ke arah Daniel yang menawarkan padanya. "Iya biar gue aja, Jeha mau dianter sekalian?" tanya Daniel kemudian.

Jeha menggeleng cepat. "Enggak, Kak. Aku habis ini dijemput, nih lagi otw supirnya." Dia menunjukkan ponselnya, meski sebenarnya hanya alasan semata. Dia tak mungkin tega menggangu kesenangan sahabatnya.

"Ooh, yaudah. Ayo Steff, Kakak anterin."

Steffi linglung. Takut akan getaran hatinya. Meski begitu gadis berambut cokelat itu tetap mengikuti langkah Daniel, sebelum berpamitan kepada semuanya.

***

"Kenapa diem gitu? Takut dimarahin?" Daniel yang tak tahan akan suasana hening sejak lima menit perjalanan itu akhirnya membuka keheningan, membuat obrolan.

Steffi tersenyum kikuk. Dia menggeleng kemudian tersenyum lagi membuat Daniel gemas dengan tingkah gadis berseragam itu.

"Kamu lucu banget sih, Dek." Daniel mengacak poni gadis itu membuat empunya menahan napas.

Steffi sesak atau lebih tepatnya dia kurang tahu bagaimana cara untuk bernapas saat ini. Tangannya berkeringat seolah AC yang ada di dalam mobil tak berfungsi dengan benar.

"Oh ya Dek. Kenapa sekarang jarang chat Kakak?"

Steffi menoleh menatap lelaki bermata sipit itu dengan linglung. Sebegini besarkah efek Daniel Defandra baginya?

"Emang boleh ya, Kak?"

Daniel tertawa, "Kenapa enggak?"

"Eum..." Steffi memilin jemarinya, "kan Kakak udah punya pacar."

Lelaki itu mengulum senyuman, "Emang kalo kita pacaran ada larangannya buat chatting sama orang lain?"

Steffi menggeleng. Orang lain kan? Orang lain yang dikatakan Daniel serasa ambigu. Bisa untuk teman, sahabat, guru, atau mungkin calon selingkuhan. Eh?

"Yaudah, udah tau kan? Chat Kakak aja, Dek. Lagian kamu satu club kan sama Yona?"

"Iya, Kak." Steffi berujar dengan rautan wajah malas.

"Mau makan?" tawar Daniel yang membuat Steffi berpikir. Jika dia menerima ajakan Daniel itu artinya kesempatan bagi dia untuk bersama Daniel semakin banyak. "Ah lama lo, Dek. Makan aja ya, gue gak mungkin ngater anak orang dengan keadaan perut kosong gitu."

Aduh, boyfie material banget sih, Kak?

***

Dari sekian ratus tempat makan yang ada di Jakarta, mengapa dirinya harus dipertemukan oleh sosok orang yang telah masuk dalam daftar list orang-orang yang dibencinya?

Steffi membuang muka. Sengaja, ketika pandangan matanya bertubrukan dengan Iqbaal. Steffi meremas roknya tanpa sadar. Dia marah, kecewa, dan juga tak habis pikir dengan Iqbaal.

Sahabatnya, Salsha, baru saja tertimpa musibah hingga dilarikan ke rumah sakit dan dia menemukan sosok yang amat dicintai sahabatnya tengah bahagia dengan gadis lain.

"Mau pesen apa, Dek?"

"Terserah Kakak aja ya. Aku mau ke kamar mandi dulu," ujar Steffi yang dibalas anggukan oleh Daniel.

Steffi berjalan menuju ke kamar mandi tanpa melirik ke arah Iqbaal yang tengah memandangnya. Gadis bersurai itu bergegas mengeluarkan ponsel ketika sampai di lorong menuju kamar mandi. Punggungnya di sandarkan pada dinding sembari menunggu panggilannya tersambung.

"Iya halo Stef?" Suara Jeha diseberang sana membuat Steffi langsung menegakkan tubuhnya. Dia memandang serius ke arah depan meski tak ada objek yang menarik perhatian.

"Jeh, lo harus percaya sama apa yang gue liat!" Steffi mengucapkan dengan nada menggebu-gebu.

"Hah?"

Steffi berdecak, "Jeh! Jangan mulai deh..."

"Ya elonya enggak jelas! Bilang yang detail dan pelan-pelan."

Steffi menarik napasnya berusaha meredam emosi yang telah menguar, dia mengembuskan napasnya pelan. Hendak berbicara sebelum seseorang menyambar ponselnya.

Steffi kaget. Dia menatap cengo ke arah Iqbaal yang saat ini memandangkan dengan sarat marah.

"Maksud lo apaan?" Jika kalian mengira kata itu meluncur dari mulut Steffi maka jawabannya adalah tidak. Kata itu. Iqbaal lah pengucapnya.

Steffi semakin bingung. Bukankah dia pihak tak bersalah di sini? Dia juga heran mengapa tiba-tiba Iqbaal datang dengan tidak sopannya mengambil ponselnya, pun kata yang dilontarkan.

"Lo sehat?"

"Jangan ngebuat dia semakin terbebani." Iqbaal berkata dengan nada memohon. Tatapan sayu dan putus asanya membuat Steffi menarik alisnya.

"Maksud lo Salsha?"

"Gue gak mau dia semakin sakit kalo lo bilang tentang apa yang lo liat. Lo tau kan gimana Salsha. Lo tau sendiri gimana tempramennya dia."

"Jadi lo bakal bilang sendiri ke dia?"

Ada jeda lama ketika Iqbaal hendak menjawab. Laki-laki itu memandang ke arah Steffi seolah hendak memberi pengertian. Takut jika apa yang diucapkannya salah.

"Dan ngebiarin dia nyerang Vanesh? Steff, gue cuma mau ngelindungi dia. Dia yang gue sayang. Pacar gue. Cewek yang saat ini jadi prioritas gue."

***

Perkataan Iqbaal tadi mengiang di kepala Steffi. Terus hingga dia merasa pusing. Bahkan, Steffi mengabaikan sosok tampan yang ada di sampingnya. Daniel yang menatapnya penuh penasaran.

"Lagi mikirin apa sih, Dek? Kok keliatannya serius banget."

"Hah?"

Daniel mengetapkan bibirnya, laki-laki itu tertawa kemudian mengacak rambut gadis SMA itu dengan gemas. Tentu tingkahnya membuat beberapa orang akan berpresepsi mereka menjalin hubungan.

"Gak apa-apa kok, Kak." Steffi tersenyum canggung menutupi kegundahan hati serta keadaan jantungnya yang meloncat-loncat.

Ada banyak hal yang dia pikirkan, semacam perasaan Salsha nantinya jika tahu kebenarannya.

Bila nanti sahabatnya tahu jika sang pujaan telah berganti hati. Bila sang pujaan yang diharapkan tak memiliki rasa yang sama.

***

What do you think about this part?

Cium beceq
-Bieber.

Continue Reading

You'll Also Like

536K 26.1K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
735K 57.6K 24
Enam tahun setelah Remi membantu Bumi, dia kembali dipertemukan dengan lelaki itu dalam situasi tak terduga. Remi sedikit berdebar, apalagi saat Bum...
94.5K 9.1K 38
[ End. Cerita Lengkap ] Soraya Mekarwati, seorang gadis berparas ayu dari kampung yang mendapat beasiswa kuliah ke Jakarta dan memberanikan diri teta...
4.5M 14.3K 2
Image cover credit by Pinterest *** Raline selalu bersyukur dengan roda kehidupan yang dijalaninya sekarang. Sampai bencana itu datang, berbentuk Adj...