HUJAN | END

By Shineeminka

6.3M 539K 85.3K

Tanpa mempedulikan air hujan yang mulai membasahi tubuhnya, Arlita berjalan ke arah Revan. Dia berdiri tepat... More

Blurb
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35. After Married (1)
36. After Married (2)
37. After Married (3)
38. After Married (4)
39. After Married (5)
40. After Married (6)

21

105K 11.4K 1.5K
By Shineeminka

Revan menghempaskan tubuhnya di atas sofa panjang yang ada di kamarnya. Matanya tertuju pada sosok yang terlentang di atas tempat tidurnya.

"Bangun!" Revan melemparkan tasnya ke sosok itu.

"Aww.. Sakit Van. Ketemu sepupu bukannya di peluk malah dilempar pake tas," Nino, sepupu Revan yang berkuliah di Jerman dan akan menghabiskan waktu selama lima hari di Indonesia mengaduh kesakitan.

"Bawa apa lo dari Jerman?" Revan beranjak dari duduknya, dia berpindah duduk ke atas tempat tidur.

"Bawa diri doang. Gue males bawa oleh-oleh, apalagi oleh-olehnya buat lo."

"Terus ngapain lo kesini?"

"Mau numpang nginep. Males gue pulang ke rumah. Ada Kak Samantha sama Kak Naura yang kepoin gue mulu."

Revan ikut merebahkan tubuhnya di samping Nino, "Asik nggak kuliah di Berlin?"

"Asik nggak asik," jawab Nino seadanya, "Oh iya Van. Gue Nemu buku ini di laci meja belajar lo." Nino menunjukkan buku tata cara shalat yang dia temukan di laci meja belajar Revan, "Gue nyari rokok. Malah nemunya ini. Bisa lo jelasin ke gue kenapa lo nyimpen buku ini?"

Revan memejamkan matanya. Memilih mengabaikan pertanyaan Nino.

"Kalau bokap lo tahu gue jamin lo pasti langsung dijadiin kambing guling."

"Berisik gue mau tidur."

Nino bangun dari posisi berbaringnya, "Jangan gegabah dalam memutuskan sesuatu hal yang nggak sepele. Lo masih dalam fase mencari jati diri, jangan sampai hanya gara-gara sesuatu hal yang nggak penting-penting banget lo rela pindah......."

Revan melemparkan bantal ke wajah Nino, "Berisik, itu urusan gue jadi lo nggak usah ikut campur."

"Ok gue nggak akan ikut campur. Itu hak lo," iseng Nino membuka tas sekolah Revan, matanya berbinar senang saat dia menemukan sebatang coklat dari dalam tas Revan. Baru saja dia hendak membuka bungkus coklat itu tiba-tiba dengan cepatnya coklat itu sudah raib dari genggamannya.

"Gue bunuh lo kalau berani makan coklat ini," ucap Revan tegas. Matanya menatap tajam ke arah Nino yang masih memasang wajah bloon saking kagetnya karena tiba-tiba coklat yang ada di tangannya raib.

Setelah dapat mengkontrol rasa kagetnya Nino langsung memukul tangan Revan dengan sangat kencang, "Biasa aja kali. Segala main bunuh-bunuhan. Cuma coklat Van jangan sampai nyawa melayang. Minta dikit gue, pelit amat sih lo."

Revan memasukkan coklat yang dia ambil dari tangan Nino ke dalam lemari pakaiannya, lantas langsung mengunci lemari tersebut dan kuncinya dia masukkan ke dalam saku celananya.

Nino geleng-geleng kepala, "Lo sakit yah, Van? Masa coklat lo masukkin ke lemari pakaian?"

"Biar coklat itu aman dari mulut jahat lo," ujar Revan. Dia kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Lo lagi jatuh cinta yah dan coklat itu pasti dari cewek yang lo cinta, sampai-sampai lo masukkin ke dalam lemari? Gue saranin ke lo, jangan terlalu cinta nanti bisa-bisa rasa cinta lo bakal berubah jadi benci."

"Nggak akan," jawab Revan sebelum jatuh tertidur mengabaikan celotehan Nino yang tengah berkoar-koar panjang lebar tentang cinta.

💦💦💦

Arlita berdiri di depan cermin cukup lama untuk memperhatikan penampilannya. Tanganya menyentuh ujung kerudung yang sekarang dia kenakan.

"Siapa yah yang ngasih ini ke aku?" Untuk kesekian kalinya Arlita mempertanyakan hal yang sama pada dirinya sendiri, tiga hari yang lalu ada yang mengirim kado berisi kerudung padanya, dan anehnya tidak ada keterangan pengirimnya, tadinya dia tidak mau menerimanya namun dia tidak tega sama petugas yang mengirimkan paket berupa kado itu padanya, petugasnya sudah tua, dan dia bilang kalau Arlita tidak menerima paket tersebut, besok dia akan kembali, dan terus kembali sampai paket yang berupa kado itu diterima oleh Arlita. Itu sudah menjadi tugasnya dan dia harus melakukan itu. Hingga akhirnya Arlita memutuskan untuk menerimanya dan sekarang dia menggunakan kerudungnya. Kerudungnya sangat bagus dan Arlita menyukainya.

"Tha, Revan udah dateng tuh. Udah jangan kelamaan dandannya!" seru Rio dari depan pintu kamar Arlita yang tertutup rapat.

Arlita mengambil buku paket serta buku tulis matematika serta pulpen yang memang sudah dia siapkan di atas meja belajarnya, hari ini dia akan belajar matematika bareng Revan, soalnya besok dia ada ulangan harian matematika, "Ih Kak Rio nyebelin," kesalnya saat sudah bertatap muka dengan Rio yang ternyata masih setia berdiri di depan pintu kamarnya.

"Ciyee pake kerudung baru, katanya nggak mau dipake soalnya nggak tahu siapa pengirimnya, tapi kok sekarang dipake?" goda Rio seraya menoel-noel dagu adiknya.

"Sayang kalau nggak dipake," jawab Arlita. Kakinya mulai melangkah menuju ruang keluarga, disana sudah ada Revan dan Mamanya yang sedang asik mengobrol tentang berita yang sedang tayang di televisi.

"Pergaulan jaman sekarang itu bener-bener bikin ngeri. Lihat tuh, pacaran terus hamil diluar nikah terus anaknya dibunuh. Kamu tahu nggak Van kemarin Tante baru ikut pengajian ustadz Adi dan beliau bahas tentang masalah ini, dulu saat jaman Firaun semua bayi laki-laki yang dibunuh karena Firaun diberi tahu kalau nanti akan ada bayi-bayi laki-laki yang akan ngehancurin kerajaannya, dan saat jaman jahiliyah berganti yang dibunuh itu bukan anak laki-laki tapi anak-anak perempuan yang dibunuh oleh ayah mereka sendiri karena anak perempuan disebut sebagai aib, namun sekarang yang dibunuh tidak pandang bulu, mau bayi laki-laki mau bayi perempuan mereka dibunuh oleh ibu mereka sendiri dengan alasan karena mereka hasil dari hubungan diluar nikah," Mama Arlita terus saja berbicara panjang lebar pada Revan tentang bahayanya pergaulan bebas.

"Serius amat, Mama lagi ngomongin apa sama Revan?" Arlita sudah berdiri di belakang sofa yang di duduki oleh Mamanya, tangannya memeluk erat bahu Mamanya.

"Ini Mama lagi ngomongin berita sama Revan. Masa Anak SMP udah hamil terus anaknya dibunuh."

Arlita langsung bergidik ngeri, "Masa sih Mah? SMP udah hamil?"

Mama Arlita mengangguk, "Kalau lihat berita kaya gini Mama jadi pengen kamu cepet-cepet nikah aja."

Mendengar itu kerutan langsung menghiasi dahi Arlita, "Apa hubungannya? Mama aneh deh," Arlita melepaskan pelukkannya, berjalan memutari sofa lantas duduk di samping Mamanya, sekilas matanya menatap ke arah Revan yang sedang serius menatap ke arah layar televisi.

"Mama nggak akan larang kamu nikah muda. Kalau misalnya nanti lulus SMA ada yang langsung khitbah kamu dan dia laki-laki yang baik agamanya, Mama bakal langsung nerima dia."

Wajah Arlita langsung merona, "Masih lama Mama. Akukan baru kelas XI. Lagian siapa juga yang mau nikah muda."

"Pokoknya Mama nggak akan pernah ngijinin kamu pacaran, daripada pacaran kamu mending nikah muda aja kaya Khansa."

"Kak Khansa istrinya Mas Rafka? Emangnya mereka nikah muda?"

Mama Arlita mengangguk, "Lulus SMA dia langsung dikhitbah sama Rafka yang saat itu lagi kuliah di Kairo, dan kebetulan Khansa tuh pengen kuliah di Kairo cuman nggak boleh sama Abinya, eh tahunya tiba-tiba ada yang khitbah dia terus ngajakin kuliah bareng di Kairo."

"Masa sih Mah? Aku baru tahu kalau Kak Khansa sama Mas Rafka seromantis itu kisah cintanya."

"Ekhm... Arl kapan mau dimulai belajarnya?" Akhirnya Revan yang sedari tadi memilih menjadi orang yang diabaikan buka suara.

Mama Arlita langsung tertawa, "Ya ampun Tante sampe lupa sama keberadaan Revan."

"Tante tega masa aku dilupakan," ucap Revan memasang wajah nelangsa.

Mama Arlita makin pecah tawanya, "Habisnya kamu nggak ada suaranya."

Arlita ikut tertawa. Matanya menatap geli ke arah Revan yang masih saja memasang wajah nelangsa.

Setelah tawa Arlita dan Mamanya reda, barulah kegiatan belajar dimulai.

Revan dan Arlita dengan cepat tenggelam pada kegiatan hitung menghitung.

"Jangan di kali dulu Arl," dengan gemas Revan memukul tangan kanan Arlita dengan pulpen yang dia pegang.

Arlita membalas pukulan Revan dengan pukulan lagi yang tentunya masih dengan menggunakan pulpen, "Ini nggak dikali. Ini dibagi."

"Nggak usah bohong. Kalau dibagi dulu nggak mungkin hasilnya segini. Lo kali dulukan?"

Arlita memasang wajah masam, "Iya aku lupa. Tadi kayanya dikali dulu deh bukan dibagi."

Dengan sedikit tidak sabaran Revan menarik buku tulis yang ada di depan Arlita ke arahnya, "Perhatiin. Ini dikali sama ini, terus ini di bagi sama ini, ini diambil sama ini, terus di kali lagi sama ini!"

Arlita mengangguk patuh.

Mama Arlita memperhatikan keduanya, sesekali ia tersenyum saat melihat keduanya beradu argumen mengenai rumus yang mereka gunakan.

"Van udah belum belajarnya?" Rio yang baru keluar dari kamar ikut bergabung bersama mereka di ruang keluarga, tangannya mencomot roti bakar dari atas meja.

"Nanti dulu Kak. Belum selesai," Arlita lah yang menjawab.

"Masih lama nggak?"

"Udah dulu yah Arl. Gue dah janji mau kumpul sama temen-temennya Kak Rio," Revan berdiri dari posisi duduknya.

Rio pun ikut berdiri, "Mah Rio pergi dulu yah. Assalamualaikum," Rio mencium punggung tangan Mamanya, sedangkan Revan hanya mengangguk sopan.

"Waalaikumsalam."

Arlita beranjak dari duduknya, bibirnya maju beberapa senti, "Kamu kan belum jelasin semuanya," ucapnya seraya mengikuti langkah Revan.

Revan membalikkan tubuhnya, sehingga kini posisinya dengan Arlita saling berhadapan, "Nanti pulang dari liqo kita lanjutin lagi belajarnya."

"Kamu mau ikut liqo?"

Revan mengangguk, "Kerudung kamu bagus," ucap Revan sebelum pergi meninggalkan Arlita yang berdiri di ambang pintu.

"Tumben dia muji kerudung aku," gumam Arlita sambil menutup pintu.

💦💦💦

08 Jumadal Tsaniyah 1439H


Continue Reading

You'll Also Like

81.1K 3K 27
( Cover by @rhmnbale ) Apakah mencintaimu sebuah kesalahan? Rank: #3 in Arhamnatic [10-05-2018] #3 in Ariaisyah [11-05-2018] #3 in Maureen [11-05-201...
GUSTIRA By K.O.H

Teen Fiction

6.8M 240K 20
{{WARNING! ada beberapa dialog bahasa Sunda dan keterangannya}}Dia Gusti. Cowok dengan senyuman manis yang suka baris di barisan kelas lain, suka mem...
5.7K 521 15
The Chronicles of Narnia : The Magician's Nephew, adalah kisah seri pertama Narnia yang diterbitkan diurutan keenam setelah "The Horse and His Boy" p...
1.3K 174 10
"Ternyata cinta habis di orang yang belum sempat jadian itu emang beneran ada,"-Tamara Sazanova Tamara adalah gadis paling ceria yang pernah orang-or...