HUJAN | END

By Shineeminka

6.3M 539K 85.3K

Tanpa mempedulikan air hujan yang mulai membasahi tubuhnya, Arlita berjalan ke arah Revan. Dia berdiri tepat... More

Blurb
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35. After Married (1)
36. After Married (2)
37. After Married (3)
38. After Married (4)
39. After Married (5)
40. After Married (6)

18

104K 11K 1.6K
By Shineeminka

"Mau duduk di depan atau di belakang?" pertanyaan itu Revan ajukan saat dia dan Arlita sudah berdiri di samping mobil Revan yang sudah terparkir di depan gerbang sekolah.

Arlita diam.

Revan berinisiatif membukakan pintu belakang, dan benar saja Arlita langsung naik.

Dasar cewek tinggal jawab aja susah.

Berulangkali Revan melirik ke arah Arlita melalui kaca spion. Wajah Arlita terlihat semakin pucat, "Arl kita ke rumah sakit dulu aja yah. Muka lo pucet banget. Gue takut lo kehabisan...." Revan tidak berani lagi melanjutkan ucapannya saat dia mendapati tatapan tajam dari Arlita.

Jalanan macet panjang karena sudah masuk jam pulang kerja. Arlita merintih kesakitan, bahkan dia kembali menangis saking sakitnya.

"Andai aja mobil ini bisa terbang kaya di Novel Hujan karya Tere Liye udah gue terbangin nih mobil," ucap Revan. Dia memukul kesal stir mobil.

"Emang kamu udah baca novelnya?" tanya Arlita disela rasa sakitnya.

Revan langsung menoleh, "Udah."

"Baguskan ceritanya?"

"Lumayan."

"Kok cuma lumayan?" Arlita tidak terima novel favoritnya hanya diberi kata Lumayan oleh Revan.

"Gue sukanya komik Arl bukan novel, jadi semua novel di mata gue yah gitu. Kalau di Novel Hujan ada gambarnya baru gue bilang bagus banget."

Arlita memberengut kesal, "Terus buat apa kamu baca kalau kamu nggak suka?"

"Karena lo yang nyuruh gue. Kalau lo nggak nyuruh gue mana mau gue baca novel."

"Aku kan nggak maksa kamu buat baca itu."

"Tapi kata-kata lo seakan-akan nyuruh gue buat baca tuh novel. Udahlah Arl nggak usah bahas itu. Pusing pala gue."

Setelah obrolan tentang novel Hujan berakhir Arlita kembali menangis.

"Kenapa lo nangis lagi Arl?" Revan kembali menoleh ke belakang.

"Sakit...," jawab Arlita.

"Ah lo akting yah Arl. Tadi lo nggak kenapa-napa pas ngomongin novel masa sekarang pas udahan ngomongin novel sakit lagi?"

Arlita melemparkan tasnya ke arah wajah Revan, "Sakit beneran Revan!"

Revan mendengus kesal, "Terus gimana biar nggak sakit lagi? Apa harus kita ngomongin tentang novel lagi?"

Bukannya menjawab pertanyaan Revan, tangis Arlita malah semakin menjadi-jadi.

Revan menjedotkan kepalanya ke stir mobil berulangkali, "Tobat tobat. Gue nggak sanggup kalau harus kaya gini."

"Revan Sakit!" rengek Arlita.

"Terus gue harus gimana?" jawab Revan, matanya masih fokus menatap jalanan yang dia lewati, karena jalan utama benar-benar macet akhirnya dia memilih untuk melewati jalan tikus dan bodohnya dia malah nyasar, "Please Arl jangan nangis. Gue pusing dengernya."

"Nggak bisa Revan hiks..hiks... Sakit tahu."

Revan memberhentikan mobilnya. Tangannya mengacak rambutnya penuh frustasi.

"Kok berhenti? Terus ini ada dimana?"

"Nggak tahu," jawab Revan ketus.

Arlita menatap ke sekeliling, "Revan aku mau pulang!"

"Gue juga mau pulang Arl," lagi-lagi Revan menjawab ketus.

"Terus kenapa berhenti disini?"

"Gue nggak tahu jalan pulang," jawab Revan penuh kepasrahan.

"Maksud kamu apa sih Van?"

"Kita nyasar Arl dari tadi kita cuma muter-muter aja di kompleks ini."

"Kok bisa?"

"Jelas bisalah, dari tadi lo nangis terus konsentrasi gue dalam mencari jalan jadi buyar alhasil kita jadi nyasar."

"Kok kamu nyalahin aku sih?"

"Terus gue harus nyalahin siapa? Angin yang berhembus? Butiran hujan yang baru aja turun? Atau rumput yang bergoyang karena lagi dangdutan?"

Arlita menundukkan kepalanya, "Ma..Maaf Van. Aa..aku kalau lagi sumi...." Arlita tidak bisa melanjutkan ucapannya.

"Sumi apa? Suamiati?" tanya Revan gemas.

"Pokoknya maaf kalau hari ini aku udah buat kamu repot...aku janji nggak bakal ngerepotin kamu lagi," setelah mengatakan itu Arlita mengeluarkan hp dari dalam tasnya.

"Hp lo nyala Arl?" tanya Revan saat melihat layar hp Arlita menyala.

"Nyala."

"Kenapa tadi lo bilang hp lo mati?"

"Emang iya? Kapan aku bilang hp aku mati?"

"Tadi pas gue bilang buka google maps buat nyari jalan lo bilang hp lo mati."

"Masa sih Van. Kok aku nggak inget yah?"

Untuk kesekian kalinya Revan menjedotkan kepalanya ke stir mobil. Dia tidak menyangka kalau cewek sepinter Arlita bisa jadi begitu bodoh plus lemot saat kedatangan tamu bulanannya.

"Arlita tadi saat awal gue sadar kalau gue dah bawa lo nyasar, gue langsung inisiatif nyari lokasi kita di google maps tapi apa daya hp gue mati ke abisan baterai, terus gue nanya ke lo hp lo hidup nggak. Gue pinjem, tapi lo jawab hp lo mati."

Arlita mengerutkan keningnya, "Aku bener-bener nggak inget. Maaf yah mungkin aku tadi terlalu khusyuk nangisnya jadi nggak engeh deh kalau kamu nanya itu. Nih hpnya kamu pake aja," Arlita menyerahkan hpnya pada Revan.

Revan menyambutnya dengan perasaan sedikit dongkol. Setelah berkutat dengan hp Arlita selama lima menit akhirnya dia menemukan jalan untuk membawa pulang Arlita.

"Masih sakit nggak Arl?" tanya Revan pada Arlita saat mobilnya sudah masuk kembali ke jalan Raya bukan jalan tikus lagi.

Tidak ada sahutan.

"Arl... Lo nggak matikan karena kehabisan darah?" ledek Revan yang tentunya bercanda, mana rela dia membiarkan dia yang dicintai pergi untuk selamanya.

Masih tidak ada sahutan.

"Arlita sayang," iseng Revan memanggil Arlita dengan embel-embel kata sayang, berharap Arlita akan segera menyahut namun lagi-lagi Arlita tidak menyahut.

Revan mengangkat pandangannya ke arah spion, senyuman menghiasi wajahnya yang tampan saat melihat pantulan wajah Arlita yang tertidur pulas. Ini kali pertama baginya melihat Arlita dalam keadaan tengah tertidur dan sungguh Arlita terlihat sangat cantik saat tertidur. Cepat-cepat Revan langsung mengalihkan pandangannya dari wajah Arlita.

"Belum saatnya lo menikmati kecantikan Arlita," gumam Revan, mengingatkan dirinya kalau apa yang barusan dia lakukan adalah sebuah kesalahan.

💦💦💦

Saling menghindar, itulah yang terjadi pada Arlita dan Revan pasca insiden rok yang ternoda.

"Tha kamu lagi marahan yah sama Revan?" tanya Nada saat mereka tengah jajan di kantin.

"Nggak," jawab Arlita singkat.

"Masa sih?" Kedua alis Nada naik turun, "Kalian berdua kelihatan banget tahu saling ngejauhnya. Biasanya kan kalau jam istirahat kaya gini kalian berdua lagi asik makan di kelas. Serasa kelas hanya milik berdua yang lain ngontrak."

"Apaan sih Nad?"

"Ayo ngaku aja! Cerita dong sama aku kenapa kalian berdua sampe bisa marahan. Aku kira kamu tuh nggak akan pernah bisa marah sama Revan and Revan juga nggak akan bisa marah sama kamu secara diakan cinta mati sama kamu."

Arlita memutar bola matanya jengah, "Jangan asal kalau ngomong. Aku sama Revan pure cuma sahabatan."

"Menurut novel-novel teenlit yang udah aku baca dan sinetron-sinetron yang pernah aku tonton nggak ada yang namanya cowok dan cewek pure sahabatan. Ujung-ujungnya pasti berakhir dengan cinta-cintaan."

"Itukan novel sama sinetron."

"Eh jangan salah novel dan sinetron juga kan diadaptasi dari kisah nyata walaupun terkadang rada lebay," jawab Nada.

Arlita yang terlalu serius mendengarkan ucapan Nada yang tengah menerangkan tentang novel dan sinetron tidak memperhatikan langkahnya hingga kejadian yang tidak diinginkan pun terjadi. Dia secara tidak sengaja menabrak seseorang yang berjalan di depannya.

"Ma...maaf," ucap Arlita cepat.

"Nggak apa-apa," jawab orang itu dengan ramah.

"Kamu murid baru yah?" tanya Nada pada seseorang yang baru saja Arlita tabrak.

Nindia, seseorang yang baru saja Arlita tabrak mengangguk, "Kenalin aku Nindia, kelas XI IPS1," Nindia menyodorkan tangannya ke arah Nada.

"Bener-bener kaya barbie yah," seru Nada semangat sambil menyambut uluran tangan Nindia, "Aku Nada. Temen cowok di kelasku pada bilang kamu kaya barbie aku kira mereka boong tapi ternyata bener yah. Kamu bener-bener cantik kaya barbie. Yoona SNSD aja kalah cantik," puji Nada tidak tanggung-tanggung.

Wajah Nindia bersemu merah, "Masa sih cantik kan aku daripada Yoona SNSD?"

"Wah kamu tahu SNSD?"

Nindia mengangguk dan obrolan tentang Korea pun tidak terelakkan lagi. Dimulai dari SNSD berlanjut ke SHINee, EXO, BTS dan berakhir ke drama Korea yang sekarang sedang nge-hits. Kedatangan Sri yang baru kembali dari toilet membuat cerita mereka semakin heboh.

Arlita yang memang tidak tahu menahu tentang Korea hanya bisa menjadi pendengar saja. Dia terlonjak kaget saat tiba-tiba Nindia, Sri dan Nada menjerit histeris dan alasan mereka menjerit histeris karena ternyata fandom mereka sama.

"Nanti kalau mereka konser lagi kita nonton bareng yah!" seru Nada semangat.

Nindia mengangguk tidak kalah semangat, "Minggu lalu aku baru lihat konser mereka di Singapur sama Thailand."

Nada dan Sri kompak membuka mulut mereka lebar-lebar. Tidak menyangka kalau Nindia sampai bela-belain nonton konser hingga ke negeri orang.

"Kamu suka boyband apa Tha?" tanya Nindia pada Arlita.

Akhirnya Arlita yang sempat terabaikan dianggap juga keberadaannya.

Arlita menggeleng.

"Kamu nggak punya fandom yah?"

Arlita kembali menggeleng.

"Terus idola kamu siapa?"

"Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, Khadijah dan Fatimah," jawab Arlita sambil tersenyum lebar. Akhirnya dia diberi kesempatan untuk menyebutkan sosok-sosok yang sangat dia Idolakan. Dan akhirnya gantianlah Arlita yang menceritakan bagaimana mulianya sosok nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, Khadijah dan Fatimah, bahkan dia menceritakan kisah cinta dalam diam antara Ali dan Fatimah yang tentunya menurut dia jauh lebih romantis kisahnya dari pada cerita romantis drama Korea yang baru saja Sri, Nada dan Nindia ceritakan.

Nindia langsung cengo sedangkan Nada dan Sri kompak tersenyum gaje.

Obrolan mereka di kantin harus terhenti saat bel berbunyi dengan nyaring menandakan kalau jam istirahat pertama telah berakhir.

"Oh iya Tha. Kamu satu kelas yah sama Revan?"

Arlita mengangguk, "Kamu kenal Revan?"

Bukannya menjawab Nindia malah tersenyum lebar, "Aku titip salam yah sama dia. Sama ini tolong kasihin ke dia," Nindia menyodorkan coklat pada Arlita, "Aku denger dia suka coklat."

Sri dan Nada melongo. Kompak mata keduanya menatap bergantian ke arah Arlita dan Nindia.

"Udah yah aku ke kelas duluan. Seneng bisa kenal sama kalian. Nanti istirahat kedua kumpul bareng lagi yah," Nindia berlari kecil menuju kelasnya. Meninggalkan Arlita yang masih terdiam kaku.

"Tha kamu nggak apa-apakan?" tanya Sri seraya membelai lembut bahu Arlita.

Arlita memaksakan dirinya untuk tersenyum, "Nggak apa-apa. Memangnya kenapa?"

"Saingan kamu berat baget Tha. Nindia cantik kaya Yoona udah gitu baik lagi. Aku nggak yakin kalau Revan bakal bisa nolak pesonanya," ucap Nada mengemukakan apa yang ada di kepalanya.

"Udah ah kalian ngomongin apa sih. Nggak jelas banget," ucap Arlita cepat. Kakinya mulai melangkah menuju ke kelasnya. Sesekali matanya menatap ke arah coklat yang ada di tangannya.

Coklat untuk Revan dari Nindia.

💦💦💦

03 Jumadal Tsaniyah 1439H

Aku bawa hujan lagi dan lagi😅
Yang nunggu Sakha & Shabiya, and Mencintaimu Dalam Doa sabar yah 😊

Continue Reading

You'll Also Like

17.6M 1.7M 54
Bagaimana ceritanya jika sang ayah menikahkan Alisa tanpa sepengetahuannya? Shock? Jelas! Masa tiba-tiba saja punya suami? > Ali & Alisa namanya, du...
AREKSA By Itakrn

Teen Fiction

33.9M 3.3M 64
"Perasaan kita sama, tapi sayang Tuhan kita beda." ****** Areksa suka Ilona Ilona juga suka Areksa Tapi mereka sadar... kalau mereka berbeda keyakina...
9.6M 298K 21
Akibat perusahaan keluarganya bangkrut, Arka menjadi sasaran ayahnya untuk bersedia menikah dengan keponakan teman bisnis ayahnya yang bisa memberika...
10.8M 913K 63
MENIKAHI SULTAN KAYA RAYAπŸ’Έ Salah satu cara agar cepat menjadi kaya dengan cara yang instan adalah dengan mendapatkan suami yang kaya. Itulah impian...