Matahari Sempurna (Completed)...

By kazza_05

50.9K 1.9K 257

[PART MASIH LENGKAP] ~~SEGERA PRIVATE SECARA ACAK~~ Terbitnya sang matahari membuat semua sadar bahwa hari ba... More

Prolog
Matahari Pertama : Kejutan untuk Vania
Matahari Ke-2 : Menghindar Selagi Bisa
Matahari ke-3 : Penolakan
Matahari ke-4 : Hal Baru untuk 'VanKy'
Matahari ke-5 : Terbilang Tak Cinta
Matahari ke-6 : Salah (?)
Matahari ke-7 : Lagu Pertama
Matahari ke-8 : Mencari dan Menemukan
Matahari ke-9 : Hukuman dan Kesengajaan
Matahari ke- 10 : Pertengkaran
Matahari ke-11 : Bimbang
Matahari ke-12 : Untuk Yang Pernah Ada
Matahari ke-13 : Bersama Alaric
Matahari ke-14 : Berhenti Untuk Segalanya
Matahari ke-15 : Ke(putus)an
Matahari ke-16 : Tak Seperti Biasanya
Matahari ke-17 : Berbeda Tapi Terlihat Sama
Matahari ke-18 : Pelangi dan Matahari
Matahari ke-19 : Keterbalikan
Matahari ke-20 : Nothin on You
Matahari ke-21 : Istri Baru
Matahari ke- 22 : Demi Cinta
Matahari ke-24 : Darah di Dua Pria Berbeda
Matahari ke-25 : Permintaan Untuk Mencintai
Matahari ke-26 : Surat
Matahari ke-27 : Menemui Alaric
Matahari ke-28 : Menemui Alaric (part 2)
Matahari ke-29 : Teman Tapi Musuhan (TTM)
Matahari ke-30 : Terluka
Matahari ke-31 : Rumah Sakit Cinta
Matahari ke-32 : Pengakuan
Matahari ke-33 : Membesuk Cinta Hilang
Matahari ke-34 : Tak Akan Baik-Baik Saja
Matahari ke-35 : Di Balik Kebencian Terdapat Kesalahan
Matahari ke-36 : Mengungkap Rahasia Besar
Matahari ke-37 : Pelukan Membuka Hati
Matahari ke-38 : Titik Terang
Matahari ke-39 : Graduation
Matahari ke-40 : Terakhir Kalinya (END)
kata manis

Matahari ke-23 : Mustahil Tuk Bersama

638 23 0
By kazza_05

Tutup semua cerita waktu yang 'tlah berlalu tak mungkin ada jalan.

Tak usah keluhkan.

Dan jangan kita bertengkar lagi.

-----

Geisha {Mustahil Tuk Bersama}

Terduduk di sebuah kafe dengan keadaan laptop terbuka dan menyala, seorang gadis telah berada di dalam kafe itu sejak lima belas menit yang lalu ditemani dengan Wi-fi dan juga satu gelas coffe capcucino di samping laptopnya. Matanya sedari tadi memperhatikan layar monitor yang menyala dan sangat menyita perhatiannya, di layar itu terdapat kumpulan video-video penampilan ujian praktek setiap murid di kelasnya. Setelah jam pelajaran berakhir, gadis itu langsung naik ojek untuk datang ke kafe ini.

Ibu Lisa telah memberi tahu sebelumnya bahwa setiap penampilan dari anak didiknya akan dia publikasikan di channel youtube miliknya. Termasuk video penampilan anak-anak di kelas XII IPA 2 dan saat ini seorang gadis tengah memperhatikan satu persatu video yang dia putar di laptopnya.

Sudah lima video lebih dia tonton dan kini saatnya dia menonton penampilannya sendiri, gadis itu tampil di urutan ke-2 tepat ketika Franky selesai praktek dan Alaric memaksanya untuk segera tampil saat itu juga.

Suasana dalam video itu seketika tenang ketika seorang Vania turun ke ruang praktek dan duduk di atas kursi yang baru saja diduduki Franky. Gadis itu memangku gitarnya dan mulai menempatkan jari-jari tangannya di senar yang sudah diajarkan barusan oleh Alaric. Kepalanya sedikit menunduk dengan tangannya yang bergetar, kegugupan yang melandanya membuat dia tidak fokus untuk memulai prakteknya.

"Sudah siap, Vania?"

Suara dari seorang guru yang duduk tak jauh dari keberadaan Vania membuat gadis itu menoleh dan menganggukkan kepalanya sedikit ragu.

"Vania!" Teriakan dari seorang pria dengan suara yang cukup keras mengundang semua murid di dalam ruangan itu menoleh ke arah pria itu, termasuk Vania. "Semangat!"

Alaric berdiri dengan kedua tangan terkepal di udara dan menampilkan senyum selebar mungkin ke arah Vania. Perlakuan Alaric yang cukup terlihat terang-terangan membuat semua murid di dalam ruangan memandang ke arah mereka dengan tatapan yang begitu beragam, ada yang iri, jijik, bahkan terlihat sangat tidak suka.

Vania tersenyum ketika melihat itu, dia tersenyum bangga dan lega karena ada orang yang membuatnya bisa tampil lebih percaya diri. Tapi dalam hati gadis itu, ingin rasanya matanya menatap keberadaan Franky dan melihat bagaimana ekspresinya saat ini, tapi dia terlalu malu dan takut untuk melakukannya, lebih baik dia segera memetik senar gitarnya dan mulai menjalankan ujian prakteknya agar segera selesai.

"Jangan memaksa lagi cinta ini bersemi lelah aku tersiksa ....

"Tutup semua cerita waktu yang 'tlah berlalu tak ada jalan ....

"Jika harus berpisah ya saudahlah ....

"Jika harus menangis, menangislah ...."

Semua itu Vania nyanyikan untuk hubungannya, hubungannya yang memang terlihat dan terdengar terlalu rumit. Padahal semua seharusnya tidak harus terlalu dipikirkan, jika memang sudah tidak saling nyaman itu tandanya kita harus mengakhiri, itu saja.

"Tutup semua cerita waktu yang 'tlah berlalu tak mungkin ada jalan ....

"Tak usah keluhkan ....

"Dan jangan kita bertengkar lagi ....

"Jika harus berpisah ya saudahlah ....

"Jika harus menagis, menangislah ....

"Tak perlu ada tanya ya sudahlah ....

"Semua tahu kisah kita ... Hubungan ini mustahil tuk bersama."

Jika memang Vania ingin meminta, dia hanya ingin satu hal yaitu menghentikan pertengkaran. Dia atau pun Franky sudah pernah berpacaran dengan orang lain sebelumnya, tapi mereka terlihat biasa saja dan tidak terlihat begitu terpuruk seperti saat ini ketika berpisah. Kisah mereka saat ini sepertinya adalah hal baru untuk keduanya, saling tidak mengetahui apa keinginan yang sebenarnya membuat mereka hanya saling diam dan tak tahu bagaimana lagi alur ceritanya.

Akan tetapi seharusnya semua tanya juga segera dihapuskan karena semua orang juga tahu mereka terlalu mustahil untuk bersama. Mempunyai karakter yang berbeda tidak menjamin hubungan akan tetap langgeng dan saling nyaman satu sama lain.

Mungkin dari pendapat beberapa orang perbedaan memang terlihat indah, tapi jika untuk mereka berdua sepertinya hal itu belum bisa diterapkan dengan benar dan mungkin juga memang takdir hanya ingin mereka berpisah tanpa bersatu kembali.

"Luka jiwaku mengikhalskan kau pergi ... bukan keinginanku lepas dari cinta ... kulepas dari cintamu ...."

Iya, bukan keinginan gadis itu untuk terlepas dari cinta yang memang akhir-akhir ini selalu menyelimutinya, akan tetapi semua terlepas dengan sendirinya. Bukan tanpa alasan Vania hanya bisa berlapang dada dan membiarkan semua berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan-Nya.

Terlepas dari cinta seorang Franky yang selalu menjaga dan juga membelanya bukan hal buruk bagi Vania, karena dari semua keuntungan itu dia lebih merasa terlalu merasakan buruknya. Bukan, bukan karena Vania tak tahu diri dan merasa ingin jahat dengan Franky yang memberikan cintanya. Namun, semua cinta itu rasanya beda dan Vania merasakan sendiri apa bedanya cinta tulus dan cinta yang memang buruk.

"Green tea late?"

Sebuah gelas berisi green tea late terpampang di samping gelas coffe capcucino miliknya yang sudah tandas sejak beberapa menit yang lalu. Tapi seingatnya dia belum memesan minuman lain sejak tadi.

"Putri memintaku mengantarkan ini untukmu sebelum dia pulang dijemput orang tuanya tadi," seru seorang pria yang menaruh gelas itu di meja Vania.

Vania mendongak dan mendapati seorang pria tinggi berdiri di depan mejanya, gadis itu sedikit memiringkan kepalanya untuk mengingat-ngingat apakah dia pernah bertemu dengan pria ini atau tidak.

"Aku Andrean." Tangan pria itu terulur ke arah Vania. "Kamu Vania, 'kan?"

Kening Vania berkerut sembari bangkit dari duduknya dan membalas uluran tangan pria itu. "Kok tahu nama aku?"

"Aku tahu dari Putri dan dia tahu karena menguping percakapan kamu sama pria yang kamu ajak ke sini juga minggu lalu. Sorry ...."

Ingatan Vania langsung berputar ketika mendengar penuturan pria itu, minggu lalu saat dia berkunjung ke kafe Maraca books and coffe bersama Franky dan ada seorang gadis kecil yang begitu menggemaskan menghampirinya. Ya, Vania mengingatnya.

"Ouh aku tahu ...," seru Vania sembari mengangguk kecil, "Gadis kecil itu namanya Putri?"

"Iya, dia keponakan aku. Ehh, duduk aja gak papa."

Vania mengangguk dan langsung duduk di tempatnya semula. Pria itu juga ikut duduk di sebrang meja Vania persis seperti yang Franky lakukan ketika mereka berdua di kafe ini. Keberadaan Andrean sedikit terhalangi oleh laptop Vania yang terbuka, jadi Vania mematikan laptop dan menutupnya agar terlihat jauh lebih sopan.

"Jadi, ke mana pria yang dulu sama kamu?"

"Apa sih Kak." Vania tersenyum malu-malu ketika mendapatkan pertanyaan dari seorang pria yang baru saja dikenalnya. "Aku lagi gak sama dia aja."

Andrean mengangguk kecil. "Terus kok sendirian aja? Gak ngajak temen gitu?"

"Enggak, kebetulan lagi pengen sendiri aja."

"Jadi aku ganggu nih?"

"Eh? Enggak kok," ujar Vania dengan cepat karena takut terlihat tidak sopan di depan Andrean. "Putrinya mana?"

"Tadi sebenarnya dia pengen banget nyamperin kamu tapi orang tua dia ngelarang karena katanya harus segera pulang, jadi dia minta sama aku buat bikinin green tea late special buat Kakak cantik favoritnya."

Mendapat pujian secara tidak langsung dari Andrean membuat Vania mengelus lembut tengkuknya karena tak tahu harus berbuat apa, dia sepertinya merasa malu karena harus mengobrol dengan seorang pria yang jelas baru saja dikenalnya.

"Ponakan kamu lucu, aku juga suka sama dia."

Mengingat kembali bagaimana perawakan seorang gadis kecil yang sangat menggemaskan itu membuat Vania menyunggingkan senyumnya, dia sebenarnya kurang suka dengan anak kecil tapi ketika melihat gadis kecil berpakaian serba murah muda saat itu membuatnya sedikit gemas dan ingin dia ajak pulang.

"Dia pasti seneng banget kalau tahu kamu ngomong gitu," ujar Andrean dengan senyum yang selalu ia hias di kedua belah bibirnya, "Oh iya, diminum dong, suka, 'kan? Saat itu kamu pesen green tea late, jadi Putri kira kamu emang suka banget sama minuman itu."

"Oh iya." Vania mengulurkan tangannya untuk meraih gelas berisi green tea late dan sedikit menyeruputnya. "Nanti bayarnya disatuin aja sama coffe yang tadi, ya?."

"Gak usah kali, itu 'kan Putri yang bayar minumannya."

"Serius?" Vania memandang tak percaya ke arah Andrean.

Andrean menganggukkan kepalanya dengan pasti, mengingat betapa sukanya Putri pada Vania membuat dia merasa senang. Pasalnya, ponakannya itu memang sangat menyukai seorang perempuan anak SMA, tapi baru kali ini dia melihat Putri sampai sebegitu sukanya pada Vania padahal ponakannya itu belum mengenal sama sekali siapa itu Vania.

"Kapan-kapan kalau weekend main ke sini lagi ya, biar Putri bisa ketemu sama kamu."

"Oke," jawab Vania dengan sedikit tersenyum malu. Malu juga rasanya ketika dia serasa mempunyai fans seorang anak kecil seperti ini.

Obrolan ringan kembali tercipta di antara mereka berdua. Vania juga merasa sedikit bingung mengapa dia bisa sesantai ini ketika mengobrol dengan seorang pria dewasa yang jelas baru dia kenal. Rasanya begitu santai dan asik, seperti saat dia mengobrol dengan kakaknya sendiri, bahkan jauh lebih nyaman dari pada itu.

Informasi yang didapatkan Vania tentang Putri dari Andrean adalah bahwa gadis kecil itu adalah anak dari kakak lelakinya yang sudah menikah. Kedua orang tua gadis itu sibuk jadi Putri lebih sering dititipkan ke kafe ini. Kafe ini juga milik keluarga Andrean yang sedang berada di bawah kekuasaan pria itu untuk sementara.

Orang tua Andrean masih berada di luar kota untuk beberapa waktu menjadikan pria itu harus turun ke lapangan seorang diri. Sebenarnya masih banyak cabang kafe dan juga rumah makan milik keluarganya, tapi Andrean lebih nyaman menjaga Maraca books and coffe karena tempatnya yang begitu menenangkan.

"Jadi, Kakak masih kuliah?"

"Iya, aku ambil fakultas manajemen bisnis di Jogja dan baru menginjak semester empat."

Vania menganggukkan kepalanya tanda mengerti. "UGM ya, Kak?"

"Iya, kamu mau ke sana juga?"

"Enggak sih, aku lebih suka Bandung."

"Mau kuliah di Bandung? ITB? Universitas Padjajaran atau apa?"

"Pengennya sih UNPAD, tapi belum tahu juga sih."

"Semoga lancar aja deh ..., dan semoga bisa ketemu lagi."

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 54K 24
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
876K 65.6K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
1.9K 1.3K 30
"Kalau suasana hati kita lagi nggak baik, sesuatu hal yang manis bisa buat mood kita jadi baik lagi." Perempuan itu melemparkan senyuman manisnya pad...
3.2M 158K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...