HUJAN | END

By Shineeminka

6.3M 539K 85.3K

Tanpa mempedulikan air hujan yang mulai membasahi tubuhnya, Arlita berjalan ke arah Revan. Dia berdiri tepat... More

Blurb
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35. After Married (1)
36. After Married (2)
37. After Married (3)
38. After Married (4)
39. After Married (5)
40. After Married (6)

13

115K 11.4K 1.2K
By Shineeminka

Revan berusaha menulikan telinganya saat mendengar pertengkaran antara Mama dan Papanya, dan tentu sumber dari pertengkaran itu adalah dirinya.

Marsha : Van hari ini lo tampil yah di cafe gue.

Revan membaca pesan itu tanpa minat. Moodnya benar-benar sedang buruk.

Marsha : Van please. Gue butuh lo. Si Ben lagi sakit.

Lagi-lagi Revan mengabaikannya.

Marsha : Ya ampun Van masa lo tega sih sama calon kakak ipar lo sendiri. Gue bilangin Angga yah biar nanti lo dipecat jadi adenya.

Marsha : Van please.. Gue bayar lo lima kali lipat deh. Di cafe gue mau ada acara ultah dan gue dah janjiin sama yang ultah bakal ada band yang ngisi acara dia. Ben kapret segala pake sakit lagi😡

Marsha : Ya ampun Van. Raja tega yah lo pesan gue diread doang 😑. Gue doain lo jadi jomblo seumur hidup.

Marsha : Van tawaran terakhir. Gue bayar lo sepuluh kali lipat. Lo harus mau nggak boleh nolak!!!!!!!

Revan memejamkan matanya sejenak. Sekilas dia melirik ke arah jam yang terpajang apik di atas meja belajarnya.

Revan : Dua puluh kali lipat.

Marsha : 😰😰😰😰

Revan : Mau apa nggak?

Marsha : Turun dikit!

Revan : Mau apa nggak?

Marsha : Kasihani gue Van😢😢😢

Revan : Mau apa nggak?!

Marsha : Ok dua puluh kali lipat. Tapi lo harus nyanyiin lebih dari lima lagu. Jangan cuma satu.

Revan : Ok. Gue tunggu DP-nya kalau dp belum masuk gue nggak akan dateng!

Lima menit kemudian.

Marsha : Udah. Cek aja! Inget acaranya 2jam lagi. Telat dikit denda lima puluh kali lipat!

Revan bergegas mengganti bajunya. Menghubungi Dika.

"Dik. Dua jam lagi di cafenya Marsha. Nggak boleh telat!"

"Oke."

💦💦💦

Arlita menatap langit-langit kamarnya. Untuk pertama kalinya dia membiarkan dirinya mengkhayal tidak tentu arah.

Jujur dia memang tidak memikirkan cinta-cintaan apalagi pacaran. Tidak ada sedikit pun niat yang terbersit di hatinya untuk mengukir kisah cinta di bangku SMA. Tapi terkadang tanpa siapapun yang tahu kecuali Allah dia selalu mengkhayal tentang sosok yang kelak akan menjadi Imamnya. Dia tahu dan sadar kalau itu terlalu dini untuk dia khayalkan. Namun bagaimana lagi dia tidak mampu untuk mencegahnya.

Menurut Ustadz yang sudah dia dengar ceramahnya, boleh saja kita mengkhayalkan tentang pasangan yang kita harapkan dapat menjadi imam yang baik untuk kita selama kita masih berada di koridor yang diperbolehkan dalam tanda kutip jangan mengkhayalkan yang tidak-tidak.

Khayalan yang ustadz itu maksud adalah khayalan tentang sifat-sifat yang kita harapkan ada pada pasangan kita di masa depan. Baik rupanya, baik akhlaknya, penghafal Al Qur'an, sangat mencintai Allah, Rasulullah dan sebagainya... Dari khayalan itulah kita tergerak untuk memperbaiki diri karena tentu bila kita menginginkan jodoh yang baik kita juga harus baik.

Dan Arlita sangat berharap kalau kisah cintanya akan seindah kisah cinta Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam dan Khadijah serta Sayidina Ali dan Fatimah, namun perlahan harapan itu terkikis... Terkikis oleh setiap kata cinta yang Revan ucapkan padanya. Sekuat apapun dia mencoba untuk menulikan telinganya, membekukan hatinya dan memblok otaknya tapi tanpa dapat dia cegah rasa itu telah datang. Rasa itu telah membelenggu dirinya.

Tiga hari yang lalu saat di Dufan dia meminta Revan untuk berhenti mengatakan kata cinta padanya, namun pada kenyataannya hatinya malah menginginkan Revan melakukan hal yang sebaliknya. Benar-benar munafik.

Dan bodohnya kini dia berharap kisah cintanya akan seindah kisah cinta Ummu Sulaim dan Abu Thalhah.

Ummu Sulaim adalah ibunda Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang terkenal keilmuannya dalam masalah agama. Selain itu, Ummu Sulaim adalah salah seorang wanita muslimah yang dikabarkan masuk surga oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Keimanannya dan konsistensinya di dalam Islam telah teruji. Kemarahan suaminya yang masih kafir tidak menjadikannya gentar dalam mempertahankan aqidahnya. Keteguhannya di atas kebenaran menghasilkan kepergian suaminya dari sisinya. Namun, kesendiriannya mempertahankan keimanan bersama seorang putranya justru berbuah kesabaran sehingga keduanya menjadi bahan pembicaraan orang yang takjub dan bangga dengan ketabahannya.

Dan Kesabaran serta ketabahannya telah menyemikan perasaan cinta di hati Abu Thalhah yang saat itu masih kafir. Abu Thalhah memberanikan diri untuk melamar beliau dengan tawaran mahar yang tinggi. Namun, Ummu Sulaim menyatakan ketidaktertarikannya terhadap gemerlapnya pesona dunia yang ditawarkan kehadapannya.

"Demi Allah, orang seperti anda tidak layak untuk ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir, sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta selain dari itu." itulah syarat yang Ummu Sulaim berikan kepada Abu Thalhah, dan akhirnya Abu Thalhah menyanggupinya. Menikahlah mereka dengan mahar keislaman Abu Thalhah.

Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallambersabda, "Aku belum pernah mendengar seorang wanita pun yang lebih mulia maharnya dari Ummu Sulaim karena maharnya adalah Islam." (Sunan Nasa'i VI/114).

Arlita memeluk erat lututnya. Tangisnya pecah tak terbendung. Dia malu... Malu karena telah mengharapkan sesuatu yang seharusnya tidak dia harapkan.

Kenapa cintanya harus berlabuh pada Revan? Kenapa cinta itu harus muncul disaat seragam putih abu saja masih melekat di tubuhnya?

Arlita membersit pipinya saat pintu kamarnya terbuka. Di ambang pintu kamar yang sudah sedikit terbuka menyembul kepala Rio, "Tha punya lem kertas nggak. Lem kertas kakak abis."

Arlita mengangguk, dia beranjak dari tempat tidurnya. Mengambil lem kertas dari dalam laci meja belajarnya, "Nih Kak."

Rio menatap wajah Arlita dengan tatapan menyelidik, "Kamu kenapa?"

Arlita hanya menggeleng.

"Jujur sama Kakak. Kenapa kamu nangis?"

Bukannya menjawab Arlita malah menundukkan kepalanya. Tetes demi tetes air mata kembali berjatuhan dari pelupuk matanya.

Rio membawa tubuh Arlita ke dalam pelukkannya, "Cup..cup udah gede masa nangis."

Arlita menenggelamkan wajahnya di dada Rio. Mengabaikan ledekkan yang terucap dari bibir Kakaknya.

"Cerita sama kakak kenapa kamu nangis?" Dengan penuh kasih sayang seorang kakak kepada adiknya Rio membelai pucuk kepala Arlita.

"Aa..aku takut Kak."

"Apa yang bikin kamu takut? Apa ada yang jahatin kamu?"

Arlita menggeleng. Dia memilih diam tak menjawab pertanyaan Rio.

"Dengerin Kakak," Rio berucap lembut pada Arlita yang masih berada dalam pelukkannya, "Apapun yang membuatmu takut berlindunglah pada Allah karena sebaik-baiknya pelindung hanyalah Allah."

Arlita mengangguk.

"Udah ah jangan nangis lagi kalau Mama lihat nanti malah nimbulin fitnah."

Arlita mendongakkan wajahnya. Dahinya berkerut bingung, "Fitnah apa?"

"Fitnah kalau kamu nangis gara-gara kakak," dengan gemas Rio mencubit hidung mancung adiknya, "Hidung kamu kaya hidung badut."

Arlita mengerucutkan bibirnya, "Jahat.. adiknya nangis bukannya dihibur malah diledekin terus."

Rio tertawa, "Itu cara Kakak biar drama mewek-mewekkannya selesai. Males banget lihat kamu nangis. Soalnya kalau kamu nangis muka kamu jelek banget," setelah mengatakan itu Rio langsung berlari menghindari amukan Arlita.

💦💦💦

Revan dan Dika sudah menyanyikan enam lagu. Tinggal satu lagu lagi yang akan Revan dan Dika nyanyikan. Dan tanpa dapat diduga untuk kali pertama Revan menyanyikan sebuah lagu yang sangat jarang dia nyanyikan. Sebuah lagu yang menggambarkan rasa frustasi.

Baby I'm so Lonely so Lonely
I feel like I'm alone
When I see you so tired
I worry that I'm baggage to you
That I'm too much

Baby I'm so Lonely so Lonely
I feel like I'm alone
I don't want to make it obvious to you
I'm used to just holding it in
Understand me

We're together but we're not walking together
Loneliness and misery, the difference is only one memory
But why do you keep trying to write it as something else?

Para pengunjung cafe memberikan tepuk tangan. Revan hanya tersenyum tipis sebelum turun dari atas panggung.

"Makasih Van. Makin hari suara lo makin bagus aja," puji Marsha.

Revan mengabaikan pujian Marsha, "Sisanya transfer ke rekening Dika," hanya itu yang Revan katakan sebelum pergi meninggalkan cafe milik Marsha.

"Kenapa sih dia?" tanya Marsha pada Dika.

"Dia baru ditolak sama cewek yang dia suka," jawab Dika.

"Ditolak?" Mata bulat Marsha terbelalak, "Tumben dia ditolak bukannya biasannya dia yang nolak?"

"Ceweknya limited edition jadi susah banget buat didapetin."

"Kok gue jadi penasaran yah," jiwa kepo Marsha langsung naik ke level paling tinggi, "Pasti cantik banget yah ceweknya?"

"Yang jelas jauh lebih cantik dibandingin lo. Udah ah jangan nanya mulu dah kaya wartawan gosip aja. Cepet transfer sisanya!"

"Iya iya gue transfer. Eh boleh nggak gue lihat foto cewek yang udah berhasil bikin si Revan patah hati."

"Wani Piro?"

"Mata duitan amat sih lo?"

"Hidup butuh duit jadi wajar gue mata duitan yang penting jangan sampe mata bintilan. Udah ah males ngomong sama lo," ucap Dika setelah mengecek nominal uang yang baru saja masuk ke rekeningnya.

💦💦💦

"Ngapain gue disini?" tanya Revan pada dirinya sendiri saat dia sudah berada di dalam sebuah butik khusus pakaian muslimah.

"Ada yang bisa saya bantu Mas?" Seorang spg bertanya dengan sangat sopan.

Revan menggaruk bagian belakang kepalanya yang pada kenyataannya tidak gatal, "Saya mau ngasih hadiah buat temen saya," akhirnya kata itulah yang Revan ucapkan.

"Mas mau ngasih temen Mas ghamis."

Revan langsung menggeleng. Akan sangat aneh kalau dia memberikan Arlita ghamis. Matanya mulai menjelajahi rak demi rak, hingga akhirnya pandangannya terhenti pada deretan kerudung berbagai model yang tergantung apik di sudut kiri.

"Saya mau kerudung itu," Revan menunjuk sebuah kerudung model bergo berwarna moca.

"Yang ini yah Mas," si spg memberikan kerudung itu pada Revan.

Revan mengangguk, "Mbak kalau bisa tolong sekalian kerudungnya masukkin ke kotak kado," ucapnya saat melihat beberapa kotak kado yang tersusun rapi di sebelah meja kasir.

"Oh buat hadiah ulang tahun yah atau buat hadiah Valentinan?"

Revan diam. Tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh si spg.

"Berapa mbak?" tanya Revan saat kerudung telah terbungkus rapi di dalam kotak kado.

"Tiga ratus lima puluh tujuh ribu sembilan ratus."

Revan memberikan kartu debit kepada si spg yang ternyata merangkap juga sebagai kasir, setelah proses pembayaran selesai tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. Otomatis Revan menoleh.

"Seneng bisa ketemu sama kamu lagi," ucap seorang gadis yang kini berdiri tepat di belakang Revan.

"Sayangnya gue nggak seneng ketemu sama lo lagi," ujar Revan dingin. Tangannya memasukkan dompet ke dalam saku celana jeans-nya, "Makasih mbak," ucap Revan sebelum meninggalkan meja kasir. Mengabaikan sosok gadis yang tadi menyapanya.

"Serem banget yah mbak Nin. Mukanya mah ganteng banget tapi judesnya nggak ketulungan," ucap si spg kepada sosok gadis yang ada di depannya yang ternyata anak dari pemilik butik tersebut.

"Tapi aku suka sama dia. Suaranya bagus banget. Tadi dia sama temennya yang ngisi acara di ultahnya Dinda. Pokoknya aku suka sama dia."

"Cari aja yang lain Mbak Nin. Dia mah terlalu judes lagian dia dah punya cewek. Dia tadi baru beli kerudung buat pacarnya."

"Pacarnya pake kerudung?"

"Kayanya mah Iya. Orang tadi dia belinya kerudung syar'i."

"Ah itu mungkin buat Mamanya," setelah mengatakan itu dia langsung berlari menuju ruangan Mamanya. Merengek pada Mamanya untuk pindah sekolah.

💦💦💦
Bogor, 28 Jumadal Ula 1439.

Jawab yang jujur. Makin aneh nggak sih?

Sumber kisah : Muslimah.or.id









Continue Reading

You'll Also Like

477K 39.5K 26
naira menarik tangan kaka perempuan nya. "Apa? apa lagi nai? apa lagi yang mau Lo ambil dari Gue?" "kak dengerin aku dulu" "Ga cukup lo ambil perhati...
40.1K 2.4K 24
Terimakasih sudah mematikan harapan. Setidaknya sekarang aku tau untuk siapa hatimu. Setidaknya sekarang, sudah tidak ada lagi alasan untuk aku mengg...
156K 11.8K 42
ini cerita pertama maaf kalo jelek atau ngga nyambung SELAMAT MEMBACA SAYANG(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
9.6M 298K 21
Akibat perusahaan keluarganya bangkrut, Arka menjadi sasaran ayahnya untuk bersedia menikah dengan keponakan teman bisnis ayahnya yang bisa memberika...