[COMPLETED] Slow Dancing In a...

By mirandachwe

1.2K 146 9

Yoona knows something wrong with her relationship with Chanyeol. More

Epilog

#1

682 70 5
By mirandachwe

It’s already 09:00 PM dan dia belum menampakkan hidungnya. God, seperti inikah berkencan dengan seorang mahasiswa jurusan arsitektur yang sangat sibuk itu? Dia berjanji akan datang jam 7 malam dan lihatlah, aku sudah menunggu di pojok sebuah caffe sambil memandangi salju yang turun dengan lembutnya dan meminum secangkir kopi yang sudah mendingin karena aku biarkan saja.

Jam sudah menunjukkan pukul 09:30 dan si brengsek belum datang juga. Pardon my words, aku sudah emosi dibuatnya. Tiba-tiba handphone ku berdering menandakan adanya pesan.

From : Park Chanyeol

Sorry,  darling,  suddenly Mr. Kim asked me to finish my project today. Aku sibuk sekali, so kencan kita undur saja ya? How about tomorrow? Call me, Ok!

Damn it, Park Chanyeol! Ini bukanlah pertama kalinya dia melakukan hal ini kepadaku. Aku langsung keluar dari kafe tersebut dengan wajah yang cemberut dan tanpa meminum sedikitpun kopi yang aku pesan tadi.

Forget it, I just wanna get drunk this night and forget about that bastard called Park Chanyeol.

***
Kacau. Karena kemarin aku minum soju 3 botol—atau lebih ya?—ah lupakan, sekarang penampilanku di kampus ini sangat kacau dan pusing. Rambut yang sedikit berantakan, lingkaran hitam yang ada di mata ini, dan wajah yang bengkak. It was crazy that night, aku bahkan ingat hmm—y’know vomiting—pada seseorang, aku hanya ingat kejadiannya tetapi tidak ingat siapa yang aku muntahkan pada malam itu.

Aku juga tidak mengangkat panggilan si asshole itu because I’ve done with him. Sudah muak dengan alasan sibuk dengan proyek kuliahnya bersama dosennya itu. I know that I’m too selfish, mungkin orang-orang akan berkata bahwa aku adalah pacar yang terlalu egois, hanya mementingkan waktuku dan dia, tidak mendukung apa yang dia lakukan yang they said that it’s for his future and my future. Bullshit, yang namanya ‘our future’ tidak hanya masalah uang dan nilai yang baik di kampus saja. Okay, jika dia mampu menyelesaikan proyeknya dengan baik, mendapat nilai yang bagus, lulus dengan cumlaude, work in a great company until he’s so fucking rich, I would be a proud and happy girlfriend too. Tetapi bukankah di hubungan juga ada yang namanya kebersamaan? Jika dia sudah kaya tetapi waktu kebersamaan kita sangat sedikit itu tidak ada apa-apanya bagiku.

Kejadian kemarin bukanlah yang pertama kali, mungkin ke-137 kali? Kami jarang sekali menonton film di bioskop, berjalan-jalan di taman sambil memegang tangan seperti pasangan-pasangan yang lain dan alasan semua itu adalah

I’m so sorry, kayaknya kita tidak bisa jalan dulu, masih banyak tugas yang harus aku kerjakan hari ini’

‘Yoong, hari ini adalah deadline terakhir, besok saja ya?'

‘Yoong, aku sedang sibuk. Please don’t call me or text me, I’ll call you later’

Park Chanyeol, jika aku tidak mencintaimu sebesar ini, mungkin aku sudah mencampakanmu dengan lelaki lain yang sama tampannya dengan kamu, tetapi yang mempunyai banyak waktu untukku. Kita bahkan belum bertemu satu minggu ini.

***

Lamunanku terpecahkan oleh seorang lelaki yang tiba-tiba saja ada di sampingku.
“Aku kira kau harus mengganti apa yang telah kau lakukan ke aku kemarin,” katanya sambil tersenyum menggoda kepadaku.

What did I do last night?” Aku bingung dengan maksudnya. Oh ya, dia adalah Sehun, kami sudah mengenal cukup lama, dia adalah adik kelasku di SMA dan sekarang belajar di universitas yang sama.

Wajahnya tiba-tiba menjadi sedih dan menunduk, “Oh my god, you forgot about what you did to me last night? Aku kecewa.” Aku masih mengingat apa yang telah aku lakukan kepadanya. Did I meet him last night?

Well…mungkinkah?

Aku ternganga dan tertawa setelah mengingat kejadian itu. “Oh my God, so that man was you. Hahahaha I’m sorry, Sehun-ah, seriously aku tidak sadar dengan hal itu.”

“Kau tertawa? Noona, aku bahkan mengantarkan ke rumahmu kemarin dengan baju yang bau muntahan seorang wanita cantik. Tetapi tetap saja itu bau,” kata Sehun sambil memasang muka jengkel.

Aku masih tertawa. Ekspresi Sehun sangat konyol saat ini. “Okay, jadi apa yang bisa saya lakukan ke Anda untuk menebus kesalahan itu, Tuan Oh?”

Dia berpikir sesaat dan berkata kepadaku, “Temani aku mencari buku nanti malam. Bisa?”

“Kalau hanya itu saja aku bisa,” jawabku.

"And dinner, okay?"

Dinner? Hmmmmmm.” Sehun, aku tidak punya uang, kemarin baru saja gaji part-time ku kuhabiskan untuk membeli soju dan buku  kuliah yang harganya bisa membuatku menangis di toko itu.

“Okay, aku akan menraktirmu,”katanya pasrah.

Call!!” Aku tersenyum lebar kepadanya.

“Aku akan menjemputmu pada jam 5 sore. Kau mau pulang sekarang? Aku membawa mobil hari ini, yah…jika tidak keberatan kau bisa menumpang denganku,” katanya sambil berdiri.

Aku beranjak dari bangku kantin ini. “Bolehkah? Let’s go home.” Kita berjalan keluar dari kantin yang cukup ramai ini. Tetapi tidak sampai beberapa langkah seseorang memegang tanganku.

He’s Park Chanyeol. Aku dan Sehun berhenti berjalan dan menatapnya. Aku melihat cara menatap Chanyeol kepadaku dan Sehun sangat serius dan sedikit ada rasa cemburu? Oh c’mon Yoong, kau jangan terlalu yakin dulu, seharusnya kau yang cemburu dengan kertas-kertas proyek Chanyeol, teman-teman Chanyeol yang satu tim dalam proyek-proyeknya –termasuk Seohyun yang sangat iri denganku karena aku adalah pacarnya.

“Yoong, aku perlu bicara denganmu,” katanya

Aku mengangguk dan berkata kepada Sehun, “Kau duluan saja, maaf aku tidak jadi menumpang.”

Sehun tersenyum dan menjawab, “No problem. Aku pulang dulu, ya."

Aku membalas senyumannya, “Hati-hati!”

Aku dan Chanyeol menuju ke parkiran untuk menuju ke sebuah kafe—dia ingin berbicara di kafe denganku— lalu kami masuk ke mobil dan menuju kafe itu.

***
Here we are, ternyata kafe yang dia tuju adalah kafe yang kemarin malam aku kunjungi untuk berkencan dengannya tetapi malah tidak jadi.

Dia duduk di depanku, jadi aku dapat melihat wajah tampannya yang sangat kurindukan. Dia tambah kurus, kulitnya tidak terawat karena mungkin dia tidak ada waktu untuk merawat kulitnya. Aku sangat rindu dengannya, rindu untuk memeluknya, rindu dengan bibirnya, rindu dengan tangan besarnya saat menggenggam tanganku yang lebih kecil ini, rindu dengan senyum lebarnya, dengan lesung pipinya, rindu dipeluk olehnya dari belakang.

I miss...” Tidak sampai aku menyelesaikan kalimatku, dia berkata denganku dengan nada yang dingin.

“Kenapa kamu tidak mengangkat panggilanku kemarin?” tanyanya dengan wajah yang sangat dingin.

I’m sorry. Aku hanya…”

“Kau bersama Sehun atau siapalah itu kemarin malam? Mabuk bersama, huh?” Dia sedikit berteriak mengatakan itu. Untung saja kafe ini sedang sepi.

“Kamu tidak harus berteriak seperti itu kepadaku! And let me finish my explanation first, okay?!” Emosiku memuncak dan pertengkaran terjadi diantara kita.

Dia terdiam. “Aku tidak mabuk dengannya. He helped me, bahkan aku muntah di bajunya, kita tidak sengaja bertemu, aku saja baru tahu bahwa itu dia setelah dia berbicara kepadaku tadi. Dan aku akan menemaninya untuk menebus kesalahanku kemarin." Aku menjelaskannya apa yang terjadi malam kemarin.

“Jangan pergi dengannya.”

Apa aku salah dengar? Dia melarangku? “Why?” tanyaku dingin.

“Pokoknya jangan. Pergi denganku nanti malam.”

Another promise. Sudah trauma aku dengan janjinya. Pasti endingnya, dia akan menelfon atau mengirim pesan bahwa dia tiba-tiba sibuk dengan proyeknya atau tugas atau apalah itu.

“Aku tidak mau. Aku takut dengan janji-janjimu.I’m too scared…..” Air mata menggenang di kedua mataku. “Kamu sudah banyak berjanji untuk kencan denganku tetapi berakhir dengan aku pulang sendirian dengan wajah yang kecewa.” Aku tersenyum miris.

I’m sorry about that, tetapi memang aku harus berhasil di proyek itu, agar aku bisa dipromosikan oleh dosenku untuk mendapat beasiswa di Amerika. But I’ll promise, nanti malam kita dapat berkencan,” katanya.

“Beasiswa? Kamu bahkan tidak pernah berbicara masalah itu kepadaku. Jika kamu sekolah kesana dan kamu meninggalkanku sendirian di sini. Well, tidak masalah jika kamu meninggalkanku sendirian disini tetapi fakta bahwa kamu tidak pernah membicarakan ini kepadaku dan tiba-tiba akan meninggalkanku.” Wajahku memerah dan air mata ini akhirnya jatuh juga. Look who’s selfish here!

“Maaf, aku hanya belum siap untuk mengatakan ini kepadamu. Karena aku tahu kamu akan bereaksi seperti ini kepadaku."

“Dengar, jika kamu berbicara tentang itu dari dulu aku tidak akan bereaksi seperti ini. Dan ini bukan masalah tentang beasiswa mu! Ini tentang kita. Aku bahkan tidak merasa mempunyai pacar atau aku bertanya-tanya apakah kau benar-benar mencintaiku atau tidak.” Aku tersenyum miris dan meminum kopi yang kami pesan.

“Kau masih ragu dengan cintaku? Bahkan sudah 3 tahun ini dan kau masih ragu?” tanyanya sedikit membentak.

“Ya! Aku masih ragu. Aku masih ragu kau benar-benar mencintaiku atau tidak.” Aku kembali membentaknya. Tuhan, pasti penampilanku sangat kacau sekarang.

Chanyeol menghela nafas dan berkata, “Jadi apa yang kau inginkan sekarang?”

Aku menatapnya. “Let’s break up.” Akhirnya aku mengucapkan kata ini juga.

Aku mengalihkan pandanganku darinya. Maafkan aku, to be honest im still in love with you but……..aku tidak mau mengecewakan diriku lagi dengan ekspektasi yang berlebih darimu.

Fine. I think that’s the best answer. I hope you find another good man. Take care of your health, I’ll go USA next month.” Aku melihat raut kecewa di wajah tampannya, dia tersenyum kepadaku.

I’ll go first,” dia berjalan keluar kafe. Park Chanyeol, mudahkah kau melepaskanku begitu saja? Bahkan kau langsung mengiyakan hal ini dan pergi ke Amerika bulan depan?

Alunan lagu Slow Dancing in a Burning Room milik John Mayer terdengar di kafe ini.

It’s not a silly little moment
It’s not the storm before the calm
This is the deep and dyin’ breath of this love that we’ve been working on
Can’t seem to hold like I want to, so I can feel you in my arms
Nobody’s come and save you, we both too many false alarms
We’re going down and I can see it too
We’re going down and I know that we’re doomed
My dear, we’re slow dancing in a burning room

Just like this song said, we both too many false alarms. Kita seperti sedang menari di ruangan yang terbakar, we both know something wrong between us but we trusted each other, we kept dancing in this burning room. Tetapi aku menyerah untuk terus menari di ruangan yang terbakar ini dan pada akhirnya aku meninggalkan ruangan ini.

***
Hi!!! I'm back with this new fic, tenang ada epilognya!

Thank u so much for reading it, jangan lupa voment ya!!!!

P.S Feelings ending chapter on progress :))

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 874K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
71.6K 7.6K 25
" kamu ga sendirian angelina Christy " -chk
110K 11.8K 49
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
124K 17.8K 27
start : 11/02/24 end : - plagiat menjauh cok! hanya halu gak usah bawa ke dunia nyata! CERITA KE 26.