kita

By ___sadar

356K 10.8K 2.1K

Kepingan-kepingan dari masa yang seharusnya sudah lalu menolak jatuh. Akan tetapi, hatinya sudah hampir runtu... More

Prolog
01| Semesta Baru yang Menyebalkan
02| Kakak Beradik Itu Tampak Serasi Sekali
03| Hari Kekesalan Satu Semesta
04| Kabar-Kabar Tentang si Murid Baru
05| Satu Hari Jagat Tengusik
06| Lalu, Sebuah Deberan Selepas Senja
07| Berusaha Menjadi Saling
08| Sebuah Suara Kecil Ketidakrelaan
09| Menemukan Tanpa Disadari
10| Kotak Bekal, dan Selangkah Menuju Pintu Keterbukaan
12| Berbalas Pesan yang Pertama
13| Satu Hari Bersama
14| Damai
15| Konstelasi Baru
16| Rasa yang Salah Tempat Tercurah
17| Ketakutan Paling Nyata
18| Kembali Utuh
19| Mendung
20| Peduli yang Bersembunyi
21| Manusia Paling Rapuh
22| Seperti Biru yang Kembali Mendapatkan Senjanya
23| Ketakutan Paling Nyata Ke-Sekian
24| Kepergian Terakhir
25| Sempat Resah

11| Perhatian Tanpa Sadar Kesekian

8K 379 74
By ___sadar

tidak perlu mengerti
manusia hanya perlu percaya
dengan rasa,
lalu sadari
ia adalah yang paling peduli











Kedapatan jadwal piket di hari yang sama dengan Libra, Jodi dan Kevin, sedari tadi Aries hanya diam menyaksikan bagaimana cara piket Jodi dan Kevin yang terbilang aneh. Yang satu mengepel lantai, yang satu menginjaknya lagi sambil menyapu. Aries mengembungkan pipinya bosan. Terus saja seperti ini, sampai tiga kali lebaran pun tak akan selesai-selesai.

Jika Libra sudah selesai dengan mengangkat semua kursi ke atas meja, Aries yang kebagian bersih-bersih debu belum sama sekali ia kerjakan. Entah kenapa, hari ini ia merasa sangat kelelahan. Selalu merasa haus, sakit kepala, juga sedikit sakit punggung. Perubahan yang paling kentara adalah, suasa hati Aries saat ini sedang memburuk.

Biasanya, jika gejala-gejala di atas terjadi, maka, sebentar lagi tamu bulanan Aries akan berkunjung. Raut mukanya menunjukan seakan-akan berani menanggunya sekarang, hidup anda tidak akan tenang. Matanya memicing, tangannya bersedekap.

Hampir seluruh lantai di kelasnya sudah Jodi pel, dan hampir semuanya juga Kevin injak lagi sambil menyapu. Jejak kakinya tercetak jelas di permukaan lantai yang masih basah. Jodi belum menyadari itu, karena kepalanya tertunduk dengan earphone yang terpasang di telinganya. Libra saja yang memperhatikan sampai geleng-geleng kepala.

"Ri, minggir dulu! Gue mau pel bagian situ," titah Jodi dengan kepala yang masih tertunduk.

Aries bergeser sedikit dari tempatnya, tak lama berselang, kini Kevin yang memintanya untuk beranjak. "Ri, minggir juga dong! Gue mau sapu bagian situ."

Aries mulai geram. Kemudian ia bergeser agak jauh dari tempatnya melewati lantai yang sudah di pel Jodi. Jodi mendongakkan kepala, tadinya ia hanya akan menegur Aries saja. Namun matanya membelalak sempurna. Lantai yang sudah ia pel tadi, penuh dengan jejak kaki yang tersamar sedikit seperti sudah tersapu seseorang.

Jodi naik pitam. Pandangannya langsung terlempar kepada seorang laki-laki yang sedang asik menyapu di atas lantai sambil sesekali menggoyangkan pinggulnya padahal tak ada musik yang mengalun. Langsung saja Kevin mendapat segala umpatan atas bentuk kekesalan Jodi.

"Dasar goblok! Jadi selama gue ngepel tadi, sama lo diinjak lagi, Nyet? Sialan banget, sih, lo." Jodi bekacak pinggang setelah membanting gagang pel itu penuh emosi ke lantai. Matanya menatap tajam Kevin. Sementara yang ditatap malah cengengesan.

"Ya maaf-maaf. Kan biar cepat selesai." Kevin memberikan cengiran termanisnya.

"Cepat pala lo gue, bacok! Kalau gini malah makin lama, njing." Emosi Jodi sudah mencapai puncaknya. Begitu meluap-luap.

"Bisa gak pakai berisik, gak?" sentak Aries tiba-tiba membuat Jodi dan Kevin terdiam sesaat sambil menolehnya.

"Biasa aja dong, Ri, ngomongnya. Gak usah nyentak segala," balas Jodi sengit.

Seketika suasana di antaranya berubah menegang. Dua pasang mata itu saling melempar tatapan tajam satu sama lain. Sama-sama tenggelam dalam emosi, tak bisa berpikir jernih. Masih tetap di tempatnya, Kevin mengigit kuku jarinya takut, sementara Libra terlihat begitu santai menonton.

"Gue gak nyentak, lo. Lo-nya aja yang sensi." Sungut Aries mulai membara. Ini adalah kali pertamanya Jodi mendengar Aries menyebut dirinya sendiri dengan sebutan 'gue'.

"Kok, lo malah nyalahin gue, sih? Lo aja kali yang lagi sensi!" sentak balik Jodi tak terima.

Selalu saja seperti ini jika Aries sedang PMS. Ia menjadi sosok yang pemarah. Akan tetapi jika ia sekali kena sentak, air matanya tak kuasa untuk ia bendung dan mengalir dengan sendirinya.

Seperti saat ini, mata Aries mulai berkaca-kaca. Gadis itu diam tak membalas lagi. Sejurus kemudian, Aries berlari keluar dari kelasnya. Entah akan pergi kemana.

Jodi masih diam di tempatnya dengan dada yang masih naik turun. Sepertinya laki-lai itu juga masih emosi saat ini.

"Udahlah, Bro. Jangan terlalu berlebihan gitu sama si Ari. Dia lagi PMS aja," ujar Kevin sambil menepuk bahu Jodi pelan. "Lagian, ini salah gue juga, sih. Bercanda gak lihat situasi kondisi dulu."

Jodi hanya mengangguk pelan. Laki-laki itu kemudian mengambil lagi gagang pel yang ia banting tadi dan mengulang pekerjaannya sekali lagi dari awal.

***

Aries sedang duduk di gazebo sendirian sambil mengusap air matanya yang sempat menetes tadi. Ia sama sekali tidak menyalahkan Jodi, karena itu memang tak ada sangkut pautnya dengan Jodi. Gejolak di dadanya memang selalu menggebu-gebu setiap kali ia sedang PMS.

Letak gazebo yang berada di sisi paling pojok sekolah, menyebabkan jarangnya orang-orang untuk berkunjung ke sana. Sendirian di sana, setidaknya membuat suasana hatinya sedikit membaik dengan terpaan angin semilir yang berhembus.

"Lo lagi PMS?" tanya Libra sambil mendudukkan dirinya di sebelah Aries.

Aries menoleh memandang Libra. Laki-laki itu datang membawa dua buah es krim di tangannya.

"Iya," jawabnya singkat.

"Nih." Libra mengulurkan satu es krim rasa cokelat kepada Aries. "Kata adek gue, kalau lagi bete, makan eskrim aja."

Wajahnya tersenyum tipis. Kemudian menerima es krim itu. "Makasih."

Setelah itu keadaan menghening. Libra dan Aries sama-sama tidak berbicara lagi. Keduanya saling diam menikmati es krimnya masing-masing.

Libra yang memandang ke atas menatap langit, tak menyadari bahwa gadis di sampingnya sedang curi-curi pandang ke arahnya. Wajah datar itu nampak terlihat tampan jika dilihat dari samping. Hidung mancung dan bibir tipis. Cukup dengan itu saja, suasana hati Aries setidaknya sedikit membaik.

"Puas lo lihatin wajah gue?" Libra melirik Aries yang sedang memandangnya tiba-tiba. Seperti menangkap basah maling.

Biasanya Libra akan marah jika ada yang berani memandang lekat wajahnya. Seolah tersirami air, api kecil yang baru saja akan tersulut itu kembali padam hanya dengan senyuman manis saja.

"Sekarang Ari udah punya mood booster dong, hihi." Aries cekikikkan sendiri, sementara Libra memandangnya takut. Takut Aries sudah gila.

"Siapa?"

"Libra lah." Senyum manis itu nampak sekali lagi dari wajahnya.

"Idih." Libra mencibir. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa senyum itu benar-benar manis. Libra akui itu.

"Terus, kenapa Libra datang nyusulin Ari sambil ngasih es krim coba?" Pertanyaan Aries yang satu ini berhasil membuat cowok bermata sipit itu bungkam.

Benar juga. Kenapa ia harus menyusul Aries? pakai acara ngasih-ngasih es krim segala lagi. Sialan, semesta. Anggap saja saat ini Libra bertindak seperti itu bukan atas kesadarannya sendiri melainkan ada yang mengendalikannya dari jarak jauh.

Aries tertawa kecil, ada satu hal yang ia baru sadari. Ternyata di balik ketusnya Libra terhadapnya, ia juga bisa bertindak lembut dengan caranya tersendiri.

"Udahlah, ngaku aja kenapa." Sekarang tawa Aries menggelegar nyaring. Ternyata cukup mudah mengembalikan suasana hatinya seperti semula.

"Jangan kepedean!" Libra mendengkus kesal.

"Ih suka malu-malu gitu, deh," goda Aries yang sukses membuat Libra memalingkan wajahnya. Sepertinya agak merubah sedikit sikap ketusnya malah disalahartikan oleh Aries. Memang dasar cewek bego.

"Ayo pulang. Udah sore." Ajakan itu sebenarnya hanya untuk pengalihan topik saja.

"Gak mau, ah, kalau bukan Libra yang nganter." "Gak usah manja jadi cewek!" ketusnya.

Aries mencebik. Belum lama bersikap lembut, sudah kembali lagi menjadi Libra yang sebenarnya. Libra yang ketus, Libra yang selalu mencibirnya, Libra yang selalu menyebutnya bego. Ah. Menyebalkan.

"Anterin atau Ari mogok pulang?" ancam Aries.

Libra menghela napas panjang sambil memejamkan matanya, lalu mulutnya kembali berucap. "Iya-iya."

"Yes. Kan jadinya uang jajan Ari aman. Gak usah bayar angkot. Soalnya ada yang Libra yang bakal ongkosin, hehe" Aries bersorak gembira dengan melompat-lompat kecil sambil memegangi tali tasnya. Tak luput cengiran juga ikut hadir menghiasi.

Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 309K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
477K 5.7K 22
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
5.1M 382K 54
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
6.3M 677K 93
[SUDAH TERBIT + PART MASIH LENGKAP] "Ck! Gue bakal bikin lo nggak betah!" "Dan gue bakal tetep jagain lo." "Gue nggak bakal nurut sama lo, wlee!" ...