Aku, Kamu adalah Kita

By NyQueen98

1.4K 226 137

Untukmu, hidupku, prioritasku More

Blurb (Tahap Revisian)
1. Sari Purnama
2. Amelisa Bahtiar
3. Anita Azzahra
4. Hera Wati
5. Sari, Nita, Amel, Hera.
6. Mencoba Move on
7. Sari....
8. SEPUPU
10. PUISI
11. Ini kencan?
cuap cuap Ny

9. Sehari dengan Kak Imran

59 9 4
By NyQueen98

WARNING!

TYPO BERTEBARAN.

HARAP KRITIK DAN SARANNYA.

😘😘😘

Happy reading guys.

Vote and comentnya ditunggu yak!

.

.
.
.
.
.
.

"Hay!"

Sapaan itu membuat Amel menoleh. Dia mendapati Imran, kakak Sari sudah berdiri di sampingnya. Amel baru saja keluar dari mobilnya dan tidak sengaja bertemu kakak sahabatnya itu.

"Kak Imran? Kakak ngapain di sini?" tanya Amel heran.

Imran tertawa. "Kamu ini. Ya jelaslah saya ke sini untuk jengukin adek saya yang ngeselin itu."

Amel manggut-manggut dan bergumam 'oh' dengan panjang. Imran mengajak Amel ke dalam Rumah Sakit menuju kamar Sari dirawat. Sepanjang perjalanan suasana didominasi oleh pertanyaan dari Imran yang sepertinya penasaran dengan kehidupan Amel, sahabat adiknya ini. Amel, yang walaupun sebenarnya kesal dengan berbagai pertanyaan dari Imran tetap menjawabnya dan sesekali memberi senyum.

Mereka sampai di kamar Sari. Imran membukakan pintu untuk Amel. Mereka berdua masuk ke dalam. Ternyata di dalam ada tamu. Arwan yang masih memakai seragam SMA terlihat sedang menyuapi bubur untuk Sari.

"Ekhm!"

Deheman Imran membuat kedua orang yang tampaknya sangat mesra itu menoleh dan salah tingkah. Arwan meletakkan mangkuk bubur di atas nakas sedangkan Sari menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

"Sore, Sar!" sapa Amel dan menghampiri sahabatnya itu. Arwan bangkit mempersilahkan Amel duduk di tempatnya. Lalu duduk di sebuah sofa di pojok ruangan.

"Cieee yang disuapin berondong!" ledek Amel dengan pelan takut kalau Arwan mendengarnya. Sari mendelik tajam padanya. "Apaan, sih?"

"Nggak usah malu-malu kali, Sar. Kita juga udah tau kali, kalo lo suka sama tuh berondong!"

Perkataan Imran yang suaranya murip toa itu membuat Arwan mengangkat wajahnya dari layar ponselnya. "Ada apa, kak?" tanyanya pada Imran. Sari menggeleng. Imran malah menghampiri Arwan, dia duduk di sebelah cowok itu.

"Lo suka sama adek gue?" tanyanya to the point yang kontan saja membuat Sari melempar kakaknya dengan bantal.

"Apaan sih, Kak?  Nggak usah dijawab, Wan. Kakak gue emang rada ngawur."

"Ngawur apaan, Sar. Gue kan, cuman nanya. Masa nanya aja lo bilang ngawur, sih?"

"Ah! Pokoknya gak usah dijawab, Wan."

"Ap...."

"Iya." potong Arwan. Ketiga orang yang ada dalam ruangan itu seketika diam.

"Apa, Wan?" tanya Amel mewakili pertanyaan Sari.

Arwan menghela nafas lalu berujar dengan mantap. "Ya. Saya suka dengan kak Sari."

Sari tidak percaya! Sungguh! Dia sama sekali tidak percaya kalau Arwan punya perasaan padanya. Tapi, dia teringat sesuatu. "Hahaha! Iya. Kita kan, sama-sama suka. Kalau gue gak suka sama dia, ngapain juga gue biarin dia masuk ke sini. Arwan juga suka sama lo, Mel, Nita, Hera, bahkan Arwan pasti juga suka sama Kak Imran. Kalu gak suka mana mungkin kita temenan. Hahaha!"

Imran menyipitkan mata. Sari ini kelihatan sangat gugup.

Arwan mendesah. Bukan 'suka' itu yang dia maksud. Tapi suka cowok ke cewek. Tapi walaupun ingin mengatakan 'suka' yang dia maksud, ia memilih diam.

"Sar? Lo gak ngerti perasaan dia." ujar Imran yang membuat Arwan menundukkan wajahnya.
Sari hanya diam. Imran lalu berdiri dan menghampiri Amel. Dia menarik Amel keluar dari ruangan itu meninggalkan Arwan dan Sari. Sari melirik Arwan. "Maaf." lirihnya.

"Nggak apa-apa."

***

Imran membawa Amel masuk ke dalam mobilnya. Mereka terdiam cukup lama. Imran sama sekali tidak menjalankan mobilnya.

"Siapa dia?"

"Hah?"

"Cowok yang di kamar Sari."

"Oh." diam sebentar, Amel lalu menjawab. "Dia Arwan. Satu angkatan dengan Hera. Dari dulu mereka emang dekat. Di..."

"Sari suka sama dia?" pertanyaan Imran dijawab oleh kedikan bahu dari Amel. Dia memang tidak tahu bagaimana perasaan Sari pada Arwan. Karna Sari susah banget ditebak. Sedikit-sedikit dekat Arwan, sedikit-sedikit dekat Aditya. Jadi tidak ada yang bisa memprediksikannya.

"Aditya... Dia siapa?"


"Oh. Cowok yang juga suka dengan Sari."

Imran manggut-manggut. "Sari?"

"Aku juga nggak tau, kak."

"Apa Sari punya pacar?" Amel menggeleng. Setaunya, Sari saat ini tidak punya pacar. Terakhir setaunya, Sari pacaran waktu kelas sebelas doang. Itu pun cuman tiga bulan.

"Kenapa kakak nanyain soal itu?" Tanya Amel. Dia penasaran kenapa Imran ini kepo banget.

"Hmm. Belakangan ini, Sari seperti kehilangan semangat hidup di rumah. Yah, mungkin saja saat di sekolah, dia udah ceria karna punya seseorang yang dia sayang."

"Sari orang yang ceria kok, kak. Kakak nggak perlu khawatir."

Imran hanya diam. Dia menjalankan mobilnya menuju ke suatu tempat. Karna biasanya percakapan didominasi oleh Imran, namun Imran nampaknya tidak ingin bicara, Amel juga ikut terdiam.

***

Amel mengerutkan kening saat mereka berhenti di rumah Imran. Cowok itu keluar duluan untuk membukakan pintu mobil untuk Hera. "Kenapa ke sini, kak?" tanyanya. Imran hanya tersenyum lalu mengacak rambut Amel membuat rambutnya yang selalu rapi jadi acak-acakan.

"Ih! Kak Imran!"

Imran hanya tertawa lalu lari ke dalam rumah untuk menghindari amukan Amel. Saat masuk, Amel disambut oleh Icha yang sedang belajar di ruang tamu dengan beberapa teman-temannya. Amel mengenali beberapa teman Icha yang ada di sana. Seperti Afdal, sepupu Nita dan Henry, saudara kembar Hera. Juga seorang cewek yang tidak dikenalinya. Afdal yang paling dulu melihat kedatangan Amel langsung menghampirinya dengan memasang senyum khas playboy nya.

"Hay, Kak Amel yang cantik!" sapanya.

Amel hanya tersenyum menanggapi. Baginya, sekece apapun seorang cowok, jika dia adik kelas dia akan tetap menganggapnya seorang anak kecil.

Sebuah bantal sofa melayang tepat di wajah Afdal membuat cowok itu terkejut. Amel juga sama terkejutnya. Afdal menatap garang pada teman-temannya. "Siapa yang nimpukin gue?!" bentaknya. Icha berdiri lalu berkacak pinggang.

"Gue!"

"Kenapa lo nimpuk, gue?"

"Ya. Lo sih, keganjenan. Tugas masih banyak juga!" gerutu Icha.

Afdal mengerang kesal, memungut bantal sofa dan melemparnya ke arah Icha. Icha yang sudah mengantisipasi serangan itu langsung bersembunyi dibalik punggung Ningsih, salah seorang temannya. Karna target bersembunyi, otomatis lemparan bantal itu mengenai wajah Ningsih. Ningsih mengerang kesal, menggulung lengan seragamnya.

"Awas lo, AFDAL!!"

Dan tak bisa dicegah lagi, aksi kejar-kejaran akhirnya terjadi. Ningsih dengan sekuat tenaga mengejar Afdal sambil mengumpat. Sedangkan Afdal, berlari menghindar dari serangan Ningsih. Untung saja Ratna tidak ada di rumahnya saat ini, kalau sampai dia di rumah dan melihat kelakuan anak-anak ini dia pasti akan mengamuk. Karna Ratna sangat tidak suka ada kekacauan di rumahnya.

"Afdal sialan! Berhenti nggak, lo!"

Sambil berlari, Afdal sesekali menjulurkan lidahnya mengejek Ningsih. Amel yang melihat itu, memegang perutnya yang sakit karna terlalu banyak ketawa.

"HEY!! BERHENTI NGGAK LO BERDUA!" suara bentakan yang menggelegar itu membuat semuanya terkejut bahkan Amel sekalipun.

Afdal dan Ningsih menghentikan langkah mereka. Mereka sama-sama kembali ke tempat duduk masing-masing. Keempat orang itu dengan cepat kembali mengerjakan tugas kelompok mereka.

Karna situasi sudah kondusif, Imran mengajak Amel ke kamarnya. Amel menggeleng. Dia menolak ikut. "Kenapa? Gak usah takut. Saya nggak bakal ngapa-ngapain kamu, kok."

Amel masih diam. Dia ragu untuk ikut atau tetap berada di sini. "Dengar, Mel. Saya janji nggak bakal macem-macemin kamu. Sumpah! Kalau sampai itu terjadi, nyawa saya taruhannya."

Amel mendengus geli. Berlebihan menurutnya. Dia akhirnya mengiyakan ajakan itu. Mereka naik ke lantai dua tepatnya di kamar Imran.

Keempat orang yang tadi sembunyi-sembunyi memperhatikan, langsung saling tatap. "Kakak lo, mau ngapain, Cha?" tanya Ningsih.

"Main bekel!" Afdal menoyor kepala Ningsih. "Emang lo kira kalau cewek sama cowok berduaan di kamar mau ngapain lagi, kalau bukan mes..."

PLAK!

"Lo ngomong yang nggak-nggak lagi, gue cincang lo!" ancam Icha.


***

Amel terperangah mendapati isi kamar Imran. Bukan karna kamarnya berantakan, bukan juga karna kamarnya dipenuhi buku-buku atau apalah-apalah itu yang sering ada di novel-novel. Kamar Imran dipenuhi dengan berbagai perangkat komputer yang super lengkap. Tidak heran memang, mengingat dia kuliah di jurusan IT.

Selain perangkat elektronik, dia mendapati sebuah grand piano. Dan sebuah gitar sederhana. Amel mendekat gitar berwarna pink yang membuat Amel mengernyit. Pink? Ini warna cewek! Batinnya. Namun gitar ini mungkin milik Sari, tapi mengingat bahwa Sari adalah cewek yang sama sekali tidak berbakat dalam dunia musik, ia menyimpulkan bahwa gitar ini milik Icha.


"Kamu bisa main gitar?" Imran duduk di bangku yang tersedia di depan piano itu. Amel menggeleng. "Nggak. Aku nggak bisa."

Imran tersenyum dan meraih gitar itu. "Mau saya nyanyikan sebuah lagu?"

"Mau." Amel duduk di samping Imran.

"Kamu, mau saya nyanyi lagu apa?"

Amel mengetuk-ngetukkan jarinya di dagunya. Memikirkan lagu apa yang ingin dia request pada Imran. Setelah berpikir sejenak, dia lalu menyebutkan sebuah judul lagu yang selalu menjadi lagu favoritnya.


Kutuliskan kenangan tentang
Caraku menemukan dirimu
Tentang apa yang membuatku mudah
Berikan hatiku padamu.

Takkan habis sejuta lagu
Untuk menceritakan cantikmu
Kan teramat panjang puisi
Tuk menyuratkan cinta ini.


Telah habis sudah cinta ini
Tak lagi tersisa untuk dunia
Karna tlah kuhabiskan
Sisa cintaku hanya untukmu.

Aku pernah berpikir tentang
Hidupku tanpa ada dirimu
Dapatkah lebih indah dari
Yang kujalani sampai kini.

Aku selalu bermimpi tentang
Indah hari tua bersamamu
Tetap cantik rambut panjangmu
Meskipun nanti tak hitam lagi.

Bila habis sudah
Waktu ini
Tak lagi berpijak
Pada dunia.

Telah aku habiskan
Sisa hidupku hanya untukmu
Dan tlah habis sudah cinta ini
Tak lagi tersisa untuk dunia
Karna tlah kuhabiskan
Sisa cintaku hanya untukmu.

(untukmu..... hidup dan matiku)

Bila musim berganti
Sampai waktu terhenti
Walau dunia membenci
Ku kan tetap di sini

Bila habis sudah waktu ini
Tak lagi berpijak pada dunia
Telah aku habiskan sisa hidupku hanya untukmu.

Bila habis sudah cinta ini
Tak lagi tersisa untuk dunia
Karna tlah kuhabiskan
Sisa cintaku hanya untukmu

Karna tlah kuhabiskan
Sisa cintaku hanya untukmu


VIRGOUN~~ Surat cinta untuk Starla.





🌸🌸🌸🌸🌸🌸





Thanks yang masih setia baca dan nyumbang bintang di sini.

Thanks ya! Jangan bosan-bosan baca kisah 4 J ini.

thankyu! Emmuach 😘😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

31M 2M 103
1# Mavros Series | COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerit...
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
1.3M 97.7K 43
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
2M 328K 66
Angel's Secret S2⚠️ "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Angel's Secret- •BACK TO GAME•...