NaCl

Por juunishi_master

32.6K 2.8K 816

Ini cerita dari teman online sepupuku. Katanya di kota tempatnya tinggal ada urban legend tentang sebuah apot... Más

0. Castle
1. Insomnia
2. Genius
3. Mother
4. Wild
5. First Strike
6. Explosion
7. Shelter
7.5 Phone Call
8. Kids
8.5 Unwelcome
9. Third Eye
10. Old Teacher
11. Hellsing
12. Home Sweet Home
12.5 Garis Ley
13. Chaos Ensues
14. Jabberwocky

15. Reconnection

824 78 37
Por juunishi_master

Empat puluh tahun tambahan usia hidup Saltman tidak membuat pria botak itu kebal dengan apa yang ia alami selama beberapa bulan terakhir. Saltman (harusnya) butuh lebih dari lima jam istirahat untuk memulihkan dirinya.

Si kembar tidak begitu berbaik hati memberinya lebih dari lima jam itu.

Setelah apa yang terjadi semalam, emosi si kembar tidak bisa ditebak. Mereka berdua sudah berhasil mendapatkan "rumah" mereka, kecuali satu ruangan tempat di mana ayah keduanya berada. Ini saja sudah membuat mereka marah—dan "marah", berdasarkan pengalaman Saltman selama ini, adalah hal ekstrem untuk kapasitas Nate dan Chloe. Mereka nyaris tidak pernah marah.

Lalu salah satu dedengkot kelompok Hellsing itu meledakkan granat sebagai usaha terakhirnya (mencoba) memusnahkan Nate dan Chloe. Badan orang itu hancur jadi serpihan, Saltman cukup yakin, tapi ledakan granatnya sendiri tidak sampai melukai Nate dan Chloe yang saat itu berwujud boneka-kadal-tambal-sulam raksasa. Jaket mereka, yang merupakan komponen utama pembentuk wujud boneka-kadal-raksasa, hangus dan compang-camping. Terakhir Saltman lihat, si kembar mengibaskan jaket masing-masing beberapa kali dan saat dikenakan kembali, kedua lengan jaket mereka tidak ada. Selain bekas jahitan, kedua lengan mereka penuh oleh tato baru—lingkaran-lingkaran sihir yang saling terhubung dan masing-masing dikelilingi tulisan Latin dan simbol-simbol.

Seingat Saltman, tato itu tidak ada di sana sebelumnya. Si kembar mungkin membuatnya untuk membantu mereka melakukan sihir dimensi yang tak pernah mereka coba sebelumnya.

"Hei," suara Detektif Kane mengembalikan pikiran Saltman dari awang-awang, "kopi, Bung Botak?"

Anak lelaki bernama Benny yang duduk di sisi lain meja restoran mendengus geli. "Bung Botak," ulangnya.

"Boleh," jawab Saltman. Chris Kane menggeser satu cangkir kopi ke arah Saltman.

"Bukan yang paling bagus," bisik Chris. Ia mengendus kopinya. "Baunya mirip-mirip tanah basah kena hujan daripada kopi betulan, tapi ini bisa diminum. Murah, tidak beracun, dan kafeinnya ada."

Saat ini Saltman, Chris, Benny, dan satu anak lagi yang bernama Lang tengah berada di restoran murah meriah yang terletak di ujung blok, kira-kira tiga blok jauhnya dari lokasi bekas apotek. Restoran ini buka 24 jam, menyajikan masakan cepat saji semacam burger, kentang goreng, roti isi, pai, kopi, dan teh. Rasa masakannya jangan ditanya: standar. Nate dan Chloe akan langsung mencelanya. Mereka memang bisa membuat masakan yang rasanya seratus kali lebih baik.

Saltman sepertinya akan sukar melepaskan pikirannya dari kedua homunculus itu hari ini ....

Nate dan Chloe menugasi Saltman mengurus Benny dan Lang, sementara si kembar dan si Tudung Merah—namanya Daniel, kalau Saltman tidak salah—mengurusi sisa-sisa interupsi yang dilakukan Hellsing. Daniel masih kelihatan lemah karena luka-lukanya, tapi dia menunjukkan niat untuk membantu sebisanya. (Anak baik, pikir Saltman.)

"Kalau kita duduk berempat seperti ini," kata Benny, "rasanya aku dan Lang jadi seperti anak adopsi pasangan homo."

Saltman dan Chris sama-sama menggeser posisi duduk masing-masing, kira-kira sepuluh senti jauhnya. Benny terkekeh, kelihatan senang celetukan kasarnya berhasil.

"Aku punya anak dan istri, kalau kalian butuh tahu," kata Chris.

"Ah, apa kabar anakmu?" tanya Saltman, teringat bahwa harusnya si kembar memantau perkembangan anak Chris saat insiden terjadi.

"Tidak ada masalah." Chris tiba-tiba kelihatan bersemangat. "Dia sehat dan sudah kembali ke sekolah. Agak susah menyusul pelajarannya, tapi kurasa dia bisa. Dan dia akan punya adik! Tiga bulan lagi kira-kira. Adik laki-laki!"

"Selamat," kata Saltman. Kegembiraan Chris menular, membuat perasaan Saltman lebih baik saat si pelayan restoran meletakkan burger dengan daging agak terlalu kering dan spageti dengan saus terlalu encer di depannya. "Sudah memikirkan nama?"

"Ada beberapa." Chris menggigit burgernya. "Aku dan istriku belum sepakat yang mana. Aku suka nama Klause, tapi istriku lebih suka Quentin. Jauh sekali, kan? Alia malah bilang 'Jake', seperti nama tokoh film kartun favoritnya ...."

"'Jake' keren tuh." Benny menyeringai.

Chris bergumam dan mengangguk perlahan. "Memang tidak sepasaran 'Jack' sih. Heh, bagaimana kalau 'Jacques'?"

"Seperti orang Perancis." Benny memasukkan gulungan tebal spageti di garpunya ke dalam mulut.

Kesan pertama Saltman pada Benny tidak seberapa bagus. Gerak-gerik dan tampang anak itu menunjukkan perlawanan. Bicaranya pun kasar. Saltman sedikit banyak paham bahwa anak ini mungkin berasal dari "keluarga timpang", tapi dia tetap tak seberapa menyukai Benny.

Lang jauh lebih bisa dtolerir. Bahasa Inggris anak itu terbata-bata, namun cukup bagus untuk mengutarakan sesuatu, mengajukan dan menjawab pertanyaan. Dia pendiam, penurut, dan badannya lebih kecil dari Benny. Meskipun kelihatannya logis kalau Benny menindas Lang, anak yang lebih besar itu terlihat menjaga dan mengawasi Lang.

Kalau Saltman tidak salah ingat, si kembar berkata padanya dan Chris untuk mengembalikan Lang pada orang tuanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Dari mana si kembar bertemu kedua anak ini?

Saltman merasa ia melewatkan episode penting dari rangkaian kejadian ini.

***

Chris Kane agak keberatan saat ia tiba-tiba dihubungi dan dimintai tolong bekerjasama dengan seorang kaum Tudung Merah mencari si kembar dan me-entah-apa-kan kembali rumah mereka.

Sekarang, ketika si kembar memberinya pekerjaan mengembalikan Lang—seorang anak imigran; kemungkinan besar imigran ilegal—pada keluarganya, bagian dari perjanjian si kembar pada anak itu, Chris minta bayaran yang pantas.

"Aku tidak bisa memberi kalian layanan gratis kali ini," kata Chris. Ia berdiri di bawah lampu, dekat meja yang biasa ditempati si kembar, sementara kedua sosok berjaket itu terlihat sebagai siluet bayangan di atas salah satu rak. Chris tidak berani meninggalkan lingkaran cahaya untuk mendekati si kembar. Aroma keduanya "salah", seakan-akan emosi mempengaruhi aroma tubuh Nate dan Chloe.

"Yaa ...."

"Memang tidak pantas kalau kau kerja gratis lagi."

"Berapa biayanya?"

"Tiga ratus jam. Kalikan lima puluh," jawab Chris

Salah satu dari si kembar melompat turun dari rak. Entah Chris salah melihat atau apa, tapi tiba-tiba saja Nate sudah tinggal tiga meter darinya. Cahaya lampu membuat wajah Nate berbayang-bayang. Normalnya, melihat seseorang menyeringai dan tertawa-tawa tak jelas akan membuat siapapun yang melihatnya takut. Dalam kasus Nate dan Chloe, melihat mereka bertampang serius atau datar justru lebih menakutkan. Lebih-lebih dengan cara mereka membuka mulut untuk bicara saat bertampang seperti itu: lawan bicara mereka pasti akan melihat gigi-gigi tajam keduanya dan teringat kembali bahwa Nate dan Chloe bukan manusia.

"Uang muka," kata Nate, melemparkan segulung lembaran uang kertas pada Chris. "Dua ribu. Cukup, kan?"

"Lebih dari cukup."

"Ajak Saltman."

"Kalian tidak membutuhkannya di sini?"

"Kau membutuhkannya untuk mengontak kami. Dan scrying. Saltman bisa sihir-sihir praktis."

Sosok Nate tiba-tiba sudah berada di rak yang agak jauh lagi. Chris mulai bingung dengan persepsinya akan ruang dan dimensi di tempat ini. Penciuman dan pendengarannya tidak mengelabuinya, itu yang ia ketahui pasti, tapi visual? Chris tidak yakin.

"Aku akan mengabari kalian secara berkala," kata Chris. "Akan kuselesaikan pekerjaan ini secepatnya."

"Kami mengharapkan berita bagus," balas si kembar dari kejauhan.

***

Mencari orang bukanlah pekerjaan baru untuk Chris. Ketimbang mendapat klien yang menyuruhnya menguntit pasangan yang dicurigai berselingkuh, Chris justru lebih sering mendapat pekerjaan mencari orang-orang yang membawa kabur uang perusahaan, penipu-penipu kelas teri, dan mereka yang mangkir dari kewajiban membayar hutang. Sekali, dua kali, Chris juga diminta mencari imigran yang data dirinya tidak jelas, jadi Lang bukan kasus istimewa.

Yah ... sedikit lebih sulit karena Lang tidak lancar berbahasa Inggris. Untungnya, Saltman paham bahasa Mandarin dan berhasil mendapatkan sejumlah informasi seperti nama orang tua, tanggal mereka memasuki negara ini, dan ciri-ciri serta nama kapal yang mereka gunakan menyeberangi lautan. Chris langsung mengontak beberapa temannya untuk menggali lebih banyak informasi.

"Kukira yang namanya detektif itu mendatangi bar dan menggebuki orang sebelum dapat sesuatu."

Chris diam-diam merasa kalau Benny tertarik dengan pekerjaannya (atau mungkin dia tertarik dengan identitas asli Chris sebagai Putra Purnama). Anak lelaki itu mengikuti Chris tanpa diminta, melontarkan komentar-komentar yang menunjukkan kekecewaannya karena pekerjaan detektif tidak sesuai bayangannya, namun tidak membuat masalah.

"Aku beberapa kali mendatangi bar dan berkelahi," aku Chris.

Mata Benny melebar. "Serius?"

"Biasanya mereka memukulku duluan. Mungkin untuk orang mabuk, tampangku ini tampang minta dipukul. Tapi, ya, aku pernah dikeroyok teman-teman targetku. Dia anggota geng."

"Kau menang melawan mereka? Sendirian?"

Chris menyeringai. "Memangnya cuma dia yang boleh punya geng? Aku dan tukang pukul bar itu bersahabat, jadi itu pertarungan dua lawan lima."

Saltman, Lang, dan Benny tinggal di sebuah motel, walaupun Chris tahu betul Saltman punya uang untuk tinggal di hotel bintang lima selama sebulan, bahkan mungkin setahun. Motel tempat mereka menginap tidak bobrok-bobrok amat, malah sepertinya layak disebut "hotel" seandainya ada pegawai yang rutin membersihkan kamar setiap pagi.

Karena masih tahap mengumpulkan informasi, Chris lebih banyak bekerja dari rumah atau menemui kenalannya untuk ditanyai. Ia hanya mampir sesekali ke motel untuk mengabari perkembangan penyelidikannya dan meminta bantuan Saltman menanyai Lang.

Di kunjungan Chris yang ketiga, Benny tidak lagi ragu dan berkata, "Kalau setelah ini kau pergi ke suatu tempat, aku mau ikut."

Chris mengangkat alis. "Kau penasaran dengan caraku bekerja?"

"Jangan sok tahu! Aku cuma ingin memastikan kau bekerja dengan benar! Bukan makan gaji buta dan sok memberi laporan padahal cuma ongkang-ongkang kaki bergosip di kantormu!"

Chris menyeringai, sengaja menarik bibir atasnya lebih jauh sehingga taringnya terlihat.

"Yeah, ikutlah. Asal kau tidak membuat masalah." Chris mengendus udara. "Dan jangan kebanyakan minum soda. Tidak bagus untuk gigi, apalagi kalau kau jarang gosok gigi."

Benny bersendawa. Anak lelaki itu memelototi Chris, jelas tidak mengira sang detektif tahu soal soda yang diminumnya.

Anak yang menarik, pikir Chris. Kelihatannya waspada dan bisa berpikir cepat. Sikap defensifnya mirip anak-anak yang besar di jalanan. Kemungkinan ... anak dari keluarga broken home?

Pekerjaan Chris berlangsung relatif lancar. Seperti kata si kembar, Saltman terbukti berguna. Pria botak itu membantu Chris beberapa kali dengan sihir ketika pencarian Chris menemui jalan buntu. Saat akhirnya Chris memastikan bahwa orang tua Lang berada di negara bagian lain, Saltman mengajukan diri untuk mengantar Lang.

"Aku memang tidak pernah punya keluarga, tapi aku tahu kau tidak ingin jauh-jauh dari istrimu yang sedang hamil," kata Saltman.

"Pak Botak—"

"Namaku Saltman."

"Saltman, kau baik sekali." Chris merentangkan tangan, hendak memeluk si alkemis botak sebagai ungkapan terima kasih, tapi akhirnya tidak jadi. "Akan kuganti semua biaya perjalananmu."

Saltman mengibaskan tangan. "Tidak perlu."

Setelahnya baru Chris tahu bahwa Saltman punya kartu kredit tanpa batasan.

"Si Botak itu diam-diam punya banyak uang," desis Benny tak percaya. Ia naik ke dalam mobil Chris, duduk di kursi penumpang, dan mengenakan sabuk pengaman. "Gila. Aku tidak menyangka."

"Untuk alkemis seperti Saltman, sebenarnya mengurusi soal tabungan dan keuangan cukup merepotkan," ujar Chris. "Dia sudah hidup mungkin sekitar seratusan tahun. Nasabah bank kan tidak hidup sampai selama itu, jadi dia harus berhati-hati. Jumlah uang yang ia tabungkan pun akan mencurigakan kalau terlalu banyak."

"Kukira kalau sudah jadi manusia abadi, alkemis-apalah-itu, vampir, dan manusia serigala, semuanya santai dan enak."

"Justru kami harus lebih berhati-hati." Chris menginjak rem, berhenti di lampu merah. "Ralat sedikit, kami, Putra Purnama, tidak cuma berwujud serigala dan kami bertambah tua seperti manusia normal."

"Oh? Kukira kalian abadi." Benny kali ini kelihatan benar-benar tertarik. "Dan tidak cuma berwujud serigala?"

"Di Asia kau bisa menemukan yang berwujud babi hutan, rubah, dan harimau. Agak di selatan negara ini, macan tutul dan singa gunung. Di daerah ini, lebih banyak serigala dan coyote."

"Kalau kau atau man—Putra Purnama menggigitku, aku akan jadi seperti kalian?"

Chris terkekeh. "Tidak. Kemampuan kami adalah faktor genetik. Kalau kau menikah dengan seorang Putra Purnama, nah, ada kemungkinan anakmu adalah Putra Purnama juga. Kami cenderung membatasi pernikahan dengan sesama Putra Purnama lainnya untuk menjaga rahasia. Itu sebabnya jumlah kami tidak banyak. Tahun-tahun belakangan ini tahun baik. Manusia biasa yang mengantagoniskan kami sudah berkurang jauh, jadi ada lebih banyak pilihan calon pasangan. Ngomong-ngomong, kau tidak mungkin tinggal di motel lagi. Di mana rumahmu? Kuantar pulang."

"Ke motel saja. Si Botak bilang dia bayar untuk sebulan. Masih ada sekitar dua minggu lagi."

"Yakin?"

"Aku tidak punya rumah," gerutu Benny akhirnya. "Aku mau pulang ke mana? Si kembar gila itu sudah tidak membutuhkanku maupun Lang. Lang sudah tahu di mana orang tuanya berada, jadi dia bisa pulang. Aku? Aku tidak punya rumah."

Insting yang membuat Chris memilih pekerjaan sebagai detektif swasta, mendorongnya untuk bertanya lebih jauh soal pernyataan "tidak punya rumah". Instingnya sebagai seseorang yang pernah berurusan dengan banyak tipe manusia maupun bukan manusia, menyuruhnya diam saja. Chris punya dugaan bahwa Benny diusir dari rumahnya sendiri karena suatu hal.

"Kau suka steik tidak?" tanya Chris akhirnya.

"Belum pernah makan." Benny mengangkat bahu. "Mungkin suka."

"Oke," Chris membelokkan mobilnya, "ayo, kita makan steik. Aku traktir."

Mungkin, pikir Chris, Curtis punya pekerjaan dan kamar kosong untuk anak ini.

***

Udara hangat daerah selatan dan permukiman imigran Asia membuat Saltman teringat pada daerah-daerah yang pernah ia kunjungi bertahun-tahun lalu, sebelum perang dunia pertama terjadi. Dia sedikit ingin berkunjung lagi, namun tak yakin situasinya memungkinkan untuk saat ini.

Saltman disambut dengan sangat baik oleh keluarga Lang. Sang alkemis terpaksa mengarang cerita—dibandingkan menulis naskah, Saltman lebih senang menulis makalah sains—dan membuat dirinya berjasa lebih besar daripada kenyataannya. Kisahnya menyebar secepat kebakaran hutan di permukiman itu, sampai-sampai ketika Saltman membeli beberapa jenis bubuk herbal yang menarik untuk dijadikan bahan proyek alkimia kecil-kecilan, si pemilik toko memberikan semuanya secara cuma-cuma, bentuk ungkapan terima kasih meskipun si pemilik toko sama sekali bukan kerabat keluarga Lang.

Jika dipikir baik-baik, ini adalah kesempatan besar bagi Saltman untuk lepas dari keterikatannya dengan si kembar. Dia berada ratusan kilometer jauhnya dari Nate dan Chloe, membawa cukup uang tunai dan kartu kredit, dan Saltman tidak begitu terbelakang soal pemakaian teknologi maupun perkembangan zaman.

Nyatanya, di hari ketiga, Saltman merindukan ruang bawah tanah remang-remang dengan deretan lemarinya. Ia bahkan tanpa sadar berlama-lama di sebuah apotek yang ditata mirip dengan apotek yang dijaganya dulu, sebelum hancur terkena ledakan sihir.

Aneh. Padahal selama ini Saltman melayani si kembar lebih karena perintah gurunya dan karena ia takut pada kedua homunculi itu.

Gurunya.

Guru. Di mana dia berada sekarang? Apa dia baik-baik saja?

Saltman mampir membeli koran dan makan siang sebelum kembali ke tempatnya menginap. Ia mengecek tanggal, lalu merencanakan pergi ke biro perjalanan besok pagi untuk memesan tiket.

Sebuah berita di halaman tujuh membuat Saltman tersedak.

PRIA TUA MISTERIUS DI RUANG BAWAH TANAH TERSEMBUNYI

Diduga Korban Praktik Sihir Oleh Kelompok Pagan

Saltman membaca habis berita itu secepat mungkin. Setelahnya, ia turun ke bawah dan meminjam telepon.

"Mr. Kane, sungguh, aku tidak bermaksud merepotkanmu, tapi aku butuh bantuanmu menyampaikan pesan pada Nathan dan Clarice," cerocos Saltman segera setelah ia mendengar suara Chris Kane menjawab. "Bilang pada mereka, Guru ada di Kota Salmo."

Comte de Saint-Germain, guru Saltman, ayah Nate dan Chloe, ada di Salmo.

Dan polisi—manusia-manusia biasa—menemukannya.

Sama sekali bukan berita baik.

Seguir leyendo

También te gustarán

280K 22.7K 49
⚠️SLOW UPDATE ⚠️ Kisah menyegarkan seorang gadis cantik, pemberani dan pintar bersama peri yang akan memandunya di setiap cerita. Mereka berdua akan...
3.2M 315K 87
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya.
622K 29.5K 40
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...