Undetected Love

By kuroshironekore

45.2K 2.4K 243

Ketika kesetaraan secondary sex telah terjadi dimana alpha tidak lagi di segani oleh dunia. Baik alpha, beta... More

Meet You
Our Bond
You're mine now!! R-??
Don't worry
Just black again
I Want You
Big Brother
-Ekstra R???-

Bright and Cloudy

3.9K 200 23
By kuroshironekore

*peringatan: no edit yha*

Matahari bersinar dengan teriknya. Silau dan panas. Sekarang banyak orang menghabiskan waktunya dengan bersantai dirumah. Dibawah pendingin ruangan. Musim yang sering ditunggu-tunggu dan tempat sebagian orang membuat kenangan yang indah atau pahit. Ya, sekarang saatnya musim panas mulai bersinar. Semua pelajar sudah menuntaskan ujian tengah semesternya termasuk mahasiswa.

Bedanya pelajar akan dibebankan tugas selama libur musim panasnya. Tapi Naruto dkk tidak lagi harus mengerjarkan 'Sang Perusak Suasana'. Sekarang dirinya benar-benar bebas menikmati libur musim panasnya. Yah, kecuali ada dosennya yang tiba-tiba menyuruhnya ke kampus untuk menggantikannya mengajar para pengulang. Semoga saja tidak ada bunyi dering telepon dari handphonenya itu.

Kini Naruto sedang bersantai-tiduran di sofa panjang-sambil menikmati sejuknya pendingin ruangan di apartemen Sasuke. Teman-temannya sudah mengajaknya dan Sasuke untuk pergi liburan tapi Naruto menolaknya. Sepertinya ia sangat cinta dengan pendingin ruangan itu. Ckckck lama-lama pendingin ruangannya dibuang loh Naru kalau kamu lebih sayang sama kotak pendingin itu.

Sasuke sendiri tidak masalah jika waktu liburannya hanya dihabiskan berdiam diri di apartemennya. Dirinya tidak terlalu suka berada di tempat yang ramai dengan orang. Pergi ke tempat wisata dengan cuaca yang panas lalu berebut oksigen dengan orang banyak. Itu ide yang buruk dan sangat melelahkan.

Jika Naruto sekarang sedang tidur-tiduran di sofa sambil menikmati sejuknya udara dari air conditioner maka Sasuke duduk di sofa dan membiarkan pahanya menjadi bantal bagi Alphanya. Mata kelamnya dibingkai kacamata satu tangannya menumpu pada pinggiran sofa dan memindahkan berat beban kepalanya dari leher ke punggung tangannya, membiarkan pipi putihnya menempel di punggung tangannya, sementara yang lain memegang sebuah light novel. Matanya bergerak menyusuri setiap kata kadang berkedip sehingga bulu mata yang panjang itu lebih terlihat.

Naruto diam-diam memandangi dari bawah wajah Omeganya. Entah sudah berapa kali dirinya terkagum-kagum dan jatuh cinta pada mahkluk hitam satu ini. Indah dan juga sangat rapuh. Salah satu tangan alpha muda itu naik. Mencoba menjangkau wajah itu. Ingin kembali merasakan betapa lembutnya kulit putih itu. Sasuke merasakan ada yang memperhatikannya dari tadi lalu saat menoleh sebuah tangan menyentuh pipinya dengan sangat hati-hati.

Sesaat matanya melebar. Agak terkejut. Lalu detik berikutnya sebuah senyum tipis dan sedikit rona merah di pipinya. Ia mendekatkan lagi wajahnya ke tangan itu dan menyembunyikan matanya. Perlahan mencoba mengusapkan pipinya ke tangan itu. Mata biru itu benar-benar terpikat bahkan tak rela untuk berkedip.

"Naru.", panggil Sasuke pelan. Mata kelamnya kembali terlihat. Bertemu dengan langit musim panas.

"Hm.", gumam Naruto membalas pernyatan dari ravennya. Warna hitam itu membuat dirinya makin jatuh ke dalam perangkap. Mengurung hatinya.

"Ada apa?", tanya Sasuke. Suaranya terdengar lembut. Perlahan kepalanya mendekati wajah Naruto. Entah mengapa tangan yang membelai wajahnya mulai turun perlahan. Hingga jarak antara keduanya mulai menipis.

Rasanya sedikit lagi bibir mereka akan bertemu. Tapi pandangan keduanya tidak teralihkan. Lurus menatap. Seolah-olah saling menghipnotis. Hembusan nafas bertemu. Menyapu wajah.

"Kau belum makan apa-apa, Sasuke. Dan sekarang hampir jam makan siang.", ucap Naruto dengan nada khawatir. Matanya masih menatap lurus mata pasangannya.

"Aku.. Sudah biasa.", jawab Sasuke pelan. Naruto meringgis dalam hati mendengar jawaban itu. Sepertinya pasangannya sudah biasa tidak makan seharian atau mungkin beberapa hari.

Naruto menggulum senyum pahit. Tangannya yang tadinya mengelus pipi Sasuke beralih ke belakang kepala dan mendorong sedikit hingga kedua bibir itu bertemu. Manik Omeganya sempat melebar. Ciuman lembut tanpa maksud apa pun.

Tak lama Sasuke menyudahinya. Dilihatnya Naruto kembali tersenyum dengan senyum cerahnya dan mengacak-acak surai hitamnya.

"Walaupun begitu kau harus tetap makan! Saa, ayo makan.", ajak Naruto lembut sambil bangkit dari sofa. Sasuke cukup terpana, namun kembali mengembangkan senyumnya dan menjawabnya dengan gumam khasnya. Ia beranjak dari situ dan mengikuti langkah alphanya ke dapur. Semoga saja masih ada bahan yang dapat di olah di dalam kulkasnya. Rasanya malas sekali keluar. Bukan. Rasanya ia tidak mau bertemu dengan...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sebuah rumah bergaya sangat tradisional jepang. Cukup besar. Ditengah-tengah rumah itu ada beberapa taman dengan berbagai tema. Sebuah taman dengan kolam kecil tidak ada rumput hanya bebatuan kecil yang menjadi karpet. Beberapa ikan koi berukuran cukup besar menjadi penghuni kolam tersebut. Pagar bambu kecil membatasi taman itu dengan taman lainnya.

Tuk..... ...... Klok...... ...... Tuk....

Sebuah bambu berukuran sedang. Dilubangi disalah satu sisinya dan air masuk dari situ. Setelah agak penuh bambu itu akan turun dan menumpahkan air yang ditampungnya kemudian akan naik lagi dan kembali menampung air. Begitu seterusnya. Air tersebut jatuh ke atas kolam sehingga bebatuan itu tetap kering.

Ruangan yang berada tepat di depan taman itu pintu shojinya terbuka lebar. Membuat sinar matahari masuk memenuhi ruangan itu. Angin berhembus pelan. Di ruangan itu hanya ada sebuah meja kayu persegi dengan kaki yang pendek dengan vas kosong di tengah-tengahnya. Sebuah teh tersaji. Seseorang tengah diam menempati ruangan itu.

Tanganya terdapat beberapa lembar foto. Dari yang berumur lama hingga yang terbaru. Senyuman terukir di wajah putihnya. Ia mengenakan yukata berwarna biru muda senada dengan langit pada hari itu tapi bertolak belakang dengan warna rambutnya. Merah.

"Sasori-sama.", panggil seorang pelayan dari luar ruangan itu. Sementara yang dipanggil merasa terusik. Ia tidak menjawab panggilan pelayannya sambil meletakan foto yang dari tadi ia lihat.

"Sa-sasori-sama.. Itu mereka sudah tiba.. Mo-mohon segera datang ke-"

Graaakk...

Pintu shoji dibuka dengan lebar dan kasar. Tanpa melirik atau menjawab pelayan tersebut. Si rambut merah itu pergi melenggang dari sana. Membiarkan pelayannya yang sudah ketakutan larut dalam pikirannya. Apa yang nanti ia terima karena sudah mengusik kesenangan tuannya. Semoga badan dan kepalanya masih utuh. Beruntung jika ia dipecat dari sini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Mereka kembali bertemu tapi kali ini bukan di luar tapi di dalam kandangnya.", ucap Sai memberikan laporannya dengan serius.

"Karena itu kita tidak bisa mengawasinya.", Tambah Neiji dengan tenang.

"Akasuna no Sasori. Ia cukup pandai menyembunyikan dirinya dan segala urusannya dibawah.", kata Itachi pelan.

Ketiga berada di kantor Itachi lebih tepatnya diruangan pribadinya. Itachi dudul di kursinya dan dua orang yang memberikan laporan ke Itachi berdiri di depannya. Suasana tegang meliputi keduanya.

"Ngomong-ngomong Itachi-sama boleh kah aku duduk? Dari tadi pegal berdiri terus." tanya Sai dengan senyum tanpa memperhatikan kata-katanya sendiri. Sedangkan Neiji hanya melototi Sai yang berada di sebelahnya. Itachi menghela nafas.

"Iya, silahkan. kalian berdua duduklah.", jawabnya singkat. Sai dan Neiji duduk di sofa yang berada di belakang mereka.

"Sasori-san lebih dikenal sebagai orang pemegang perusahaan kain untuk bahan pembuatan kimono dan yukata. Mereka juga membuat kimono dan yukata cukup laris dipasaran.", jelas Sai.

"Akhir-akhir ini mereka juga mencoba menjual hiasan kepala.", lanjut Neiji. "Di masyarakat Sasori dikenal sebagai salah satu beta yang kuat mampu bersaing dengan perusahaan lainnya dimana dipimpin oleh alpha. Tapi dibawah ia dikenal..", tambah Neiji namun menggantung di akhir kalimatnya.

"Penyetok organ tubuh illegal kah? Atau kolektor sebagian tubuh manusia?" ucap Itachi.

"Mengambil bagian yang ia suka dan sisanya ia jual. Hahaha orang ini sangat pintar mengubah hobbynya yang mengerikan dan menjadikannya bisnis yang kotor. Kira-kira bagian apa yang dia suka? Hahaha.", Ucap Sai sambil terkagum.

"Jangan menjadikan ini bahan leluconmu Sai. Aku muak mendengarkannya.", Tegur Neiji jijik.

"Ah, maafkan aku senpai(?)", jawabnya dengan nada tanya diakhir. Rasanya Neiji ingin menjitak kepala Sai sehabis ini selesai.

"Dan orang ini mengincar Sasuke.", ucap Itachi sambil menghela nafasnya panjang. Dua orang di depannya langsung terdiam dan menatap ke arah Itachi.

"Itachi.. Dari semua penyelidikan yang kita lakukan selama ini. Ada hal yang selalu membuatku penasaran.", kata Neiji pelan. Itachi menatap Neiji seolah berkata 'silahkan lanjutkan'. "Sasuke.. Ya, mungkin ia diincar oleh Sasori.. Atau lebih tepatnya menjadi bahan pertukaran oleh Obito dengan Sasori. Menurutmu Sasuke akan ditukar dengan apa? Ah... Maksudku jika Obito menyerahkan Sasuke lalu apa yang diserahkan Sasori?", tanya Neiji dengan menautkan kedua alisnya.

"Hal apa yang didapat oleh Obito-san dari Sasori jika ia memberikan Sasuke-sama?", jelas Sai yang mulai mengerti inti ucapan Neiji yang agak rumit sambil memegang dagunya dengan sebelah tangan.

Itachi berpikir sejenak. Dulu rasanya Obito periang hampir persis berisik seperti Naruto, mate adiknya itu. Tapi semenjak kejadian Obito mencoba menabrakan dirinya dengan mobil dan berakhir setengah wajahnya hancur karena mencium aspal. Dokter juga mengatakan ingatan Obito agak kacau oleh benturan dan Depresi hebat.

Tapi apa yang membuatnya begitu depresi? Memang perbedaan umur mereka terlampau jauh. Saat kejadian yang menimpa Obito ia berumur 7 tahun dan Sasuke 2 tahun, sedangkan Obito 22 tahun.
Itachi sendiri tidak terlalu ingat. Karena keluarganya sendiri hanya ribut untuk beberapa hari lalu tidak ada yang pernah membahas masalah ini terlalu jauh.

Mungkin karena kakeknya. Madara mungkin dapat menutup paksa orang-orang yang tidak punya rem dimulutnya.
Itachi mencoba mengingat sesuatu. Rasanya Obito mempunyai pelayan khusus. Tapi rasanya orang itu sudah lama terlihat sosoknya didekat Obito. Rasa penasaran menggerogoti Itachi.

"Sai.", panggil Itachi.

"Ya, Itachi-sama.", jawab Sai dengan senyumnya.

"Coba cari di seluruh kediaman Uchiha, seorang pelayan bernama 'Rin'.", Ucap Itachi dengan tenang tapi tidak dengan hatinya.

"Hee... Rasanya sulit menemukan satu orang di lingkup yang terlalu luas, belum lagi tempat rahasianya cukup banyak, Itachi-sama.", keluh Sai dengan senyuman masih diwajahnya.

"Lihat dengan mata kepalamu apakah orang itu masih hidup atau tidak dan cari informasi tentang orang itu. Aku yakin tugas ini terlalu membosankan bagimu.", balas Itachi dengan pelan.

"Orang yang bernama Rin itu. Apakah mempunyai hubungan khusus dengan Obito?", tanya Neiji heran.

"Entahlah.", jawab Itachi singkat. Kedua orang didepannya kebingungan dengam jawaban yang diberikan oleh Itachi. "Tapi seingatku hanya dia yang sangat dekat dengan Obito daripada Kakek maupun orangtuanya sendiri.", tambah Itachi pelan.

Mungkin saja orang yang bernama Rin itu sangat spesial dimata Obito. Begitu berharga. Bagaimana jika ada hubungan yang serius diantara mereka?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Bukannya aku tidak ingin bertemu dengan kalian."

"Setidaknya ganti suasana, Namikaze-san."

"Apa? Seben—"

"Baiklah, maafkanku Naruto. Tapi kenapa acara ini kau tolak juga? Kalau masalah pendingin ruangan dirumah kami juga ada."

"Bukan begitu, Gaara. Hanya saja..."

"Ya?"

"Aku hanya ingin mengabiskan waktuku dengan Sasuke saja."

"Kau bisa melakukannya dirumah kami. Bukan lebih enak jika kau juga sekalian menghabiskan waktu dengan teman-temanmu?"

"Yaaahh,, kau tahu... Sebuah arti dari kata 'privacy'?"

"........"

"Ga-Gaara? Ha-Halloo"

"Haaah... Baiklah.. Kukira sudah cukup memberikan waktu kalian berdua. Makanya kemarin aku hanya diam saja saat Kiba mengajak kita pergi ke kotanya."

"A-ah.. Hahahaha... Soal itu maaf ya."

"Sepertinya aku harus mendengar kembali keluh kesah Kiba."

"Umm... Maaf Gaara."

"Tidak apa-apa, Naruto."

"O, ya aku titip salam dan maaf kepada semuanya."

"Iya akan ku sampaikan. Sampai nanti, Naruto."

"Ya, sampai nanti Gaara."

Tuuut... Tuut... Tuuut...

Naruto memandang sejenak ponselnya. Kemudian ia menghela nafas panjang. Ia mengusap gusar wajahnya dengan sebelah tangannya. Ia merasa tidak enak dengan temannya.

Naruto dididik dilingkungan dimana ia harus menjaga sikapnya dengan omega. Orang tua dan disekitarnya selalu memperlakukan omega dengan hati-hati. Sekarang walaupun Naruto mempunyai pasangan ia tetap memperlakukan omega lainnya dengan baik.

Tapi tunggu sebentar kenapa dari kemarin teman-temannya mengajaknya liburan selalu yang mengajaknya Gaara atau Kiba. Bukannya Tuan Nanas atau Tuan Shampoo Iklan?. Beberapa guratan berada dikepalanya. Tangannya mengcengkram ponselnya kuat hampir retak.

'Sialan... mereka sengaja!' pikir Naruto sebal. Mengajak Sasuke mustahil. Mengajak Naruto jika Neiji atau Shikamaru perbandingan keberhasilannya 50:50. Jika Gaara atau Kiba mungkin perbandingannya lebih besar.

Teman-temannya ternyata sangat pintar atau licik dengan memanfaatkan sisi lemah lembutnya. Dalam hatinya ia berjanji jika ia bertemu dengan Neiji atau Shikamaru ia akan menghajar mereka. Pasti. Teman-teman tega.

* di lain sisi Neiji dan Shikamaru tiba-tiba merinding ketakutan.*

Naruto meletakkan ponselnya ditas meja kaca sebelah pintu ke kamar Sasuke. Lalu ia segera melangkan kakinya ke arah dapur. Melanjutkan membantu Sasuke memasak yang tadi sempat di interupsi oleh bunyi dering ponselnya.

Sesampainya ia tidak langsung membantu. Malah menikmati memandangi Sasuke. Dibalik apron hitam Sasuke mengenakan baju rajut krem dengan model kerah tinggi. Lengan baju yang panjang ia lipat hingg tiga perempat lengannya. Tidak lupa kacamata dengan bingkai hitam bertengger manis di hidung mancung putih miliknya. Merasa diperhatikan Sasuke mengangkat kepalanya.

"Sudah selesai?", tanya Omega cantik itu sambil menggulumkan senyum tipis.

Naruto mengusap tengkuknya. Lalu melangkah kakinya mengambil apron bermotif kotak-kotak dengan warna putih biru merah kontras dengan baju kemeja lengan pendeknya berwarna maroon. Baju kemejanya dibuka sehingga terlihat ia mengenakan kaos hitam. Ia mengenakan apron itu lalu mengambil posisi di sebelah Sasuke.

"Jadi sekarang apa yang akan kita buat?", tanyanya menghindar.

"Hei! Jawab dulu pertanyaanku, Dobe.", protes Sasuke. Alpha muda itu menghela nafas panjang. Diam beberapa menit.

"Haaa.. Bagaimana ya... Rasanya aku tidak enak dengan Kiba dan Gaara.", Jawab Naruto pasrah. Sasuke mengalihkan pandangannya ke bawah.

"Bagaimana kalau kita yang menggundang mereka ke sini?. karena kit-aku tidak ingin keluar-keluar sekarang ini.", Usul Sasuke. Ia masih tidak mau menatap Naruto.

"Tidak apa-apa Sasuke?", tanya Naruto tidak percaya dengan kata-kata Sasuke barusan.

"Ta-tapi jangan di apartemenku! Aku malas untuk membereskannya.", Jelas Sasuke dengan suara yang mengecil.

"Bukannya kau yang menggusulkan ide itu, teme.", Goda Naruto.

"Pokoknya jangan di tempatku.", Balas Sasuke cepat sambil menoleh ke arah Naruto sambil menautkan alisnya.

"Ayolah, mereka itu juga temanmu, Sasuke.", kata Naruto tidak mau kalah.

".......". Sasuke diam. Oke. Ngambek. Selamat Naru! selamat!. Bisa-bisa kamu tidur sendiri ditempatmu dan Sasu-chan engga mau ngomong sama kamu wahahahaa Mam—berisik.

Naruto menghela nafasnya. Akhir-akhir ini mood pasangan ravennya sering berubah. Seperti ramalan cuaca. Kadang cerah. Kadang mendung. Seperti sekarang. Rasanya ada yang salah. Tidak seperti biasanya.

"Baiklah, Sasuke. Akan ku ajak mereka ke tempatku bukan ke sini kok.", Ucap Naruto pelan. Ia tidak mau membuat Sasuke sedih. Cukup kemarin saja. Kali ini tidak usah. Musim dingin sudah lewat. Sekarang saatnya musim semi.

Mendengar hal itu Sasuke langsung menoleh. Matanya berbinar senang. Tuh kan. Lihat. Tadi sedih sekarang seneng banget. Rasanya Naruto ingin menepuk jidatnya tidak sekarang. Nanti saat Sasuke tidak bersamanya. Naruto hanya tertawa hambar.

"Nghh...". Tiba-tiba Sasuke memegang kepalanya. Refleks. Tadi sesaat kepalanya dilanda pusing.

"Kenapa Sasuke? Kepalamu sakit?", Tanya Naruto khawatir. Ia mendekati Sasuke. Sasuke sontak menurunkan tanganya.

"Ti-tidak ada apa-apa, Naru.", jawab Sasuke cepat. Naruto menarik tangan yang tadi dipakai Sasuke memegangi kepalanya. Sasuke langsung menoleh ke arah Naruto.

Maniknya bertemu dengan Manik biru. Terlihat rasa khawatir cemas memenuhi.

"Aku baik-baik saja, Naru.", Ucap Sasuke lagi meyakinkan.

"Jawab yang jujur Sasuke. Kepalamu tadi sakit?", Ucap Naruto meminta penjelasan. Sasuke menelan ludahnya.

"Tadi sedikit pusing.", Jawab Sasuke sambil menutup matanya. Tapi ia terkejut dengan sesuatu menempel ke dahinya dan langsung membuka matanya.

"Agak panas.", kata Naruto pelan. Ia menempelkan dahinya. Tangannya memeluk pinggang Sasuke. Sasuke sendiri mengalihkan pandangannya dan semburat merah menghiasi pipinya. Agak memalukan jika seseorang melihat mereka.

"Naru, kau tahu aku juga punya alat yang namanya termometer. Jadi jangan melakukan hal seperti ini.", cicit Sasuke pelan. Naruto tertawa pelan sambil menjauhkan dahinya tapi tidak dengan pelukannya.

"Baiklah kita lihat seberapa hebat alat itu.", Ucap Naruto sambil tersenyum lalu mengecup pelan pipi Sasuke dan membawanya ke kamar tidak lupa melepas apron yang mereka kenakan.

Sesampainya dikamar Naruto menyuruh Sasuke untuk berbaring di kasur. Lalu mencari termometer. Setelah itu ia menyelipkan ujung termometer itu di ketiak Sasuke. Mereka menunggu hasil termometer itu.

Piiip... Piip... Piiip...

"37.9°C". Hasil yang tertera dalam digit digital di termometer itu.

"Tidurlah. aku akan membuatkanmu bubur.", Kata Naruto sambil beranjak dari tempatnya. Sasuke menggangguk pelan.

Rasanya, malunya bertambah. Ia menarik selimut yang awalnya hanya sampai pinggangnya ke dadanya. Sasuke bingung padahal ia tidak keluar dari apartemenya. Mungkin ia terlalu banyak memikirkan sesuatu. Atau dirinya memang selemah ini?

Sasuke menggeleng pelan. Ia tidak boleh memikirkan apa pun lagi atau kondisinya akan turun. Ia tidak ingin Alpha bodohnya tambah khawatir. Ia hanya ingin melihat senyuman itu. Senyuman yang selalu menyilaukan. Menghangatkan hatinya. Dan yang selalu membuatnya jatuh cinta berkali-kali ke Naruto.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dibalik rimbunnya pohon bambu. Sebuah ruangan dengan pintu terbuka lebar. Sinar matahari dan hembusan angin dapat masuk menghangatkam ruangan yang berisi aura yang sangat dingin.

Dua orang saling menatap. Dibatasi meja persegi dengan kaki pendek. Yang satu dengan senyum—seringai menghiasi wajahnya. Yang satu dengan wajah serius dan tegang. Orang yang tersenyum itu meminum teh yang tersaji di depannya.

"Obito-san. Kasihan tehnya mulai mendingin.", ucap orang itu.

"Ah, iya Sasori-san.", Balas Obito tapi ia tidak mengindahkan kata-kata Sasori. Ia waspada. Bisa saja teh itu diberi obat agar ia tertidur. Ia tahu sekarang ia berada di kandang hewan buas.

Dari dulu ia selalu bersikeras jika ia membuat janji dengan Sasori kalau bisa tidak di kediaman beta rambut merah ini. Ia tahu siapa dan seberapa berbahaya orang yang tengah ia hadapi. Tapi jika orang ini tidak mengatakan bahwa kemarin perbincangan mereka ada tikus yang mencuri. Ia sekarang pasti menolak mentah-mentah untuk datang ke tempat yang meragukam untuk pulang selamat.

"Kau selalu datang di waktu yang tepat Obito-san. Makanya aku menyukaimu. Karena kau selalu membawa sesuatu yang membuat moodku lebih baik lagi.", kata Sasori tenang sambil meletakkan gelasnya.

"Hahahaa.. Aku tersanjung mendengarnya Sasori-san.", Ujar Obito dengan tawa renyah. Sasori melirik ke Obito.

"Jadi sekarang apa yang kau dapatkan?", tanya Si Merah langsung ke intinya. Sepertinya ia tidak bisa basa-basi lama-lama sekarang.

Obito menyelipkan tangannya ke dalam jasnya. Mengambil sesuatu di balik kantung bagian dalam dijasnya. Ia melempar beberapa foto ke tengah meja itu. Sasori langsung melirik ke atas meja. Tak lama wajahnya langsung mengembang seringai licik.

"Foto itu yang terbaru. Dan cukup sulit mendapatnya tanpa pengganggu lainnya.", Jelas Obito dengan tenang. Ia yakin Sasori cukup puas dengan kerjanya sekarang.

"Ini tidak buruk, Obito-san. Ah.. Yang ini terlihat begitu dekat. Aku menyukainya.", puji Sasori yang tengah keasyikkan melihat foto-foto itu.

"Jadi bagaimana denganmu? Ku yakin kau tidak akan mengecewakanku Sasori-san.", Ucap Obito dengan pelan. Sasori yang tadi merasa sangat senang tiba-tiba berhenti. Lalu menaikkan lengannya sampai diatas mulutnya sehingga lengan yukatanya menutupi badannya. Tangan satunya masuk ke celah yukata itu dan mengambil sebuah amplop coklat.

"Karena kasusnya sudah cukup lama anak-anak manisku cukup kesulitan. Dan sepertinya ada pihak yang mencoba mengubur informasi jauh ke dalam.", Ujar Sasori sambil meletakkan amplop coklat itu di sebelah foto-foto yang berserakan di atas meja itu. Obito terdiam sejenak. Menatap amplop coklat dengan alis yang bertaut.

"Demi Rin apa pun akan aku lakukan.", Balas Obito dengan menatap wajah Sasori serius. Sasori hanya tersenyum.

"Sepertinya aku harus melakukan pekerjaan ini dengan ekstra yang lebih banyak. Bayarannya tidaklah murah Obito-san.", kekeh Sasori. Obito menundukan kepalanya.

"Apapun itu, kalau demi Rin...", Ucapnya lirih. Ada nada kesedihan dan keputusasaan didalamnya. Menyayat hati.

Kau tahu luka akan terus membekas. Tanpa bisa sembuh sepenuhnya. Meninggalkan ingatan yang pahit dan sesak di dada. Luka yang menunjukan kelemahanmu juga ketidakberdayaan. Mendatangkan keputusasaan. Sebuah pertanyaan selalau muncul. Dapatkah bisa bertahan?. Hatimu yang dapat memutuskanya. Dan menunjukan seberapa kuatnya hati seseorang untuk bangkit kembali.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Or
😒😒😒😒😒😒😒😒
😵😵😵😵😵😵😵😵

Halooo hallloooo maaaafff semuaa maaffkan kuro huueee.... Kenapa baru up sekarang? Kenapa? Karena ujian dan magang HAHAHAHAHAA — HILIH ALESAN. tapi kuro emang engga punya waktu yang pas buat nulis ini heh.

Kemaren-kemaren kuro lupa set waktunya jadi maaafff hahahaa.. Dan bikin ulang... Trus karena udah lama engga buka wp kuro syok liat notif dan lainnya wuah... KALEAN LUAR BINASA EH//plak. Yang bikin syoknya BEBERAPA CHAP YANG KURO TULIS KEKNYA ADA YANG ILANG DAN KE POTONG disitu kadang kuro merasa sedih. Mungkin wpnya pundung karena kuro lagi ke asyikan baca ffn di fanfiction.net serta doujin R-18 ke atas dengan segala genre menariknya membuat mata ini seger.

Beberapa hari yang lalu kuro baru selesai nonton ace of diamond karena beberapa seiyuu kesukaan kuro maen//woi. Siapa tau disini juga ada yg kepincut wkwkwk. Kuro kepincut sama catcher megane nan ngeselin karena terlalu genteng entah mengapa kuro suka sama suara ketawanya —stop nanti engga ada habisnya. Hati kuro sudah sama pairing Misawa wahahahaaa. Sekarang lagi galau karena kebanyakkan ceritanya angst :"")) kuro teh ga kuad yang kek gitu kakak. Apa karena senpai meganenya udah lulus? Yhaaa... Jan buat makin galau//apasi

Malah curcol hahahaa moga ada Season 3 nya!!! oke udah. Makasih yang udah baca, vote, coment "lanjut" :")) dan yang ngefollow wah maaf kalian memfollow makhluk tak jelas nan gelap.

Semoga menghiburrr

Jaaaa naaaa

kuroshironekore

Continue Reading

You'll Also Like

88K 9.7K 29
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...
412K 30.6K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
302K 26.6K 51
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...
800K 58.7K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...