Would You Still Love Me The S...

By xcumbag

174K 9.9K 309

Asya Shakila Gibran Cewek berpipi gembul yang hidupnya nggak mau menye-menye kayak perempuan yang biasanya a... More

Prolog
[Satu] Hah? Sayang?
[Dua] Asya dan Dunianya
[Tiga] Something in The Past
[Empat] Arza Hilang, Asya Tobat
[Lima] Kok Dia Lagi Sih?
[Enam] Mas? Masalah buat Asya!
[Tujuh] Kemunculan Arza dan Si Buaya Darat
[Delapan] Perasaan Apa Ini?
[Sembilan] Kata Rayhan, Resmi!
[Sepuluh] Distant Lover
[Sebelas] Wisuda Jurit
[Dua Belas] Mabuk Cinta
[Tiga Belas] Antara Gundah dan Bahagia
[Empat Belas] Sebatas Teman
[Lima Belas] Sebuah Teka-Teki!
[Enam Belas] Pernyataan Cinta
Spoiler!
[Tujuh Belas] Keraguan
Lagi Ngoceh
[Delapan Belas] Wanita dan Egonya
[Sembilan Belas] Pengajuan Nikah
[Dua Puluh] H-1 Pernikahan? Asya Ambruk!
[XXI Bagian 1] Hari Bahagia
[XXI Bagian 2] Hari Bahagia
[XXII] Seoul in Love
Dream Cast
[XXIII] Pinky Promise?
[XXIV] Bitter, sweet...
[XXV] For Better and For Worse

[XXVI] Suami Idaman?

9.3K 406 47
By xcumbag

Sejak Rayhan mengetahui penyakit yang menyusahkan istrinya itu, dia menaruh perhatian lebih untuk menguatkan wanitanya. Hal-hal kecil seperti ciuman spontan di wajah, menanyakan kegiatan Asya lewat aplikasi chatting saat dirinya di kantor, atau pulang cepat dengan membawakan brownies coklat keju kesukaan istrinya. Rayhan ingin Asya tahu, bahwa meskipun ada kekurangan sebesar apa pun itu, dirinya masih akan tetap menggenggam tangan pendamping hidupnya.

Syukurlah, sekarang bukan hanya Rayhan yang ada untuk memberikan perhatian untuk Asya, keluarga Rayhan dan Asya pun ikut membantu untuk membangkitkan semangat Asya. Apalagi Bunda Rayhan yang berbagi pengalaman terkena miom saat remaja, menceritakan bagaimana pada akhirnya Allah memberi anugerah untuk kesembuhannya dan memiliki Rayhan, anak kesayangannya.

Saat ini, telapak tangan Asya yang berkeringat menggenggam tangan suaminya dengan lemas. Sementara, punggung tangan kirinya disuntik untuk pemasangan infus. Asya hanya bisa menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Dia tidak boleh tegang, karena ini sudah dua kali percobaan sang suster memasangkan jarum infus pada tangannya. Sebab, pembuluh darahnya pada percobaan pertama bengkak karena dirinya tegang.

Rayhan yang melihat ekspresi ketakutan Asya itu pun mengusap keringat yang ada di dahi istrinya dan mengelus lembut pergelangan tangan milik Asya yang bebas. "Sabar, ya, Ca. Abis ini nggak sakit," ujarnya menenangkan.

Asya memicingkan matanya, memberi lirikan tajam pada sang suami. "Diem kamu, nggak ikut ngerasain juga," sahutnya.

Dari situ Rayhan tahu bahwa istrinya baik-baik saja. Karena mulut rasa bon cabe itu sudah terbit lagi, menyemburkan keganasan di kuping Rayhan. Dia mengangguk pasrah kemudian.

"Wali dari Nona Asya Shakila?" tanya seorang suster yang datang ke ruang IGD dengan membawa setumpuk kertas di tangannya.

"Nona...? Ah, iya. Saya suaminya," Rayhan menyahutinya. Agak asing dengan imbuhan Nona pada nama istrinya. Lalu, dia pun mengikuti langkah suster wanita itu untuk mengurus administrasi dan pilihan kamar rawat inap Asya.

Hanya beberapa langkah meninggalkannya, Asya cemberut dan setengah berteriak, "Mas Re, jangan lama-lama!"

Lelaki itu hanya mengangguk, sedikit malu karena mendengar cekikikan pegawai rumah sakit karena ulah Asya yang kentara menunjukkan bahwa mereka pengantin baru. Yah, meskipun tidak baru fresh from the oven. "Iya, Ca. Bentar doang, ya? Biar kamu bisa cepet istirahat di ruang rawat inapnya,"

Asya menurut, mengangguk lemah.

Asya memutuskan untuk cepat dirawat untuk pemberian antibiotik secara intensif, agar nyeri yang menganggunya itu bisa berkurang. Meskipun begitu, dokter sudah mengingatkan Asya bahwa pengobatan antibiotik ini tidak permanen hasilnya. Banyak pantangan makanan yang harus dihindari Asya agar penyembuhannya optimal dan tidak akan kambuh lagi. Seperti dilarang mengonsumsi segala sesuatu yang pedas, asap, mengandung teh dan kopi.

Alasan pertama Asya menyetujui untuk dipaksa Rayhan segera opname adalah dirinya yang sudah tidak tahan dengan nyeri perut itu, serta ingin ditemani oleh sang suami ketika masih ada di dekatnya. Asya ngeri membayangkan dia harus menjalani pengobatan radang panggul serta program hamil sendiri, sedangkan Rayhan sudah bertugas di Sudan.

"Sudah, Mbak. Saya pindahkan ke ruang VIP, ya," seorang suster sudah siap membantu Asya untuk naik ke kursi roda.

"Eh, Sus. Aku bisa jalan sendiri, kok." Asya menengadahkan kepalanya melihat suster perempuan itu terkekeh.

"Begini, Mbak. Itu sudah prosedur rumah sakit, pasien harus dibawa pakai kursi roda," tuturnya.

Rayhan yang mengikuti langkah suster itu dari belakang hanya bisa menggelengkan kepala atas perilaku istrinya yang unik itu. Dia menjinjing tas berisi pakaian dan barang-barang yang diperlukan istrinya saat opname. Untunglah, dokter kandungan di rumah sakit ini praktek saat Rayhan bebas tugas, jadi dia bisa mengantarkan sang istri untuk segera rawat inap.

Setelah sampai di ruang rawat inapnya, Asya langsung merebahkan tubuhnya ke kasur dan memasang wajah masam pada Rayhan. "Kenapa VIP sih? Yang kelas satu aja 'kan bisa," gerutunya.

Rayhan menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. "Sisanya tinggal kelas tiga sama VIP, Ca. Mana tega aku taruh kamu ke kelas tiga, yang ada kamu nggak nyaman istirahatnya. Jadi, stop complaining and focus on your recovery. Deal?" Rayhan mencubit gemas pipi tembam Asya yang menggembung karena cemberut.

Asya menggigit kecil jemari Rayhan yang terparkir di wajahnya, "Iya, Pak Bos."

***

"Asya sayang, maaf ya Bunda baru bisa nengokin kamu sekarang," Bunda pun merengkuh figur Asya dan mengelus punggungnya seolah menguatkannya.

Asya tidak tahu mengapa air mata mulai membasahi pelupuk matanya, cerita demi cerita perjuangan Bunda untuk melawan penyakitnya membuatnya salut akan wanita paruh baya yang memeluknya itu. "Bunda.. Asya nggak bisa sekuat Bunda. Asya takut! Jujur, Asya ketakutan kalau nggak bisa kasih keturunan untuk Mas Re," jujurnya.

Bohong kalau Asya hanya mengiyakan bisikan Rayhan yang menyemangatinya untuk selalu tegar dan melupakan sejenak tentang keturunan dalam keluarga. Saat ini, di ruang rawat inapnya yang hanya terdapat dirinya dan Bunda, Asya pun meluapkan keresahannya yang dipendam. Bukan Asya tidak ingin percaya kalau Rayhan akan tetap berada di genggamannya apapun yang terjadi, hanya saja dia merasa kecil apabila tidak dapat mengabulkan keinginan Rayhan yang mendasar itu. Toh, salah satu tujuan pernikahan itu untuk meneruskan garis keturunan. Jangan salahkan Asya jika dirinya risau karena penyakitnya itu bisa saja meningkatkan kemungkinan infertilitas atau mandul.

"Asya percaya sama Kuasa Allah, 'kan, Nak?" tanya Bunda menyorot Asya dengan mata beningnya. "Serahkan semuanya kepada-Nya. Bunda nggak bisa janji kalau Rayhan akan selalu ada di samping Asya ketika kemungkinan terburuk itu terjadi. Tapi Bunda yakin, lelaki sejati tidak akan semudah itu berpaling dari yang dicintainya."

Asya menganggukkan kepalanya sembari mencoba berbicara di sela tangisnya, "Asya cinta Mas Rayhan, Bunda. Asya sayang Mas Re..." lirihnya.

"Bunda tahu, Sayang. Bunda juga tahu Rayhan sayang sama kamu. Asya harus belajar percaya dengan apa yang diyakini Asya, ya? Percaya, kalau anak Bunda akan ada untuk menopang Asya saat terpuruk, ya?"

"Aah.. Bunda! Asya mewek jadinya," sontak Asya langsung mengetatkan pelukannya terhadap sang ibu mertua.

Rayhan datang dengan rambut yang terlihat basah, senyum lebar yang memamerkan lesung pipinya itu terukir jelas di wajahnya. "Lho, Bunda? Assalamualaikum, Bun." Lelaki itu berlari kecil menghampiri Bundanya, "Kapan datangnya? Kok nggak ngabarin Abang dulu?" dia memepetkan tubuhnya sangat dekat dengan sang Ibu.

"Barusan, kamu 'kan sholat Isya'. Masa iya Bunda ganggu, perawat di sini juga masih bisa buat ditanyain dimana ruangannya Asya." Bunda menepuk punggung anaknya beberapa kali, "Udah nemploknya, malu diliatin istrimu itu lho."

Pria yang memakai kaos abu-abu itu hanya bisa nyengir kemudian. Sesaat setelahnya, raut muka kebingungan tampak tercetak di wajah Rayhan. Dia menyadari muka istrinya yang sembab serta bekas air mata yang kering di pipi. "Lho, Ca? Kenapa nangis? Diapain sama Bunda?" dengan tergesa dia menghampiri sang istri. Tapi justru mendapat tampolan dari Asya.
"Ish, aku tuh nangis karena kamu tau, Mas! Kok Bunda yang disalahin sih," gerutu Asya. Bunda yang duduk di sofa kecil di ujung ruangan pun mengangguk mendukung argumen Asya.

"Lho? Aku kenapa?" tanya Rayhan dengan kerutan di dahinya menandakan dirinya sedang bingung.

"Aku takut kamu nanti selingkuh waktu di Sudan, terus aku di sini sendirian sedangkan kamu asik-asik di sana sama cewek baru." Asya mulai berakting seperti wanita yang mendapatkan periode bulanannya, sensi.

Rayhan menghela napas berat. Dia menyentil dahi milik Asya singkat, "Kamu tuh ngayalnya itu loh meluber kemana-mana. Kamu ngarepin aku selingkuh sama siapa, Ca? Ya Allah cewek model gimana, Sayangku? Apa Mas bakal selingkuh sama onta betina?" sahut Rayhan frustasi.

Mendengar rengekan Rayhan, Asya dan Bunda pun meledakkan tawa yang cukup nyaring karena kekonyolan terselip dalam kalimat lelaki itu.

***

"Ca? Asya? Sayang? Kamu ngapain di dalem sana lama-lama?" Rayhan mengetuk pintu kamar mandi beberapa kali karena istrinya itu menghabiskan waktu cukup lama untuk memasang obat yang harus dimasukkan lewat dubur. Biasanya Asya hanya akan berada di kamar mandi selama dua menit, tidak lebih. Sudah hampir sepuluh menit dirinya berdiam diri di dalam sana.

"Mmm, anu, Mas. Aku..." Asya menggigit bibir bawahnya ragu untuk membicarakan ini dengan Rayhan. Sebenarnya dia baru saja mengetahui kalau periode menstruasinya datang. Dia tidak bisa keluar kamar mandi tanpa menggunakan pembalut. Bodohnya, dia tidak mempersiapkan pembalut.

"Ham hem terus nggak mau ngomong, Mas jebol pintunya!" geram Rayhan dipenuhi rasa khawatir. Bagaimana tidak? Waktu sudah hampir tengah malam dan istrinya di dalam kamar mandi seolah sesuatu yang buruk menimpanya di dalam sana.

Asya mengacak rambutnya dengan kesal, infus antibiotiknya juga sudah harus diganti. Jadi dia harus cepat memberitahu Rayhan yang sebenarnya. "Ish! Aku mens!"

Tangan Rayhan yang hendak mengetuk pintu lagi itu pun menggantung di udara. Dia mengedipkan matanya beberapa kali, memproses jawaban yang harus dilontarkannya dalam kondisi semacam ini. "Mm... terus?"

Bagus, Rayhan. Tanggapan bodohmu itu akan disahuti dengan pedas nantinya.

"Terus terus gimana sih, Mas! Minta tolong beliin pembalut, ya? Di sebelah rumah sakit pas 'kan ada minimarket," jawab Asya menahan kekesalannya.

Apa? Rayhan membeli pembalut sendiri? Tarik napas, buang napas. Oke, istri yang sedang sakit harus dilayani seperti ratu lebah. Berangkat, Rayhan!

"Yaudah, Mas beliin dulu. Tunggu bentar ya, Ca,"

Seharusnya Rayhan selalu mendampingi istrinya untuk belanja bulanan. Sebab sekarang, dirinya menyesal pembalut seperti apa yang biasanya Asya gunakan saat mendapatkan hari liburnya. Tsk, dia pun menggaruk kepalanya dan mau tidak mau bertanya kepada penjaga minimarket yang berdiri tak jauh di sampingnya.

"Hm.. Permisi Mbak, pembalut yang bagus yang mana, ya?" tanyanya canggung.

Penjaga minimarket itu menatap Rayhan dengan kerlingan yang tak biasa, Rayhan sampai geli dibuatnya. "Ini Mas, juga ini. Oh, itu juga." Lima macam pembalut ditunjuk oleh wanita tersebut. "Tergantung Mas, yang dua itu bersayap, tiga itu nggak bersayap," jelasnya.

Rayhan membulatkan matanya heran. Hah? Ngapain pake sayap? Karena terlalu bodoh memahami itu semua, Rayhan pun memutuskan untuk membeli lima pembalut yang ditunjuk oleh Mbak penjaga tadi. "Saya beli semuanya, Mbak."

Wanita itu pun berjalan ke meja kasir dan mulai menghitung total belanjaan Rayhan. Sebelum memberikan belanjaannya, Mbak penjaga itu tersenyum ke arah Rayhan. "Mas mungkin bisa coba operasi di Thailand, katanya hasil operasi transgender di sana lumayan. Pasti nanti bakal cantik deh Masnya," katanya.

Rayhan terbatuk seketika saat mendengarnya, dengan tak sabar dia menyahut kantong plastik berisi belanjaannya dan tersenyum tipis. "Mari, Mbak."

Oh... Dirinya memang sial hari ini.

Continue Reading

You'll Also Like

660K 59.2K 54
⚠️ BL LOKAL Awalnya Doni cuma mau beli kulkas diskonan dari Bu Wati, tapi siapa sangka dia malah ketemu sama Arya, si Mas Ganteng yang kalau ngomong...
8.9M 110K 45
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
2.4M 108K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
588K 4.7K 24
GUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...