My Sweetest Ex

By myezbie

271K 19.2K 2.9K

Protektif dan diktator adalah sifat yang mendarah daging gadis itu, hingga membuat Iqbaal jengah dan memutusk... More

Prolog
BAB 1 : Boyfriend
BAB 2 : Mark My Words
BAB 3 : A Planning
BAB 4 : Him
BAB 5 : A Bit of Jealous
BAB 6 : Stalking Her
BAB 8 : An Angel
BAB 9 : Her Feeling
BAB 10 : They Are Fight
BAB 11 : Can We Be Friend?
BAB 12 : Make A Deal
BAB 13 : A Little Secret
BAB 14 - One Time
BAB 15 - I am Promise!
BAB 16 : Try to Move On?
BAB 17 : What's Wrong?
BAB 18 : Heartbreaking
BAB 19 : When The Regret it Come?
BAB 20 - What's My Fault?
BAB 21 : Three Painful Minutes
BAB 22 : Love Shot
BAB 23 : The Truth Untold
BAB 24 : What's It Wound?
BAB 25 : Break Up
BAB 26 : What Are You Missed?
BAB 27 : Another Chance
BAB 28 : They're Miss Each Other
BAB 29 : Hi Salsha?
BAB 30 : Dating Agency
BAB 31 : An Effort to Catch Her
BAB 32 : An Unexpected Fact
BAB 33 : Status?
BAB 34 : Kissing, Huh?
BAB 35 : I Got It!
BAB 36 : Pregnancy and The Wedding
Epilog

BAB 7 : Gossip

5.4K 486 35
By myezbie

Happy Reading.

"Sha!" Steffi—yang tidak tahu mengapa rimbanya bisa datang dengan wajah secerah sinar matahari serta senyuman selebar lapangan Monas itu menepuk bahu Salsha ketika ia baru saja keluar dari mobil.

Salsha mengernyit heran. Tentu saja ia dibuat aneh oleh tingkah sahabatnya itu. Ah lupakan! Steffi memang gemar bertingkah aneh.

"Ada apa?" Salsha berjalan sebelum melontarkan tanya dengan nada ogah-ogahan yang diikuti oleh Steffi.

"Kak Daniel putus ya?!" Steffi menghadang langkah Salsha. Gadis berambut cokelat terang itu menatap mata Salsha dengan binaran yang membuat heran.

"Kata siapa?"

Buru-buru Steffi mengeluarkan ponsel pipihnya. Gadis itu menggeser layar datarnya kemudian mengetik sesuatu dan menunjukkan layar ponsel ke arah Salsha.

"Timeline Kak Yona. Beneran putus kan mereka?"

Salsha mengamati. Agak heran sebenarnya. Gadis itu memicing ke arah sahabatnya. "Terus kalo mereka putus kenapa?" katanya sembari melipat tangan.

Steffi menyengir, "Comblangin sama Kak Daniel dong..."

Salsha mendelik. "Lo gila? Kak Daniel tuh tiga tahun lebih tua dari elo," katanya memelan mengingat ini masih dalam areal sekolah.

"Umur tuh gak jadi batasan buat kita mencintai seseorang. Bantuin gue ya-ya?" Steffi memelas, menangkupkan kedua tangannya menatap Salsha dengan sorotan memohonnya.

"Tapi, Steff..."

"Ada apa nih? Kok gak masuk kelas?" Jeha, yang baru saja tiba langsung berada di samping Salsha. Gadis itu mengerut ke arah Salsha sebelum matanya mengarah ke arah Steffi. "Lah? Dia kenapa?" tanyanya heran.

Salsha mengangkat bahu. "Salah sarapan dianya," kata Salsha acuh kemudian berjalan menuju kelas.

***

Istirahat kali ini seluruh siswa yang ada di kantin hampir tak bisa menahan mata untuk melirik ke arah bangku di mana gerombolan Iqbaal berkumpul. Sebenarnya, tak ada yang istimewa. Hanya ada satu orang penambah yakni Vanesha. Dan yeah, seluruh Garuda dibuat gempar karenanya.

Rupanya, bukan rahasia umum lagi jika laki-laki yang menjabat sebagai ketua OSIS itu adalah pacar dari seorang siswi cantik berkepribadian ibu tiri. Mereka—yang umumnya adalah korban dari tindakan Salsha—memilih buka suara dengan berbisik dengan gerombolan masing-masing.

Bella salah satunya. Siswi tingkat dua yang pernah menjadi korban guyuran air kopi itu mulai menggosip dengan kawan sejawatnya. Terlalu keras hingga Iqbaal pun dapat mendengar.

"Gue sih lebih mending ama ini, lebih cantik daripada yang onoh."

"Yang onoh menang gaya doang sih, kalah saing jadinya."

"Awas kedengeran entar kena damprat lagi kitanya."

"Paling juga lagi gak ada tenaga. Mewek."

"Emang nenek sihir bisa mewek?"

"Cabe-cabean kayak dia susah mewek kayaknya."

Setelahnya mereka tertawa. Iqbaal menelan basonya meredam amarah. Dia memang tak memiliki rasa apa pun pada Salsha, namun mendengar seseorang mengatai si mantan kekasih membuat ia geram. Namun Iqbaal sadar dia tak bisa berbuat apa pun.

"Eh-eh, kalian masuk akun gosip sekolah nih. Liat deh!" Cassie menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan video Iqbaal dan Vanesha dengan tulisan 'tercyduk' yang di beri caption 'jadian? yay or nay?' itu.

"Ck...ck." Bastian menggelengkan kepala, "emang susah sih ya kalo berhubungan ama orang famous," celetuknya sembari menyumpal kentang goreng ke mulutnya.

"Udah sepuluh ribu tayangan. Yakin satu sekolah tau ini video," ucap Cassie sembari menarik kembali ponselnya.

Entah mengapa, kata satu sekolah yang diucapkan oleh Cassie membuat dia tak tenang. Ada perasaan mengganjal yang tak bisa dia artikan. Untuk pertama kalinya dia mengutuk si pembuat akun gosip sekolah itu. Memang, akun dengan berita mengenai segala hal yang ada di SMA Garuda ini satu dari sekian banyak akun yang akan diminati siswi—apalagi penyuka gosip. Bukan hanya siswi dan siswa Garuda saja, pelajar sekolah lain pun turut meminati akun gosip sekolah favorit itu.

Dan ya, benar saja. Berita tentang jalan mereka dan juga kedatangan bersama pagi ini telah sampai di telinga Salsha. Gadis itu tak merespon apa pun. Ekspresinya datar tak terbaca. Kukunya menancap pada softcase ponselnya, genggamannya menguat seolah berambisi menghancurkan benda pipih itu.

"Sha?" teguran Jeha hanya diacuhkan. Gadis bersurai legam itu mengusap lengan sahabatnya. "Jangan gegabah!" peringatnya.

Salsha bangun dari duduknya. Meninggalkan pesanan yang masih utuh. Dia keluar dari areal kantin dengan amarah di puncak kepala. Namun, ketika ia baru saja keluar pagar pembatas, seseorang menabraknya.

"Awsh..." Dia jatuh terduduk. Bibirnya spontan meringis.

"Aduh... Maaf." Salsha mendongak menatap uluran tangan di depannya. Dia menengadahkan kepalanya, menatap laki-laki tampan yang saat ini mengerling padanya. Sial! Ia bahkan berani bersumpah melihat senyuman sinis yang tersembunyi.

"Punya mata gak sih!" marahnya sembari berdiri sendiri tanpa menerima uluran tangan itu. Dia menatap Bryan dengan tatapan tajamnya.

"Galak banget sih, cantik," ucap Bryan sembari mencoba mencolek dagu Salsha, yang tentunya ditolak mentah-mentah oleh empunya.

"Apaan sih!"

"Jangan senyum entar sinar matahari meredup karna kalah saing sama kamu."

Salsha melipatkan dahinya. Dasar laki-laki kardus! Dia melongos, berjalan ke mana saja asal tak bertemu dengan spesies yang satu itu.

"Semakin jauh, semakin kuat pula tekat aku untuk milikin kamu!" Bryan berteriak. Di tengah ramainya kantin. Meski dia tak berada di dalam kantin namun suaranya sukses menarik perhatian.

Salsha enggan berbalik apalagi merespon. Dia tetap berjalan berusaha menghiraukan celotehan Bryan.

"Kalau kamu terus pergi maka biar aku yang berjuang!"

Tuk! Satu lemparan berhasil menyentil dahi Bryan. Dia menoleh ke bawah, mendapati sebutir jagung di bawah kakinya. Bryan menoleh, mendapati Jeha dengan semangkuk jasuke hangat.

"Makan tuh berjuang," katanya sembari melewati Bryan dan sekawannya dengan gaya khas Jeha.

Bryan mengusap dahinya kemudian menatap ke arah sekitar. Benar saja sekarang dia tengah jadi perhatian satu kantin. Irisnya tanpa sengaja bertabrakan dengan pemilik mata elang itu. Dia mengepakkan senyuman sinis yang sukses diberi tatapan sebaliknya.

"Gak tau malu." Dia melenggang menjauh mengabaikan tatapan memuja dari para gadis.

***

Salsha mengerut. Dia mengetikkan sesuatu di ponselnya sembari mencuri pandang pada Pak Amir yang tengah menjelaskan. Dia tersenyum ketika pesan yang dikirimnya telah dibaca.

Bae.
Yaudah

Salsha memekik tanpa sadar, "Yes!" yang membuat seluruh pandangan berganti ke arahnya.

"Ada pertanyaan, Salsha?" Guru Kimia berkepala botak dengan kumis tebal dan wajah perpaduan Arab itu bertanya dengan logat khas yang dimiliki.

"Eum... Nothing, Pak." Dia meringis agak malu sebenarnya.

"Yasudah kita lanjutkan pem—"

TRIIING! Bunyi bel tanda berakhirnya pelajaran mengumandang membuat siswa bergegas mengemas tanpa disuruh. Setelah acara berdoa Pak Amir keluar kelas yang diikuti oleh beberapa siswa.

Steffi yang bertempat duduk di depan Salsha menoleh ke belakang, "Ke salon yuk, ganti cat kuku," ajaknya yang dibalas decihan oleh Jeha.

Jeha yang memang pada dasarnya tak seribet Steffi yang tiap minggu ganti warna cat kuku menimpali sarkastik. "Emang dengan ganti cat bisa dapet cowok ganteng gitu?"

Steffi mengangguk cepat, "Biar nanti dianya nyaman pas pegang tangan gue."

Jeha memutar bola matanya, sebal dengan jawaban super tidak masuk akal Steffi. Atensi gadis itu mengarah ke arah Salsha yang sibuk dengan ponselnya.

"Nunggu balesan chat siapa sih, Sha?"

"Ini nung... Eh! Gue duluan ya, bye!!!" Dia berseru. Terburu-buru mengambil tas selempangnya. "Ini kunci mobil gue! Besok gue minta anter supir. Bawa aja dulu!" Jeha mengernyit aneh memandang kosong kunci mobil di tangannya. Begitupun dengan Steffi.

"Salsha kenapa?"

Jeha menggeleng, "Entah."

"Ada yang aneh," kata gadis berambut cokelat terang itu. Dia menopang dagunya sok berpikir membuat Jeha memandang remeh.

"Sok pinter lo, lemot!" Dia mengacak rambut Steffi sembari melenggang keluar kelas.

"Sialan ya elo, Jeh!"

Sementara itu, Salsha berlari dengan kecepatan yang dia bisa, membiarkan helaian rambutnya berterbangan akibat gerakan yang dibuat. Salsha mengatur napas sembari memegangi lutut. Dia mengusap dahi berpeluhnya. Beruntung mobil hitam itu masih berada di sana.

Salsha berjalan dengan percaya diri mendekat. Dia tak bisa melihat isi dalam mobil karna kaca yang gelap. Namun kondisi mobil menyala membuat dia yakin Iqbaal di sana. Dia membuka pintu depan dan tebak apa yang dia temukan?

"Eum... Hai, Kak."

Salsha kaget, cengo, speechless, dongkol, dan keki dalam waktu yang sama.

Vanesha di sana. Di tempat depan yang membuat Salsha kehilangan katanya.

"Kamu duduk belakang ya." Suara Iqbaal memecah lamunannya. Salsha ingin menyela namun tatapannya mengarah pada safety belt yang telah terpasang di badan Vanesha. Akhirnya dia pun mengalah untuk duduk di depan. Untuk kali ini saja.

Iqbaal menjalankan mobilnya tepat ketika Salsha menata roknya. Salsha membuang pandang ke arah kiri. Sial! Dia kira hanya akan ada dia di sini.

Momen menyebalkanpun harus dia rasakan. Ketika dua orang berbicara mengenai bahasan yang tak ia ketahui di depannya yang tak langsung membuat dia seperti orang terdampar itu menyakitinya. Iqbaal tertawa kecil yang juga diikuti tawa Vanesha. Diam-diam Salsha melirik.

Rasanya sakit ketika melihat dia yang dicinta tertawa dengan gadis lain.

***

Maaf telat hehe. Ada yang nungguin?

What do you think about this part?

Cium beceq
-Biebs.

Continue Reading

You'll Also Like

251K 20.2K 29
Flora Aldinaya, seorang istri yang merasa hidupnya sudah sangat sempurna. Hanya satu yang dia minta pada Tuhan, hadirnya seorang anak sebagai pelengk...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 335K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
589K 27.8K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
836 151 31
"karna aku adalah lampu, dan kamu saklarnya, yang membuatku terang, namun juga gelap." (Squel impossible magic) Note: Bukan pelagiat ya, ini kelanjut...