EKA Proses Penerbitan

By AyunTyas

526 10 11

Eka adalah seri, dari kumpulan puisi surat untuk sahabat, dan adalah seri dari ceritanya, namanya Eka Dwi Ang... More

Part 1 Kehamilan Yanti.
Surat Untuk Sahabat
Notes Author
Part 2 Kelahiran
Part 3 Si Hati Malaikat.
Part 4 Senang Membaca Buku.
Part 6 Sahabat Perempuan Pertama
Part 7 Ulangan Tengah Semester Hari Ketiga
Part 8 Ulangan Tengah Semester Hari Keempat.
Part 9 Ginsul.
Part 10 Seorang Adik Untuk Eka.
Part 11 Kelahiran Anak Kedua.
Part 12 Lomba Baca Puisi
Part 13 Sifat Rendah Hati,
Part 14 Cerita Di SMP
Part 15 Indah
Part 16 Puisi Eka.
Part 17 Kelas Dua SMP
Part 18 Pada Usia Empat Belas Tahun.
Part 19 Pindah Ke Jakarta,
Part 20 Rumah Baru.
Part 21 Cobaan Di Mulai.
Part 22 Riris Sang Penggoda
Part 23 Pertengkaran.
Part 24 Pertengkaran Itu Semakin Hebat.
Part 25 Hari Terakhir Mos.
Part 26 Pada Malam Inagurasi
Part 27 Kebahagiaan Yang Hilang.
Part 28 Anak Yang Tegar.
Part 29 Perasaan Hati Icha
Part 30 Menjadi Tukang Bersih - Bersih.
Part 31 Curahan Hati Eka
part 32 Icha Yang Jatuh Cinta
Part 33 Eka Umur Enam Belas Tahun
Part 34 Si Misterius
Part 35 Lomba Cerpen Dan Puisi
Part 36 Pada Saat Kelas Tiga SMA
Part 37 Kembali Ke Solo
Part 38 Kisah Tentang Icha Di Jakarta
Part 39 Permintaan Maaf Icha
Part 40 Rasa Rindu
Part 41 Pilihan Eka

Part 5 Pada Saat Ulangan Tengah Semester

9 1 0
By AyunTyas

Akhirnya hari yang di tunggunya tiba dan pada hari pertama ini, mereka mengerjakan dengan sungguh - sungguh, apalagi sudah kelas enam SD, sebentar lagi akan masuk SMP, bahkan Ekapun juga sebentar lagi akan menginjak usianya yang kedua belas tahun.

    Eka memang selalu lebih dulu selesai, tetapi jawabannya bukan karena dia asal - asalan, namun karena Eka memang benar - benar sudah merasa mantap untuk menjawabnya dan setelah selesai Eka, menaruhnya diatas meja guru kemudian melangkah kearah perpustakaan dan disana dia menemukan buku cerita anak yang belum dibacanya berjudul Si kerudung merah.

          Menurut pendapat Eka, hanya cerita ini yang tidak biasa dari biasanya, alurnya karena jika dibandingkan dengan Cinderella, Putri Salju, atau kisah para putri tersebut hanya alur si kerundung merah berbeda, sama halnya juga dengan Si cantik dan si buruk rupa, selesai membaca cerita tersebut, terdapat di rak tersebut banyaknya komik superhero, dan memilih Superman.

     Tengah asyik, membaca ada sebuah suara teguran dari arah samping kanan Eka, dan itu suara Darmo.

         "Asyik sekali, yang baca buku cerita, memang kamu sudah belajar pelajaran Matematika",  kata - kata Darmo tampak menyindir dirinya.

          "Aku sudah menghafalnya", Eka menanggapi dengan malas meskipun dia anak yang cerdas, sesungguhnya Eka membenci pelajaran tersebut, namun jika diambil positifnya agar bisa memahami berhitung.

        "Besok mata pelajarannya adalah sejarah, pasti kamu suka...", Darmo memancing reaksi dirinya, karena tahu itu juga salah satu mata pelajaran yang disukai oleh Eka.

        "Jangan menyindir, sejarah lagipula pada dasarnya, tanpa perlu dipelajarinya, yah pada dasarnya itulah hidup kita, bermatomorfosis, bertumbuh, bahkan pertumbuhan ini aku sangat menginginkannya, aku cepat menjadi besar dan dewasa...", Eka menggerutu namun dengan cara bijak.

      "Lalu ibu kamu sendiri piye, kapan kamu punya adik...". ? Entah bagaimana pertanyaan ini justru membuat Eka terdiam hening sejenak, sebelum akhirnya dia menjawab.

       "Hanya Tuhan yang tahu, kapan aku punya seorang adik, tapi memang sebenarnya aku menginginkan, wajar manusia punya harapan dan impian, tapi bukan hanya bicara saja melainkan berusaha...", dengan polos dia mengatakannya, sikap Eka yang jauh seperti anak tidak anak seumurannya dalam berbicara, membuat Darmo mengucek mata.

         "Kamu dewasa sekali, padahal kita baru sebelas tahun...", dia terlihat kagum padanya, dan itulah sifat Eka, sahabatnya sama sekali tidak terbesit pikiran buruk mengenainya, meskipun Eka adalah hanya manusia biasa dan pasti pernah punya salah.

       Tetapi hal itu, sama sekali tidak terbesit oleh pikiran mereka, karena kebaikan Eka sudah sangat menutupj kekurangannya, dan itu hal yang membuat dirinya dipandang selalu baik, Eka selalu bersikap baik dan positif, sahabat - sahabatnya, hanya selalu mengingat kebaikannya, bahkan banyak memuji dirinya,

         Tetapi pujian tersebut, tidak menjadikan Eka akhirnya bersikap sombong, karena kadang kala manusia lupa diri akan sebuah pujian.

        Pada saat kembali ke dalam kelas, Eka memang tidak pernah jago dengan Matematika, tetapi entah bagaimana selalu jawabannya benar.

       Mungkin memang sudah kuasa Tuhan, kalau dia selalu diberikan keberuntungsn dari sejak lahir.

       Sore harinya, Eka belajar kembali di rumahnya, dan sayup dari balik pintu kamarnya sebenarnya dia mendengar pembicaraan antara Yanti dan Nano mengenai kehamilan Yanti yang belum ada tanda - tanda juga, hari ini Galuh juga sedang berada di rumah mereka, nenek Eka yang biasa dipanggil Mbah Putri.

       Sekaligus obat rindu pada cucunya, Galuh mengunjungi, rumah mereka, dia memang selalu merasakan hal itu dengan Eka.

         "Memangnya, kamu ingin punya anak lagi, perempuan atau laki - laki, awalnya memang kami mengharap anak laki - laki dulu kalau anak pertama, karena kamu tahu sendiri di keluarga kita sudah banyak anak perempuannya....", Galuh berkata panjang lebar.

      "Sebenarnya kami ingin sepasang laki - laki dan perempuan", Yanti berkata singkat.

       "Yah mudah - mudahan, kalau Tuhan berikan yang kedua adalah perempuan, tapi pada saat setiap kali diperiksa ke dokter, belum ada tanda - tanda kehamilannya..." , Nano ikut menimpali.

         "Jangan terlalu ngoyo juga ndok....", Galuh sedikit menasehati, pada saat yang bersamaan tiba - tiba saja, Eka keluar membuka pintu kamarnya, dan berdiri diambang pintu.

       "Rupanya ada mbah putri tho...", Eka berkata dengan polos.

        "Oh Eka, kamu sedang apa...", ? Galuh nampak menunjukkan ekpreksi wajahnya, dia sadar kalau ada Eka disana.

        "Baru belajar mbah, besok hari kedua ulangan tengah semester, nginap wae disini, aku masih kangen...", anak itu berkata dengan polos.

        "Inggih mbah juga mau nginap kok...", Galuh mengangguk setuju, apa yang ada dalam pikiran semua saat itu, adalah takut jika Eka, mendengarkan pembicaraan mereka semua, padahal sebenarnya sayup Eka memang mendengarnya, namun dia tetap bersikap bijak, walau  memang itulah yang saat ini sebenarnya sedang Eka inginkan adalah seorang adik.

        Pada hari kedua ulangan tengah semester, mata pelajarannya adalah IPA dan IPS, dsn yang pertama adalah IPA dulu, sebelum masuk ke dalam kelasnya, baru saja Eka sampai di sekolahnya, dia sudah mampir sejenak ke dalam perpustakaan untuk mengembalikan buku yang baru dibacanya dan menengok kearah Bu Wiwid yang menjaga perpustakaan tersebut.

      "Bu nanti terakhir ulangan tengah semester, selesainya saya ingin meminjam lagi, kelihatannya banyak yang baru - baru disini...", ! Dia berkata dengan semangat.

     "Kamu ini senang sekali membaca buku, kelak memang benar - benar memang anak yang cerdas, dan banyak ilmu pengetahuan, bahkan cerita anak disini sudah kamu lahap semua..", Bu Wiwid menegurnya lembut.

     "Yah dan di rak itu, saya melihat ada cerita keong emas, saya hanya minta tolong disimpanin karena saya mau membacanya nanti.....", ! Semangat Eka semakin terdengar menggebu - gebu dari nada suara bicaranya, dan itulah juga sifat salah satu dirinya, selalu bersemangat dalam melakukan apapun yang positif dalam hidup.

      "Inggih", Bu Wiwid terkekeh perlahan, mendengar celoteh anak tersebut, berapa lama kemudian bel terdengar dan Eka berjalan menelusuri lorong sekolah untuk masuk ke dalam kelasnya, dan seorang anak perempuan, dia belum masuk ke dalam kelasnya, pada saat pengawas belum datang, anak itu rambutnya dikepang dua, dan seakan sedang menunggu Eka dia adalah Mawar Puspitasari

      Sahabat perempuan Eka, yang sedang dekat dengannya, perasaan hatinya, seakan berkecamuk ribuan rasa pada saat menunggunya melintasi kelas dirinya, dan pada saat Eka melintas, Mawar langsung mencegatnya.

           "Eka, ada yang ingin aku ceritakan padamu, boleh kan...", ? Eka memang selalu menjadi panutan curahan hati teman - temannya, meskjpun dia sendiri tidak banyak bicara mengungkapkan kisahnya sendiri.

             "Inggih nanti, selesai ulangan tengah semester yang kedua", jawaban Eka membuat Mawar bersemangat, karena dia memberikan perhatian yang sama, namun inilah hal yang kadang membuat anak perempuan kerap menjadi salah kaprah, akan perlakuan Eka, dia memang seseorang yang memperlakukan semua orang temannya adalah sama, tidak ada bedanya tidak terkecuali anak perempuan sekalipun.

        Karena pada dasarnya, Eka adalah sosok yang sangat perhatian kepada teman - temannya, meskjpun dia tidak banyak berkata akan kisah hidupnya sendiri, tapi selalu menjadi pendengar yang baik bagi mereka, dan suka menasehatinya, kadang dalam nasehatnypun dimana temannya karena merasa resah dalam kehidupannya sendiri, seperti mereka ingin terus - menerus menceritakan kisah hidupnya, yang akhirnya membuat Eka marah, karena merasa tidak di dengarkan, tetapi amarahnya justru karena rasa perhatiannya kepada mereka, bagi Eka, jika tidak mau mendengarkan untuk apa bertanya dengan dirinya juga, sesuatu hal yang membuat seseorang itu bangkit dalam hidupnya adalah dirinya sendiri, karena sebagai sesama manusia lainnya hanya saling mengingatkan, dan kemarahan Eka, hanya karena merasa di manfaatkan jika begitu caranya, karena pada dasarnya Eka, memberikan nasehat tanpa meminta balasan apapun, namun apa salahnya jika menghargai orang lain juga perasaannya.

     Namun hal itu bila terjadi dengan sahabat Eka, mereka entah bagaimana, menjadi menyesal dan rasa takut kehilangan dengan Eka itu lebih besar ketimbang teman - teman lainnya, itulah keistimewaan dalam dirinya, sangat dibutuhkan orang lain tetapi dia tetap merendah kepada orang lain, Eka sendiri malah yang mengatakan maaf itu lebih dulu.

         Mawar di dalam kelasnya, dia mengerjakan soal dengan semangat, karena dia sudah punya rencana untuk bertemu dengan Eka, setelah pulang sekolah nanti, dan pada saat itu gadis kecil ini, menunggu Eka di depan pagar sekolah dan pada saat Eka muncul di belakangnya Mawar membalikkan badannya.

         "Eka jujur aku mau cerita tentang Ningsih, dia barusan bilang aku jelek di kelas, aku memang tidak cantik seperti dia, meskipun memang aku pintar...,", Mawar berkata dengam polosnya.

           "Sudah jangan dengarkan apa kata orang, pulang lebih dulu yah...", Eka berpamitan dengan hangat, sambil melambaikan tangan kearahnya dan Mawar membalasnya, dia tersenyum karena membayangkan perilaku Eka yang sangat hangat kepadanya.

Continue Reading

You'll Also Like

471K 32.3K 31
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
498K 35.6K 36
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
2.7M 132K 58
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
2.5M 180K 33
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...