Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]

Af Anindana

11.4M 734K 20.6K

Megan Penelope dimata Alceo Tyler adalah seorang perempuan yang sangat menyebalkan di kehidupannya. Disaat se... Mere

Prolog
BadBoy 1
BadBoy 2
BadBoy 3
BadBoy 4
BadBoy 5
BadBoy 6
BadBoy 7
BadBoy 8
Badboy 9
BadBoy 10 (1)
BadBoy 10 (2)
OPEN PO FATED!!!
BadBoy 11
BadBoy 12
BadBoy 13
BadBoy 14
BadBoy 15
BadBoy 16
BadBoy 17
BadBoy 18
BadBoy 19
BadBoy 20
BadBoy 21 (1)
BadBoy 21 (2)
BadBoy 22
BadBoy 23
BadBoy 24
BadBoy 25
BadBoy 26 (1)
BadBoy 26 (2)
BadBoy 27
BadBoy 28
BadBoy 29
BadBoy 30
BadBoy 31 (1)
BadBoy 31 (2)
BadBoy 32
BadBoy 33
BadBoy 34 (1)
BadBoy 34 (2)
BadBoy 35
BadBoy 36
BadBoy 37
BadBoy 38
Badboy 39
BadBoy 40
BadBoy 41
BadBoy 42
BadBoy 43
Epilog (End super End!)

BadBoy 44

273K 13K 780
Af Anindana

Maaf ya lama banget.

Aku sedang bikin storyline Austin agar bisa aku sambungin ke ENDING Alceo disini :')

Aku juga ada sedikit masalah pribadi belakangan dan mood nulis aku juga jadi ikut kepengaruh. Dari pada nanti feelnya gak dapet atau endingnya malah gak memuaskan, jadi aku milih untuk gak nulis dulu sampai moodku benar-benar kembali.

Terima kasih yang masih menunggu dengan sabar cerita ini 🙏 dan terima kasih juga yang terus mendukungku. Semoga cerita ini gak mengecewakan kalian meski aku sadar, ini cerita terlama yang pernah aku tulis  dibanding cerita lain. Huhuhu

Without any further due, Selamat membaca, Kesayangan ❤❤

Attention, spoiler ahead! 😉

Megan menghela nafasnya kasar dan menggerutu sepanjang hari ini.

Ia menggaruk pelipisnya yang tidak terasa gatal dan menatap tajam kearah laki-laki yang nampaknya tidak satu pemikiran dengannya melihat kekacauan yang terjadi di aula besar ini.

"Really, Al? Sederhana? Kau serius?" Tanya Megan tidak percaya.

Alceo mengangguk. Ia menatap kearah Megan yang baru saja ia jemput dari kampusnya untuk melihat hasil dekorasi ruangan untuk pernikahan mereka yang akan segera di laksanakan.

Seperti permintaan Megan, ia menginginkan pernikahan yang sederhana dan hanya dihadiri oleh keluarga juga kerabat dan diskon beberapa pengusaha yang bekerja sama dengan Tyler setelah Alceo sedikit membujuknya.

"Terlalu sederhana?" Tanya Alceo tanpa dosa.

"Kepalamu!!" Desisnya kesal. Ia lalu meringis dan berbisik, "Ah... kepalaku mau pecah. Apa semua orang kaya selalu seperti ini. Aku bisa gila..."

"Hei, kau kenapa? Kepalamu sakit? Mau pulang? Mau istirahat saja?" Alceo meraih lengan Megan dan menggenggamnya erat.

"Kau pikir karena siapa?" Desisnya lagi membuat Alceo sedikit menarik tubuhnya ke belakang.

Megan kemudian berjalan menyusuri aula itu sambil menggerutu. Alceo mengikuti dari belakangnya dan merangkul santai bahu Megan. Tidak peduli seberapa sensitif wanita itu saat ini, yang Alceo pikirkan hanya sebuah kebahagiaan. Karena pada akhirnya ia akan segera menyudahi kesengsaraannya menahan hawa nafsu setan yang terus membisiki setiap kali ia berada di dekat Megan.

Ia tahu kalau Megan akan menendangnya lagi jika Alceo menyuarakan keantusiasannya itu saat ini.

"Aku merasa ini semua terlalu berlebihan hanya untuk pesta satu hari, Al." Megan berbisik, menyayangkan dekorasi-dekorasi mewah yang dipakai untuk menyulap aula menjadi sebuah lokasi pernikahan bak pernikahan seorang putra mahkota.

Megan bahkan masih merasakan sisa sakit kepalanya dari melihat gaun pernikahannya yang dijanjikan 'sederhana' itu.

Apa ia harus membiasakan diri dengan hal-hal bernilai 'sederhana' di mata Alceo mulai sekarang? Ah... tidak. Sepertinya setelah ia menyetujui lamaran Alceo, ia sudah menyetujui persyaratan itu secara tidak sadar.

"Kau tentu sadar kalau ini semua tidak akan sesederhana itu, kan?" Alceo mengentikan langkahnya dan membalik tubuh Megan. Ia menatap wajah Megan yang sedikit memberengut dengan sebuah senyuman. "This is the first wedding in my family, Megan. I can say i've been waiting for this moment since i met you." Alceo masih tersenyum. Matanya menatap penuh keseriusan kedalam mata Megan. "I can make it as simple as just say i do in front of my family without any party, but... i want to make this moment to be remebered forever. Because this is our first and last wedding. I want to make it as beautiful as i could so that we can tell our children, grandchildren, great-grandchildren, great-great-grandchildren-"

Megan terkekeh mendengar Alceo menyebabkan laki-laki itu berhenti berbicara dan ikut tertawa geli mendengar ucapannya. Alceo lalu melanjutkan setelah meraih pinggang Megan dan memeluknya erat. "So i can tell them, how much i love their mother, grandmother, great-grandmother, great-"

"Aku terdengar tua, Al," sela Megan sambil terkekeh. Ia menyentuh pipi Alceo dan bergumam. "Thankyou... and i love you too, Alceo."

Senyum di bibir Alceo tersungging. Hanya dalam hitungan hari ia akan memiliki Megan untuk selamanya, ia hanya perlu bersabar selama itu untuk mewujudkan keinginannya membangun keluarga bersama Megan dan memamerkan rasa cintanya di hadapan anak-anaknya nanti.

Untuk sekarang, Alceo hanya akan mengecup bibir Megan dengan sedikit lumatan sebagai bentuk rasa cintanya pada wanita yang akan segera menyandang status sebagai Mrs.Tyler.

***

Alceo berjalan mengelilingi ruangan kecil itu dengan langkah gelisah. Ia menggigit kuku ibu jarinya sambil terus menatap ponselnya tanpa alasan. Ia sudah seperti itu semenjak 1 jam yang lalu, dan sudah merasa gelisah sejak 3 hari yang lalu.

Ia tidak tahu kenapa ia mendadak merasa gelisah bercampur dengan rasa khawatir dan sesak disaat ia seharusnya merasa bahagia dan menyambut dengan sukacita hari pernikahan yang sudah ia tunggu-tunggu setelah berdebat dengan Megan mengenai keputusannya menikah lebih cepat dari pada menunggu Megan menyelesaikan bangku kuliahnya.

Untungnya saja calon mertuanya setuju dengan syarat Alceo tidak akan menghalangi Megan untuk menyelesaikan kuliah putri mereka nanti. Oleh karena itu, Alceo juga tidak membebani Megan dengan kewajiban-kewajiban mengenai persiapan pernikahan mereka.

Semua Alceo tanggungkan ke adiknya, juga Event organizer terkemuka di LA.

Selurug persiapan telah selesai. Bahkan 110% dibanding ekspektasinya. Ia bahkan sudah yakin kalau ia sudah siap mengucapkan janji suci itu nantinya. Tetapi, ia masih merasa cemas untuk alasan yang sama sekali tidak ia ketahui.

"Are you rea- bro?" Auryn muncul dibalik pintu ruang tunggu Alceo. Ia baru akan menggoda kakak kembarnya, membuat laki-laki itu sedikit gugup di hari pernikahannya. Tapi nampaknya itu semua sudah tidak diperlukan melihat wajah khawatir Alceo.

"Ada apa?" Auryn berjalan mendekat. Ia sendiri sudah terlihat cantik dengan gaun berwarna peach yang senada dengan gaun ibu mereka. Pulasan Make up tipis dan tatanan rambut elegan membuat wajah manis itu semakin terlihat menawan.

Alceo menggeleng dan kembali berjalan dengan langkah gelisah. "Entahlah... ah... ada apa denganku? Kenapa aku merasa khawatir? Kenapa aku merasa takut dan cemas seperti ini?"

Auryn duduk di salah satu kursi yang berada di ruangan itu dan memperhatikan langkah Alceo.

"Apa akhirnya kau sadar kalau kau tidak cukup baik untuk Megan yang masih suci itu?" Goda Auryn seketika mendapatkan tatapan tajam dari Alceo. Auryn terkekeh dan melanjutkan, "baiklah. Anggap aku tidak bicara apapun."

"Ah... aku bisa gila." Alceo kembali melanjutkan kegelisahannya.

Pintu ruangan itu kembali terbuka dan kali ini ia melihat laki-lali tampan yang berwajah identik dengannya, hanya saja pakaian mereka yang berbeda.

"What happen to you, bro?" Tanya Austin dengan senyum miringnya yang terasa janggal.

Alceo memicingkan matanya dan langsung menghampiri Austin. "Kau..."

"Son, are you ready?" Nicholas masuk dan mengingatkan putranya untuk bersiap. Ia melihat ketiga putra putrinya berada dalam satu ruangan dan tersenyum hangat. One sold, two left. Pikirnya sedih.

"Aku... aku..." Alceo tergagap ragu.

"Kau mau aku gantikan?" Canda Austin membuat Alceo melotot menatapnya.

Austin terkekeh dan memeluk Alceo lalu berbisik, "i'm happy for you, brother. Congratulation on your new journey."

Auryn mengerucutkan bibirnya karena tidak diajak. Ia kemudian menyusupkan diri kedalam pelukan kedua kakaknya dan berkata, "jangan lupakan aku nanti!"

Alceo tertawa dan memeluk adik kecilnya. "I won't."

Nicholas terharu melihat kebersamaan mereka, namun Nicholas harus tega mengakhiri itu semua karena Alceo harus segera keluar.

"I'll see you outside." Austin mengangguk kecil saat Alceo menatapnya sebelum keluar.

"Aku juga akan menyusul." Auryn tersenyum di samping Austin.

"Baiklah." Alceo bergumam kecil dan menarik nafasnya dalam-dalam. Ia merasa sedikit lebih baik setelah mendapat pelukan dan kalimat penyemangat tadi. Ia hanya harus stay focus sampai prosesinya selesai.

Begitu Alceo keluar, Auryn langsung menatap Austin dengan tatapan menyelidiknya.

"It was yours, right? Perasaan gelisah yang dirasakan Alceo, itu perasaanmu, kan?" Tanya Auryn langsung.

Austin menyunggingkan senyum kecil sebagai jawaban. Ia sedikit merasa bersalah mempengaruhi perasaan Alceo yang seharusnya sedang berbahagia itu.

"Jadi... apa kau khawatir karena Sophie juga hadir sebagai tamu undangan? Atau... kau mengkhawatirkan wanita yang menjawab teleponmu kemarin?"

***

Megan memperhatikan pantulan dirinya di cermin. Ia benar-benar tidak menyangka jika ia akan menggunakan gaun indah ini di saat ia bahkan belum menyelesaikan bangku kuliah dan membahagiakan kedua orang tuanya dengan uang hasil jerih payahnya sendiri.

Gaun yang indah dan terlihat 'sederhana'. Namun tidak sesederhana yang terlihat, setiap detail gaun itu dilapisi kristal swarovski yang entah berapa harganya. Intinya, gaun 'sederhana' ini bernilai beberapa unit rumah.

Megan bahkan tertawa miris ketika memakai gaun itu dan melihat pantulan dirinya saat mencobanya pertama kali. Aku sedang mengenakan satu komplek perumahan.

Ia tidak memiliki jalan untuk mundur lagi jika ia menyesal. Sudah terlambat untuk mundur. Begitu ia melewati pintu itu, ia akan segera mengubah statusnya dari Miss menjadi Mrs.

Megan kembali melihat pantulan dirinya dengan lebih yakin dan mengembangkan senyumnya. Dia telah memilih ini, maka ia tidak akan menyesal. Ia mencintai hidung belang itu, dan ia akan selamanya mencintainya.

"I'm ready now!" Seru Megan. Ia berbalik dan berjalan menuju kepintu dengan langkah percaya diri. "Goodbye, Miss Penelope. And Hello, Mrs.Tyler." Megan membuka pintu dan melangkah dengan ringan selepas menyemangati dirinya sendiri.

***

Alunan musik lembut yang memainkan instrumental menenangkan, bersahutan dengan kicauan burung-burung yang sedang bersenang-senang di sana.

Suara bising orang-orang yang sedang bercakap-cakap juga terhenti tak kala dentingan piano memasuki bagian klimaksnya dan mata laki-laki yang berdiri di depan altar sedang menatap penuh rasa bangga, haru, dan memuja kearah penghujung jalan dimana pengantinnya sedang berjalan dengan senyum lebar di samping ayah kandungnya.

Alceo merasakan matanya panas dan ada sedikit air mata yang menggenang begitu melihat kalau penantiannya juga perjuangannya untuk memiliki Megan kini terbalaskan. Ia merasa jika sekarang ia kembali jatuh cinta pada pandangan pertama lagi dengan Megan setelah peristiwa lalu di clubnya yang menyebabkan ia bisa mengenal Megan.

Kepala Alceo kembali mengulang singkat perjalanannya sejak bertemu dan mengenal Megan. Bagaimana galaknya wanita itu, bagaimana ia mengancam wanita yang ternyata adalah karyawan magangnya, bagaimana ia mengintai meja kerja wanita itu seperti penggemar fanatik, bagaimana ia sengaja mengirim Ed, saingan cintanya, keluar kota dengan kedok naik jabatan agar Megan tidak dekat-dekat dengan laki-laki berbahaya itu, bagaimana ia tahan tidak menyentuh wanita yang sudah menjadi kebiasannya selama ini untuk waktu yang sangat lama.

Megan mengubah dunianya. Megan yang berambut pirang -hal yang tidak disukai Alceo, namun sekarang malah menjadi favoritnya. Ia bahkan memikirkan bagaimana rupa putri mereka nanti dengan rambut pirang yang sama seperti Megan. Ia mungkin akan jatuh cinta lagi untuk kesekian kalinya.

"Sebelum saya mulai acara ini, jika ada orang yang tidak setuju dengan pernikahan ini, maka kalian bisa mengatakannya sekarang, atau menyesal selama-lamanya." Alceo melirik kearah Megan yang kini berdiri di sebelahnya dengan tidak percaya. Ia akan segera menikah.

"Jika tidak ad-" Pendeta tidak jadi melanjutkan ucapannya ketika suara derit kursi terdengar di belakang kedua mempelai dan suara bisik-bisik juga memenuhi taman kecil itu.

"Austin! Apa yang kau lakukan?!" Auryn berbisik sambil menarik lengan Austin yang tadi duduk di sisinya dan tiba-tiba berdiri hingga kursinya terjatuh. "Bodoh! Austin!!!" Desis Auryn.

Austin mengerjap. Ia terkejut dan baru sadar jika ia sedang menjadi pusat perhatian juga objek pelototan Alceo dari depan.

"M-m-maaf. Mereka sangat serasi bersama. Mereka pasangan bahagia," ujar Austin disambung dengan kekehannya dan kembali duduk untuk menerima ocehan Auryn juga ibunya.

Alceo menghela nafas lega. Ia mengira kalau Austin benar-benar tega kepadanya dengan menentang pernikahan ini. Kebersamaan singkat Austin dan Megan benar-benar mengkhawatirkannya sebelum ini.

"Baiklah, mari kita lanjutkan..."

Alceo menggenggam jemari Megan dan membawanya ke depan bibir yang langsung ia kecup. Megan menoleh dan tersenyum kecil kearahnya. Mengatakan tanpa suara jika ia baik-baik saja meski sejujurnya ia sedikit terkejut tadi. Ia mengira kalau salah satu wanita Alceo mencoba menggagalkan jalannya acara ini.

Prosesi pernikahan berjalan dengan sakral dan damai selepas kejutan kecil yang diberikan Austin barusan. Bahkan Alceo bisa dengan lancar mengucapkan janji sucinya setelah kekhawatiran yang terus menggerogotinya sejak kemarin dan sebelum acara tadi.

Ia akan segera bernafas lega begitu Megan menyelesaikan janjinya dan Pendeta segera meresmikan status mereka.

Sedikit lagi... sedikit lagi...

"I-" Megan menatap mata Alceo yang sedang menunggunya. Tidak ada keraguan di mata biru itu. Tidak ada bercada yang menguar dari sana selain keseriusan dan kebahagiaan yang akan segera meledak. Ia menatap jemarinya yang berada dalam genggaman kuat Alceo seakan mengatakan jika Megan tidak sendirian. Dan ia tidak akan pernah sendirian lagi. Ia mengadah dan menatap kearah penonton, tepatnya kearah orangtuanya dan juga kedua sahabatnya yang sedang tersenyum bahagia untuknya.

Pernikahan ini... meskipun direncanakan dengan singkat, tapi Megan tahu jika laki-laki ini sedang tidak bermain-main dengan perasaannya. Ia sangat merasa dicintai dengan cara berlebih oleh makhluk tampan di depannya saat ini.

Ia tidak bisa memberikan apapun sebagai gantinya, bahkan ia tidak pernah memberi apapun untuk laki-laki itu. Hanya tendangan, makian, omelan, tamparan, yang untungnya tidak pernah menyurutkan semangat Alceo hingga ke titik ini.

Dan saat ini, detik ini, ia bisa memberikan sesuatu yang mungkin sejak tadi sedang ditunggu Alceo hingga ia terlihat gugup.

Megan menarik senyumnya dan kembali melanjutkan janjinya dengan lantang. "I, Megan Penelope, take you, Alceo Marvello Tyler, to be my wedded husband, to have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish, till death us do part."

Begitu membacakan janji itu, Megan melihat genangan air mata di kedua mata Alceo ketika laki-laki itu tertawa dengan helaan nafas lega. Matanya juga terasa panas menyaksikan seberapa besar rasa cinta Alceo untuk dirinya.

Kenapa ia harus ragu selama ini?

Mungkin kalau ia mengikuti keraguannya, ia tidak akan sampai di posisi ini. Menjadi seoang Mrs.Tyler.

***

Serangkaian acara berjalan sesuai rencana. Megan dan Alceo juga tidak berhenti tersenyum bahagia sepanjang malam hingga akhir acara.

Meskipun lelah, tetapi mereka tetap menjamu tamu-tamu yang kebanyakan adalah rekan bisnis keluarga Tyler dengan baik.

Hingga malam tiba dan Megan menyadari jika ia tidak akan bisa kabur dari situasi yang satu ini tanpa keajaiban.

Ia sadar jika tujuan laki-laki hidung belang yang kini menyandang status sebagai suaminya untuk segera menikah adalah malam ini.

Setelah usaha Alceo menahan diri yang cukup bisa Megan kagumi, Alceo pasti tidak akan menahan dirinya lagi untuk menyerangnya dengan brutal.

Kenapa Megan malah jadi takut seperti ini? Bukankah itu adalah hal yang wajar untuk dilakukan suami istri sekarang?

Tok tok tok

"Babe, kau masih lama?" Suara dan ketukan pintu dari luar sana mengejutkan Megan yang masih mengenakan gaun pengantinnya di dalam kamar mandi mewah itu. "Are you nervous? Jangan khawatir, babe. Aku hanya menggigit kecil." Suara berat Alceo membuat Megan merinding sekujur tubuh.

"Sial! Kenapa aku harus berada di situasi ini? Kenapa aku takut?" Tanyanya pada diri sendiri. "Aku belum siap, oh God!!!"

"I'm waiting, Babe... aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi," goda Alceo secara sengaja. Ia tahu Megan sangat gugup saat ini. Sejak mereka masuk ke kamar pengantin mereka, Megan sudah bergerak bak robot yang langsung menginvasi kamar mandi mereka sejak satu jam yang lalu.

"Kau tertidur, babe? Apa aku boleh mendobrak-"

"JANGAN!!!!" Teriak Megan panik.

Alceo menahan tawa di luar sana.

"A-aku akan segera keluar."

"Baiklah, aku menunggumu... di atas kasur kita, babe."

Megan menelan salivanya dengan berat. Tidak ada keajaiban yang bisa membuatnya keluar dalam situasi ini. Maka ia harus menghadapinya dengan lapang dada.

Megan melepaskan gaunnya dengan susah payah dan berjalan menuju ke shower untuk membersihkan dirinya. Ia terlalu panik akan satu hal sehingga ia tidak sadar seberapa besar kamar mandi yang ia tempati saat ini. Ia menatap tumpukan gaun mahal yang hanya ia kenakan sekali seumur hidupnya dengan tatapan menyayangkan kemudian matanya memicing saat melihat sesuatu di dekat gaun tersebut.

Sontak kedua sudut bibir Megan tertarik membentuk sebuah senyuman.

KEAJAIBAN! Batinnya bersorak.

***

30 menit kemudian, Megan keluar dengan piayam satin berlengan dan bercelana panjang. Alceo menatap lekat kewajah Istrinya yang sedang berjalan menghampirinya di atas kasur.

"Apa yang membuatmu sangat lama di dalam, babe? Aku kira kau akan keluar dengan pakaian seksi setelah membuatku menunggu cukup- auhhh..."

Megan spontan mencubit lengan Alceo ketika mendengar ucapan mesum laki-laki itu.

"Watch your mouth!" Omel Megan sebal.

Alceo gemas. Ia langsung menarik Megan hingga Megan terbaring dan ia kini berada di atas wanita itu.

"Apa yang salah dengan ucapanku, babe? Aku menggoda istriku sendiri. Kau lupa?" Bisik Alceo seraya mendekatkan wajahnya.

Megan meringis. Ia menangkup pipi Alceo dan menatapnya dalam-dalam. "Apa kau masih khawatir?" Pertanyaan yang sama sekali tidak merujuk ke hal yang ingin Alceo lakukan berhasil membuat laki-laki itu mengernyit.

"M-masih... sedikit..." jawab Alceo ragu.

"Kau sadar? Austin tadi terlihat aneh."

Masih dengan posisi yang sama, di mana Alceo berada di atas Megan dengan nafsu yang sudah berada di ujung tanduk, dan sesuatu yang menegang di bawah sana, Alceo masih menatap bingung kearah istrinya. Ia mengernyit tidak suka disaat ia ingin membangun suasana romantis, Istrinya entah mengapa, membawa topik random saat ini.

"Bisakah kita tidak membicarakan masalah itu sekarang?" Tanya Alceo sedikit kesal.

Megan menggigit bibirnya tanpa menjawab pertanyaan Alceo.

Alceo memajukan wajahnya dan mengecup bibir Megan singkat. "I love you, Mrs.Tyler." Alceo kembali berbisik dan mencium bibir Megan dengan lebih mendesak.

"Hmmpf... Al..."

Alceo membungkam bibir Megan dengan bibirnya ketika tahu wanita itu mau memprotes atau menunda hal yang sudah ingin ia lakukan sejak melihat Megan di depan altar tadi.

Tangannya bergerak kearah payudara wanita itu dan meremasnya perlahan hingga Megan mendesah kecil.

Tangannya kemudian bergerak kearah bawah bagian tubuh istrinya bersamaan dengan ciuman yang berpindah turun ke leher putih Megan. Yang dimana langsung ia sesalkan karena bibir tidak terbungkam Megan melayangkan bom atom terakhir di hari pernikahan mereka.

"I'm on my period, Al. We can't..." ucapnyq sambil mendesah kecil karena tangan Alceo masih berada balik baju tidurnya.

"Apa?" Alceo mengernyit.

"I'm on my period," ulang Megan takut menatap mata Alceo yang sudah melebar. "Aku... baru menyadarinya tadi saat mandi."

"Kau bercanda?!" Tanya Alceo langsung bangkit dan berkacak pinggang. Mengabaikan tonjolan dibalik celana bahan yang masih ia kenakan.

"Aku serius, Al. Aku ingin memintamu untuk membelikanku pembalut karena aku tidak membawanya kemari..." sambung Megan sedikit takut melihat perubahan ekspresi Alceo.

Jika sudah melihat eksresi menakutkan itu, ia jadi sedikit menyesal meminta keajaiban yang benar-benar dikabulkan. Ia mendapatkan tamu bulanannya. Ia baru menyadari ketika melihat bercak merah di gaun yang ia kenakan.

Keajaiban atau kebetulan? Megan setidaknya bisa mempersiapkan diri lagi selama seminggu.

"Pemba- Seriously? Kau memintaku membeli pembalut? Dengan keadaan seperti ini?!" Tanyanya seraya menunjuk kebagian bawah tubuhnya yang terlihat sesak.

Wajah Megan merona melihat tonjolan itu. Hanya sebuah tonjolan saja Megan bisa membayangkan seberapa besar milik... ah tidak, tidak! Jangan melihat kesana, Megan!

Melihat wajah memelas Megan, Alceo menghela nafas dan mengalah. Ia harus kembali berteman dengan air dingin dan melanjutkan kelas menahan nafsunya selama beberapa hari kedepan sepertinya.

Ia berjalan kearah kamar mandi yang langsung diteriaki oleh Megan.

"Kau mau kemana?!"

"Mandi, dan mengurus satu hal," jawab Alceo terdengar kesal.

Megan nyaris tertawa mendengar jawaban Alceo, namun ia tahan. Ia kembali bertanya, "lalu pembalutku?"

Alceo berbalik dan kembali menjawab, "kau mau aku keluar dengan situasi seperti ini?" Tanyanya sambil kembali menunjuk ke tonjolan itu.

Megan spontan menutup matanya dan tertawa kecil. Ia tidak ingin melihat tonjolan itu dan kembali memiliki pemikiran kotor dan menyesal.

Alceo meringis melihat Megan menutup matanya. Ia lalu berkata, "kau bisa kabur hari ini, babe. Tapi setelah kau selesai, aku akan memastikan kau tidak bisa berjalan selama seminggu penuh."

Alceo kemudian masuk kedalam kamar mandi dengan satu bantingan pintu.

Megan yang tadinya tertawa menjadi terdiam. Ia merinding dan juga sedikit menantikan ancaman Alceo. Ia terkekeh senang melihat kekesalan di wajah Alceo tadi. Tapi ia sadar kalau ia sedikit kelewatan.

Tetapi tamu bulanannya yang memilih untuk datang hari ini, tentu bukan dalam kuasa Megan, kan?

Megan kemudian berteriak dari luar, berharap Alceo mendengarnya dan tidak lagi marah. Tidak akan lucu jika hari pertama mereka menikah, mereka sudah bertengkar.

"I love you, Al."

Megan terdiam. Apa Alceo mendengar pengakuannya? Apa ia kurang kencang?

Baru Megan akan berteriak lagi, Pintu kamar mandi sudah terbuka dan kepala Alceo keluar dari sela dan berkata, "i love you too, Babe." Tidak lupa dengan kedipan mata andalannya. "Apa kau ingin bergabung dan menggosok punggung-"

"Apa kau mau segera masuk dan mandi lalu membeli pembalutku, atau kau inging tidur di lorong malam ini?" Ancam Megan.

"Apa ada pilihan lain?" Tanya Alceo sengaja mengulur waktu.

Megan tersenyum manis dan mengangguk. "Kau bisa bersantai disana dan aku akan turun membeli sendiri pembalutku. Lalu aku akan meminta tolong Austin untuk menjemputku, atau oh! Aku tidak keberatan untuk tidur di lorong."

Berbeda dengan Megan yang tersenyum setelah mengatakan semua hal itu, Alceo memberengut dan langsung masuk kembali kedalam kamar mandi.

"Kau curang!" Protesnya tidak terima.

Megan tergelak melihat suaminya masih cemburu disaat ia sudah menjadi istrinya beberapa jam lalu.

Hidupnya benar-benar akan berubah mulai dari sekarang. Dan hidupnya akan semakin meriah dengan kemesuman dari suaminya itu.

Ini baru awal. Awal dari kebahagiaannya.

End

Semoga puas dengan Endingnya 🙏

Sekali lagi maafkan lama.

Untuk yang nagih cerita Austin, bisa di cek di work aku juga dengan judul : "LOVE FROM 9000 MILES"

Kasih support ke Austin juga yaaaa 😛😛😛

Sekali lagi terima kasih sudah mengikuti cerita ini. Maaf kalau membosankan dan mengecewakan atau tidak menarik. Aku hanya manusia biasa yang juga cuman bisa imajinasi :')

Sekali lagi terima kasih! Me love you guys SO MUCH!!!! 😚😚😚

Fortsæt med at læse

You'll Also Like

1.1M 27.3K 49
Dia (Defran Arie Olvio) menculikku dan memaksaku menandatangani surat perjanjian yang isinyapun aku tak tahu dan dia juga memaksaku untuk menikah d...
355K 12.6K 38
Mario Arkha Alexander. Cowok umur 16 tahun yang baru masuk SMA. wajahnya yang tampan rupawan membuat ia menjadi playboy tenar. Alyssa Gennifya Pradip...
9.5K 727 18
The Last Love adalah sequel dari We Got Merried. Jangan lupa baca We Got Merried untuk tau cerita mereka sebelumnya.
2.6M 277K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...