Accident With Mr. Viazco✔ (SU...

By oktyeffendy

1.7M 64.2K 2.2K

Accident With Mr. Viazco *** Shevanya Doum, gadis 17 tahun yang harus kehilangan kasih sayang orang tuanya da... More

PROLOG
-1-
-2-
-3-
-4-
-5-
-6-
-7-
-8-
-9-
-10-
-11-
-12-
-13-
-14-
-15-
-16-
-17-
-18-
-19-
-20-
-21-
-22-
-23-
-24-
-25-
-26-
-27-
-28-
-29-
AUTHOR NOTE
-30-
PENGUMUMAN
-31-
-32-
-33-
-34-
-35-
-36-
AUTHOR NOTE
-37-
-38-
-39-
-40-
AUTHOR NOTE
-41-
-42-
-43-
-44-
-45-
-46-
Mau Tanya
-47-
-48-
-49-
Visualisasi
Visualisasi 2
-50-
-51-
-52-
-53-
-54-
Role Player
-55-
-56-
-57-
-58-
-59-
-60-
-61-
-62-
-63-
-64-
-65-
EPILOG
Author Note
Cuap-Cuap Author
Pilih Cover
Author Note
Ekstra Part Dua
Zevina
OPEN PO

Ekstra Part Satu

21K 903 58
By oktyeffendy

Halloooo 🙌🙌🙌

Author kembali lagi membawa cerita Zidane-Shevanya 😁😁😁

Setelah kupikir memang ceritanya udah panjang, tapi karena rayuan setan-setan kecil 👿👿👿 #eh akhirnya kubuat ekstra partnya 🤗🤗🤗

Note : 300+ vote and 50+ comment nanti aku kasih ekstra part 2, soalnya yang ini gantung #senyumsetan

Baiklah silakan dibaca...

♣♣♣♣♣

Zidane Avicena Viazco

Shevanya Doum

Adelya Arnanda Viazco

Varoon Emilio Viazco

"MAMA!" teriakan itu membuat seorang wanita yang sedang memasak di dapur segera berlari ke arah kamar kedua anaknya.

Wanita itu, Shevanya menghentikan langkahnya saat sudah berada di ujung bawah tangga menuju lantai dua.

Shevanya menepuk dahinya sebelum kembali lagi ke dapur karena dia belum mematikan kompor yang diatasnya ada nasi goreng setengah jadi.

Setelah memastikan tidak ada kompor yang menyala, Shevanya segera berlari ke arah kamar kedua anaknya.

"Varoon, kenapa teriak, sayang?" tanya Shevanya seraya menggendong putranya yang sedang terisak di atas ranjang milik sang kakak.

"Papa sama Kakak jahat, Ma" adunya seraya menangis di bahu sang Mama.

"Jahat ke..."

"Ayo Princess Papa, kita ganti baju" perkataan Zidane memotong ucapan Shevanya, membuat wanita itu sebal dan menatap suaminya tajam.

Zidane hanya menyengir melihat tatapan galak sang istri tercinta dan...

Cup...

Zidane masih sempat-sempatnya mencium kening Shevanya saat melewati wanitanya. Dan hal itu membuat Shevanya tersenyum, melupakan kekesalannya.

"Papa sama Kakak jahat kenapa, sayang?" tanya Shevanya mengelus sayang puncak kepala Varoon.

"Masak Varoon nggak diajak mandi, Ma" adu Varoon lagi seraya menghapus air matanya kasar.

Shevanya terkekeh kecil, Varoon memang sangat manja, bahkan melebihi kakaknya yang seorang perempuan.

"Kamu kan udah mandi, Dek" kata sang kakak, Adelya keluar dari walk in closet masih dengan hanya menggunakan handuk kecil.

Varoon menatap tajam sang kakak sebelum kembali menangis tersedu-sedu, membuat Adelya melotot.

Varoon menyembunyikan wajahnya yang basah di ceruk leher Shevanya kembali, membuat Adelya mendengus kesal.

Adelya sekarang berusia 8 tahun sedangkan Varoon baru berusia 5 tahun. Keduanya sangat dekat, meskipun terkadang masih suka bertengkar.

Zidane keluar dari walk in closet dengan tangan yang membawa pakaian Adelya. Melihat hal itu Adelya segera berlari ke arah sang Papa.

Zidane menyamakan tingginya dengan Adelya dan mulai memakaikan baju kepada sang putri tersayang.

"Dah cantik princess Papa" kata Zidane menatap bangga hasil jerih payahnya mendandani Adelya.

"Jadi, kenapa Adek nangis, Adel?" tanya Zidane menatap Varoon lalu kembali menatap putri sulungnya bertanya.

"Kata Adek, kita nggak ngajak dia mandi, Papa" kata Adelya mengadu, membuat Zidane terkekeh.

Zidane mencium kening Adelya sebelum berjalan ke arah Shevanya yang masih mencoba menenangkan tangisan anak bungsunya itu.

Zidane mengangkat tangannya, memberikan kode kepada Shevanya agar memberikan Varoon kepadanya.

Varoon awalnya enggak digendong sang Papa, dia masih kesal karena tidak diajak main air bersama Papa dan Kakaknya.

"Sayang, sama Papa ya" bujuk Zidane terus menerus hingga jagoannya itu mau masuk ke dalam gendongannya.

"Maafin Papa sama Kakak ya" kata Zidane dan Varoon tetap diam, tidak menjawab apa pun.

"Gini deh. Varoon udah mandi belum tadi pagi?" tanya Zidane dan Varoon mengangkat wajahnya menatap Zidane.

"Udah mandi?" tanya Zidane lagi dan Varoon menganggukkan kepalanya pelan.

"Dimandiin Mama, kan?" tanya Zidane dan Varoon kembali mengangguk.

"Tuh, kan. Varoon udah mandi. Dimandiin Mama lagi" kata Adelya membuat Varoon menatap kesal sang Kakak.

"Tapi Varoon mau dimandiin Papa, Kakak!" teriak Varoon sebelum tangisannya kembali terdengar.

Zidane menghela nafasnya, anak laki-lakinya ini sangat manja, dia jadi bingung, takut putranya menjadi laki-laki lembek.

Zidane membawa Varoon keluar dari kamarnya, membawanya menuju ruang bermain milik kedua anaknya.

Shevanya menggandeng tangan Adelya menuju tempat yang sama, karena Shevanya tau, Adelya tidak suka melihat sang adik menangis.

"Mama, Adek kok nangis terus?!" tanya Adelya dengan mata memerah.

Adelya memang seperti itu, saat melihat adiknya menangis, dia akan ikut sedih. Hal itu membuat Zidane dan Shevanya terharu.

"Adek nggak papa, namanya juga balita, suka nangis" kata Shevanya memberi pengertian kepada Adelya.

"Balita itu apa, Ma?" tanya Adelya membuat Shevanya tersenyum.

Rasa ingin tau putrinya ini sangat tinggi, membuatnya bingung namun juga bahagia.

"Balita, bayi di bawah lima tahun" kata Shevanya dan Adelya mengangguk-anggukan kepalanya paham.

"Adelya dulu juga gitu waktu masih balita, Ma?" tanya Adelya lagi dan Shevanya menganggukkan kepalanya.

Kedua lalu menyusul Zidane menuju ruang bermain, di sana dia melihat Varoon yang sudah mau diam dan bermain game kesukaannya.

Melihat Varoon yang sudah bermain game, Adelya segera melepaskan genggaman tangan sang Mama dan berlari ke arah adik tersayangnya itu.

Shevanya tersenyum sebelum kembali menuju dapur untuk melanjutkan acara masak-memasaknya yang terganggu akibat teriakan sang putra.

♣♣♣♣♣

Shevanya tersentak saat sebuah lengan kekar melingkari pinggangnya, siapa lagi kalau bukan sang suami, Zidane Avicena Viazco.

"Anak-anak?" tanya Shevanya melanjutkan acara memasaknya.

"Main game di kamar" kata Zidane menyandarkan kepalanya di bahu Shevanya.

"Kamu nggak capek?" tanya Zidane melihat istrinya langsung memasak setelah sampai di Prancis.

Keluarga kecil itu barusaja kembali dari Indonesia, mengunjungi makan kakak perempuan Zidane, Micella.

Ya Cella meninggal beberapa tahun lalu, membuat Shevanya yang sangat dekat dengan Cella menjadi stress.

Shevanya yang saat itu hamil muda pun harus menelan pil pahit karena kandungannya mengalami keguguran.

Shevanya menggeleng dengan tangan yang memindahkan nasi goreng ke dalam piring saji.

"Kamu masak apa?" tanya Zidane mengintip makanan apa yang dibuat sang istri setelah memasak nasi goreng.

"Rendang, Adel sama Varoon lagi suka masakan Padang ini" kata Shevanya meracik bumbu masih dengan lengan Zidane yang melingkari pinggangnya.

Zidane mengeratkan pelukannya lalu menghadiahi kecupan di pipi wanita yang sangat ia cintai itu.

Zidane melepaskan pelukannya, menuju lemari es untuk mengambil air dingin dan menuangkannya ke dalam gelas.

Zidane kembali ke sisi istrinya, memberikan air dingin agar Shevanya meminumnya.

"Apa?" tanya Shevanya menatap air dingin yang disodorkan Zidane dengan bingung.

"Minum, aku tau kamu haus" kata Zidane membuat Shevanya tersenyum.

Suaminya itu selalu tau apa yang ia mau.

Shevanya menerima air tersebut dan meneguknya hingga tandas sebelum mengembalikannya kepada Zidane.

Zidane menuju tempat pencuci piring untuk mencuci piring kotor sedangkan Shevanya sudah kembali berkutat dengan masakannya.

"Aku mau punya anak lagi" kata Zidane setelah lama hening.

Shevanya menghentikan acara memasaknya sebelum menghela nafasnya yang terasa berat.

"Kita udah ngomongin ini berulang kali, Kak" kata Shevanya lirih, namun cukup bisa didengar oleh Zidane.

"Aku yakin kamu akan berhasil melahirkan lagi" kata Zidane seraya berjalan ke arah Shevanya dan memeluknya kembali.

Shevanya mengacuhkan Zidane, wanita 25 tahun itu lebih memilih untuk menata makanan di meja makan.

Setelah keguguran, Shevanya memang tidak mau hamil lagi, dia takut membuat calon buah hatinya kembali tiada.

Zidane menghela nafasnya, tidak mudah membujuk Shevanya yang sudah membulatkan tekatnya untuk tidak hamil lagi.

Zidane berjalan mendekati Shevanya yang sedang sibuk menata makanan di meja makan dan memeluknya dengan erat, dia tau Shevanya sedang marah kepadanya.

"Maaf, aku cuma kangen suara tangisan bayi di rumah kita" bisik Zidane meminta maaf.

Shevanya menghela nafasnya dan membalik badannya menatap Zidane dengan pandangan penuh cinta.

"Sebentar lagi Kak Anjani juga mau melahirkan, rumah kita akan kembali ramai" kata Shevanya seraya menangkup wajah sang suami.

"Aku takut membunuh makhluk suci tak berdosa itu lagi" lanjut Shevanya lirih.

"Nggak akan. Aku akan menjaga kalian" kata Zidane masih merayu sang istri untuk hamil kembali.

"Aku nggak meragukan kemampuan kamu menjaga kami" kata Shevanya mulai frustasi.

"Aku takut, tolong mengerti aku!" lanjut Shevanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Zidane menarik Shevanya ke dalam pelukannya dan pecahlah air mata Shevanya di pelukan sang suami tercinta.

♣♣♣♣♣

Hayolohhh gantung kan?! Jadi yang mau lanjutan vote and comment ya

Ditunggu loh ya..

With Love❤

Чатур Окти👰

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 51.8K 36
Tristan Francius, si bungsu dari keluarga Ricardo yang tidak percaya akan adanya cinta sejati. Baginya cinta sejati hanyalah kalimat dangdut yang men...
1.8M 93.4K 50
Aurellie Thomas, gadis berusia 18 tahun yang baru lulus SMA. Ia tengah sibuk-sibuknya mencari pekerjaan kesana-kemari dengan bermodalkan ijazah yang...
87.2K 2.3K 22
BUDAYAKAN UNTUK MEMBACA DESKRIPSI SEBELUM MEMBACA CERITA. "Om duda, masih perjaka.?" "Iya" "Kok bisa" "Ya bisa" *** Duda tapi masih perjaka.? Kok bis...
2.5M 82.1K 52
Rank #2 in Romance on March, 12th 2016 Aku menyukainya sejak lama. Kami berteman dan bersahabat sejak kami masih di bangku sekolah pertama. Kali itu...