NARIK SUKMO (TERSEDIA DI GRAM...

By Desofie

349K 26K 2.8K

#3 03062018 #4 25052018 #8 08032018 #9 08032018 Setelah menginjak usia 20 tahun, Kenar selalui di han... More

Bab // 1
Bab // 2
Bab // 3
Bab // 5
Bab // 6
Bab // 7
Bab // 8
Bab // 9
Bab // 10
Bab // 11
Bab // 12
Bab // 13
Bab // 14
Bab // 15
Bab // 16
Bab // 17
Bab // 18
Bab // 19
Bab // 20
Bab // 21
BUKAN UPDATE
Bab // 22
Bab // 23
Bab // 24
Bab // 25
Bab // 26
Bab // 27
CAST
Bab // 28
Bab // 29
Bab // 30
Bab // 31
Bab // 32
Bab // 33
Bab // 34
Vote Cover 😍
NARIK SUKMO OPEN ORDER
PROMO MANTUL
INFO NGOBROL HOROR
Belanja buku dari rumah
E BOOK MURAH
INFO PENTING (Narik Sukmo 2)
NARIK SUKMO THE MOVIE
COMING SOON
BEHIND THE SCENE NARIK SUKMO THE MOVIE

Bab // 4

9.3K 802 31
By Desofie

Hujan turun terus menerus sepanjang malam. Suara petir menyambar sesekali terdengar menimbulkan suara gemuruh di malam yang mencekam.

Para warga Kelawangin berkumpul di satu ruangan bersama keluarga mereka. Takut kalau-kalau bencana akan terjadi.

Begitu juga dengan keluarga Prastomo. Mereka kini sedang berkumpul di ruang tengah, di temani cahaya lilin yang kalah oleh cahaya petir.

"Maaf ya ndhuk, baru pertama berlibur ke desa kami malah hujan angin seperti ini." ujar Prastomo.

Kenar tersenyum. "Namanya juga cuaca pak, kita gak tahu kapan datangnya." ucap Kenar yang kini tengah duduk di atas sofa, berdempetan dengan Ayu.

Prastomo menghela napas pelan sebelum kembali meneguk kopi hitam tanpa gulanya. Pandangannya menerawang ke arah jendela.

"Pak, apa hujannya akan sampai pagi?" tanya Ayu.

"Semoga hujannya cepat reda ya. Aku gak suka hujan sama suara petirnya." ucap Kenar pelan.

"Doakan saja ndhuk." sahut Seruni.

Gemuruh hujan mulai terdengar melambat dari sebelumnya. Tidak ada lagi suara petir yang memekakkan telinga meski sesekali kilat masih terlihat menyambar. Prastomo menengok keluar rumah. Udara dingin langsung dirasakan Prastomo.

Lantai teras basah oleh air. Pohon-pohon diluar nampak hampir rubuh, sayang malam sangatlah gelap, Prastomo tidak bisa melihat keadaan padi-padi di sawah yang berada di dekat rumahnya.

Padi-padi itu pasti hancur dengan hujan dan angin seperti tadi pikir Prastomo.
Prastomo kembali masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu.

"Kalian tidurlah. Hujannya sudah berhenti, mungkin listriknya tidak akan menyala dalam waktu dekat." ujar Prastomo pada Ayu dan Kenar.

"Iya pak." ucap Ayu dan Kenar bersamaan.

Prastomo mendekati istrinya dan meraih tangannya hingga Seruni berdiri. Prastomo menggandeng lengan istrinya menuju kamar.

"Ini pertanda ndhak baik bu." ucapnya.

Kenar dan Ayu sudah berada di dalam kamar. Ayu meletakkan sebuah lilin di tengah ruangan di kamarnya. Ia memastikan tidak ada barang yang mudah terbakar di sekitarnya. Lilin di letakkan di atas tatakan gelas dan bawahnya telah terisi oleh air.

"Sepertinya tidur gue bakal nyenyak." ucap Kenar menarik selimutnya.

"Iya, kalo petirnya gak dateng lagi." ucap Ayu ikut menarik selimut dan berbaring di samping Kenar.

Cahaya lilin berpendar di tengah kamar, serta dingin yang merambat membuat mata Kenar semakin mengantuk.

"Apa kegiatan kita besok?"

"Melihat keadaan desa." ucap Ayu sebelum memejamkan mata

"Semoga padi-padinya gak rusak." gumam Kenar. Ia ingat padi-padi yang menghampar di sawah tadi sore, sangat hijau.

"Gue gak yakin Ken. Udah tidur, besok kita liat." ucap Ayu.

Kenar berbalik memunggunggi Ayu. Kedua tangannya memeluk selimut yang sudah sampai di lehernya. Pandangannya menatap jendela kamar. Gorden berwarna biru melambai-lambai pelan oleh tiupan angin, perlahan Kenarpun mulai terlelap.

***

Pagi yang sangat cerah untuk ukuran desa yang semalam diguyur hujan badai di sertai petir yang menyambar. Para pekerja Prasmoto terlihat sedang membersihkan halaman rumah dari sampah dedaunan dan juga ranting-ranting pohon yang berserakan.

"Ayo nak sarapan dulu." ucap Seruni.

"Ibu masak apa?" tanya Kenar.

"Nasi goreng telur. Ndak apa-apa nak?" tanya Seruni.

"Ya gak apa-apalah bu. Kenar mah pemakan segala." ucap Ayu sambil tertawa.

"Kita gak boleh pilih-pilih makanan kan bu?" ucap Kenar.

"Betul itu. Makanan itu rizki dari Allah Swt, kita ndhak boleh pilih-pilih sedang di luar sana banyakborabg yang ndhak bisa makan apa-apa."

Ayu cemberut mendengar ibunya bicara, ia merasa tersindir walau apa yang dikatakan ibunya. Matanya melotot tajam pada Kenar yabg tengah menertawakannya tanpa suara. Ayu makannya suka pilih-pilih. Gak suka sayur makan sayur.

"Bapak mana bu?" tanya Ayu.

"Bapak sudah ke ladang tadi pagi-pagi sekali. Para warga juga pasti banyak yang sedang menengok ladang mereka masing-masing. Semoga kerusakannya tidak parah." ucap Seruni.

"Amin." ucap Kenar bersamaan dengan Ayu.

Kenar pagi ini mengenakan kaos casual berwarna biru muda dan celana 7/8 nya. Begitu juga dengan Ayu, Ayu mengenakan kaos casual berwarna coklat muda dan celana 7/8. Mereka memakai sendal jepit dan Ayu yang membawa tas kecil tempat hanphone, uang kecil, ikat rambut, tisu basah dan lainnya.

Mereka akan menyusul Prastomo ke ladang. Ayu ingin mengajak Kenar bersepeda namun karena jalanan pasti licin dan becek Ayu mengurungkan niatnya. Mereka memilih untuk berjalan kaki walaupun jaraknya lumayan jauh untuk ukuran mereka yang biasa menggunakan sepeda motor.

Kenar memandang sedih padi-padi yang hampir panen itu kini semuanya tidak lagi berdiri tegak. Semua batang padi tergeletak di tanah.

"Masih bisa di panen Ken. Walaupun hasilnya gak sebanyak dan sebagus sebelum kena musibah." ucap Ayu.

Kenar berjalan di sepanjang jalan menuju ladang. Beberapa warga yang mengenal Ayu melambaikan tangan, ada juga yang menyapa.

"Pak," Prastomo menoleh mendengar suara anaknya memanggil.

"Ayu, Kenar, kemari."

Kenar dan Ayu menghampiri Prastomo yang tengah berdiri sambil mengawasi pekerjanya yang sedang memperbaiki kondisi ladang yang sepertinya tidak terlalu parah seperti yang tadi di lewati mereka.

Kenar mengedarkan pandangannya pada hamparan padi di sekelilingnya. Kalau di lihat, tidak semua ladang mengalami kerusakan parah. Apalagi ladang milik bapaknya Ayu.

Padi-padinya hanya sedikit yang rusak. Yang lainnya masih bisa di selamatkan. Hal seperti ini mustahil terjadi kalau semalam hujan badai dan juga petir sangatlah besar.

Bulu kuduk Kenar tiba-tiba merinding. Penglihatannya sedikit mengabur dan pusing melandanya. Hampir saja ia terjatuh kalau Ayu tidak segera memegangnya.

"Lo kenapa?" tanya Ayu cemas.

"Gue...gak apa-apa." ucap Kenar bingung. Ia sendiri tidak tahu kenapa tubuhnya tiba-tiba seperti orang yang akan pingsan.

"Lo istirahat saja dulu. Ayo gue anter ke rumah mbah Sarti. Rumahnya tidak jauh dari sini." Ayu mengajak Kenar kerumah mbah Sarti. Mereka duduk di dipan bambu yang ada di teras.

"Mbah, Ayu titip temen Ayu ya. Ayu mau ke ladang bapak sebentar." ucap Ayu.

"Iya ndhuk. Temennya yang ayu ini menunggu di sini saja." ucap mbah Sarti.

"Maaf ya gue jadi ngerepotin lo." ucap Kenar.

"Sudah gak apa-apa. Gue ke ladang sebentar kok, setelah itu gue jemput lo di sini. Kalau ada apa-apa telepon gue." pesen Ayu.

Kenar mengangguk.

"Darimana to ndhuk?" tanya mbah Sarti pada Kenar.

"Dari Jakarta mbah." jawab Kenar.

"Oh jauh toh, disana ramai sekali ya. Katanya di Jakarta itu kota Modern." ucap mbah Sarti.

"Iya. Mbah, siapa yang suka main alat musik itu?" tunjuk Kenar pada sebuah alat musik tradisional yang ada dekat pintu.

"Oh itu, itu salah satu milik desa. Mbah sudah membersihkannya."

"Namanya Saron kan?"

"Iya ndhuk. Kamu bisa memainkannya?"

"Gak bisa mbah. Saya cuma bisa menari, sedikit." ucap Kenar sambil tersenyum tipis.

"Oalah, bagus itu ndhuk. Kamu bisa menari apa?"

"Tarian modern mbah, beberapa tradisional juga."

"Kalau begitu besok sore mampir ke aula desa ya. Kebetulan mbah mengajar disana."

"Jadi, mbah guru tari?" tanya Kenar semangat.

Mbah Sarti tersenyum. "Mbah cuma bisa mengajar tari tradisional." ucapnya merendah.

"Mbah merendah. Kenar akan meminta Ayu menemani saya kesana." ucap Kenar.

"Tunggu sebentar, mbah buatin teh hangat ya."

"Jangan repot-repot mbah." tolak Kenar.

"Ndhak apa-apa." ucap mbah Sarti yang sudah masuk ke dalam rumah.

Kenar bangun dari duduknya. Ia mendekati Saron yang terlihat sangat bersih dan cantik itu. Saron yang begitu indah.

Kenar berjongkok, meraba seluruh permukaan Saron dengan lembut. Kenar tidak mengerti, ada perasaan hangat yang mengalir di hatinya ketika menyentuh Saron itu. Perasaan hangat yang tiba-tiba membuatnya bersedih, menyebabkan air bening itu menetes perlahan di wajah mulusnya.

***

Maafkan typo guys...
Luph u phul 😘

Continue Reading

You'll Also Like

16.6K 2.4K 20
❗WARNING❗ [JANGAN BACA SENDIRIAN] ~FOLLOW SEBELUM BACA~ Hani menghilang dari rumah secara tiba-tiba pada ulang tahunnya yang kedelapan. Katna tetangg...
25.6K 4K 37
percakapanㅡtidak, lebih tepatnya keributan sehari-hari antara kakak dan adek yang tidak penting. lemonhugs©, 2018 warn! lowercase-intended; local-au;
MATI (Tamat) By Ighazali

Mystery / Thriller

26.8K 2.3K 18
Sheila mendapat mimpi buruk tentang kematiannya dan ke 5 temannya sebelum melakukan perjalanan liburan keluar kota. Sheila tidak menduga mimpi itu a...
40.7K 2.3K 21
(UPDATE COMPLETE) | T A M A T | Mytha akhirnya operasi mata, ia berhasil kembali melihat indahnya dunia. Namun di balik keindahan mata itu, ternya...