My Sweetest Ex

By myezbie

793K 37.5K 3K

Protektif dan diktator adalah sifat yang mendarah daging gadis itu, hingga membuat Iqbaal jengah dan memutusk... More

Prolog
BAB 1 : Boyfriend
BAB 2 : Mark My Words
BAB 3 : A Planning
BAB 4 : Him
BAB 6 : Stalking Her
BAB 7 : Gossip
BAB 8 : An Angel
BAB 9 : Her Feeling
BAB 10 : They Are Fight
BAB 11 : Can We Be Friend?
BAB 12 : Make A Deal
BAB 13 : A Little Secret
BAB 14 - One Time
BAB 15 - I am Promise!
BAB 16 : Try to Move On?
BAB 17 : What's Wrong?
BAB 18 : Heartbreaking
BAB 19 : When The Regret it Come?
BAB 20 - What's My Fault?
BAB 21 : Three Painful Minutes
BAB 22 : Love Shot
BAB 23 : The Truth Untold
BAB 24 : What's It Wound?
BAB 25 : Break Up
BAB 26 : What Are You Missed?
BAB 27 : Another Chance
BAB 28 : They're Miss Each Other
BAB 29 : Hi Salsha?
BAB 30 : Dating Agency
BAB 31 : An Effort to Catch Her
BAB 32 : An Unexpected Fact
BAB 33 : Status?
BAB 34 : Kissing, Huh?
BAB 35 : I Got It!
BAB 36 : Pregnancy and The Wedding
Epilog

BAB 5 : A Bit of Jealous

25.5K 1K 31
By myezbie

Happy Reading.

"Gue yakin, Steff! Walau keadaan lampu udah di matiin, gue yakin kalo dia Iqbaal." Salsha berkata dengan nada yakinnya. Jika biasanya pada jam istirahat mereka berada di kantin, kali ini ketiganya ada di pinggir lapangan.

"Tapi Sha... Gue liat sendiri kemarin Iqbaal pulang sendiri. Bawa motor, kok," kata Steffi yang diangguki oleh Jeha.

"Iya. Lo harus percaya ama kita. Lo liat dia pakai seragam kan? Menurut gue sih, lo salah liat. Gue jamin mata gue gak minus kok." Jeha menambahi.

Salsha menopang dagunya. Ia tak mungkin salah duga meski keadaan ruangan gelap. Dia amat mengenali bagaimana rupa Iqbaal meski hanya berbentuk siluet sekalipun.

"Hai, beauty." Kepalanya mendongak menatap laki-laki yang saat ini berada di depannya. Senyuman manis yang kapan saja bisa membuat semua seluruh gadis memujanya.

"Ada apa ya, Kak?" tanya Steffi gugup.

"Pantes ya hari ini mendung, ternyata sinar matahari kalah terang sama pancaran wajah kamu."

Jika Steffi ataupun gadis lain akan sweetdrop maka berbeda dengan Salsha dan Jeha. Keduanya serentak memutar bola mata mendengar kata gombal dari ketua tim basket.

"Salsha..."

"Gak ada kerjaan lain ya? Udah baik main basket tadi di sana," jawab Salsha ketus yang membuat si laki-laki tersenyum tambah lebar membuat dahinya mengernyit heran. "Kenapa ketawa?" ujarnya ketus.

"Gak apa-apa. Heran aja gitu, semakin kamu galak semakin memancar aura cantiknya."

Cukup sudah. Ia terlalu muak untuk mendengar kata gombal dari Bryan. Akhirnya Salsha pun berdiri yang juga diikuti oleh Jeha.

"Gak mutu, ngerti?" Ia berjalan melewati Bryan, Jeha pun hendak membuntuti namun terhalang karena Steffi masih memandang ke arah Bryan dengan tatapan...ehm, Jeha pun tak tahu bagaimana menyebutnya dan memilih untuk langsung menarik Steffi.

"Salsha!" teriaknya yang membuat siswa dan siswi yang ada di sekitar lorong menoleh ke arah Bryan. "Aku udah bilang gak, kalau kamu cantiknya pake banget pas di kuncir gitu!"

Salsha menoleh sinis, "Masa bodoh!" ketusnya kemudian berjalan meninggalkan areal lapangan. Dia berjalan tergesa-gesa hingga tanpa sengaja menabarak gerombolan kakak tingkatnya di belokan.

"Awsh..." Ia meringis pelan ketika sikunya bertabrakan dengan keras dan dinginnya lantai. Gadis itu meringis sembari mengumpulkan tenaga untuk mengocehi kakak tingkatnya itu. "Lo tuh ya! Gak...," kata-katanya terhenti ketika melihat siapa gerangan pelakunya.

"Sakit ya? Maaf aku gak sengaja." Laki-laki itu berjongkok di depannya mengusap sikunya dengan raut perhatian membuat Salsha terhenyak sejenak.

Dulu, ketika pertama kali ia masuk ke dalam sekolah ini. Orang pertama yang ia suka adalah laki-laki ini. Alwan Rendratama. Laki-laki yang mampu menghipnotis Salsha waktu itu hanya dengan senyumannya. Namun sayang, ia harus menelan kenyataan jika status pacar orang tlah melekat dalam diri si laki-laki. Jadilah Salsha menjauh dan pada akhirnya kenal Iqbaal.

"Sha? Are you there?" Alwan menggerakkan tangannya di depan wajah Salsha membuat gadis itu terbuyar dari alam lamunannya.

"Eh, ya... Aku gak apa-apa." Sebuah senyuman manis terpatri di bibir Salsha yang juga di balas oleh Alwan.

"Mampus! pacar orang kalo senyum manis banget," batinnya menjerit terpukau.

"Kakinya sakit? Mau aku anter ke UKS?" tawar Alwan yang diangguki langsung oleh Salsha.

Kontan saja Jeha langsung menepuk dahinya. Bisa gawat jika pacar laki-laki itu tiba-tiba muncul seperti setan di film horror. Kedua sahabat Salsha itupun hanya mampu mengekor diikuti oleh ketiga teman laki-laki Alwan. Dalam hati Jeha merapalkan kata agar tak ada peperangan akibat hal ini. Berbeda dengan Steffi yang malah menangkupkan pipi seraya berkata 'sweet' berkali-kali.

Salsha tersenyum tipis tanpa diketahui laki-laki itu. Namun senyumnya tak bertahan lama ketika matanya memandang dua orang yang tengah berjalan beriringan dari arah lawan.

Salsha berusaha menahan rasa gemas bercampur kesalnya. Dia menatap sinis ke arah depan. Bagus. Seminggu tak mengabari dia dan menjauh namun sekarang terpergok tengah berjalan di koridor sepi. Kemudian gadis berjilbab di samping Iqbaal itu menunjuk ke arahnya membuat ia menurunkan tatapan sinis.

"Pacar kamu," ucap Alwan yang tak ditanggapi Salsha. Mata gadis itu memandang ke arah Iqbaal yang saat ini menatapnya.

Sesuai harapan. Laki-laki pamit ke gadis berjilbab yang Salsha ketahui bernama Adiba itu. Ketua dari perkumpulan remaja muslim atau yang biasa disebut PRM sekolah. Iqbaal berjalan mendekat membuat senyuman tak bisa ditahan dari bibir Salsha. Rupanya laki-laki itu masih mencintainya.

"Kamu kenapa?" tanyanya pada Salsha yang juga sesekali melirik tangan Alwan yang melingkari bahu Salsha.

"Dia jatuh dan kakinya kesleo," jawab Alwan.

"Kakak udah punya pacar kan? Bisa lepas rangkulannya? Entar ada yang salah paham." Iqbaal mengatakan sembari mengedarkan pandang menyindir.

Alwan melepasnya meski tatapan tajam masih mematri di bola mata ke arah Iqbaal.

"Statusnya diinget, Kak," kata Iqbaal sembari mengambil alih posisi Alwan yang membuat laki-laki itu bergeser. Dan Iqbaal pun memapah Salsha menjauh dari sana.

***

Iqbaal masuk ke dalam ruang UKS lagi setelah petugas kesehatan mengobati memar di siku dan kesleo yang sebenarnya hanya tipu daya Salsha. Laki-laki itu duduk di samping gadis yang meneguk air mineralnya, tampak seperti orang yang baru meminum obat.

"Udah baikan?" Salsha hanya mengangguk dan menaruh botol minuman yang saat ini diambil alih Iqbaal.

"Harusnya kamu minta tolong aku kalo luka kayak gini," kata Iqbaal yang tak dihiraukan Salsha. Gadis yang berpura-pura sakit itu berlagak lemah dan ingin berbaring yang membuat Iqbaal membantunya untuk sekedar berbaring.

"Sha...," panggilnya ketika gadis itu mengacuhkan dirinya, "jangan deket-deket Kak Alwan lagi, yaa..."

Tak ada yang tahu jika dibalik ekspresi datar Salsha, gadis itu menahan senyuman kemenangannya.

Iqbaal membelai rambutnya manatap dalam matanya membuat Salsha terpanah karna bola mata cokelat itu. Hanya dengan cara sesederhana ini Iqbaal mampu mengembalikan kecewanya. Hanya dengan cara sesederhana ini Iqbaal memupuk cinta di hatinya.

"Kenapa?" tanya Salsha menyuara, "bukannya kita udah pu...tus?" Mata cokelatnya memandang hazel Iqbaal dengan tanya besar.

Mengapa dia tak boleh dekat dengan laki-laki lain sedangkan Iqbaal bebas dengan yang mana saja.

"Karena Alwan udah punya pacar dan kamu tau kalau pacar dia masih sepupu aku."

Cuma itu ternyata.

***

Salsha berjalan bak penguasa diikuti oleh Steffi dan Jeha. Langkah tegasnya membawa dia ke ruangan di mana tempat bagi para siswi yang mengikuti PRM SMA Garuda berkumpul. Pintu cokelat dengan hiasan yang tak menarik minat Salsha itupun dibuka dengan kencang membuat anggota yang sepertinya tengah rapat itu terlonjak.

Salsha tak perduli. Persetan dengan rapat, dia lebih perduli mau diapakan gadis yang tengah berdiri di papan penuh coretan vision itu. Langkah lebarnya mendekat kemudian tanpa aba-aba ia menarik jilbab gadis itu hingga semua yang ada di ruangan memekik.

"Astagfirullah, Kak Adiba!"

"Kak!"

"Kak Salsha kasian Kak Dibanya kesakitan itu..."

Salsha tak perduli dengan semua pekikan yang dia dengar. Dia terus menarik jilbab putih itu hingga menit ketiga ia melepasnya.

Penampilan Adiba yang tadi rapi itu berubah hanya dalam sekejap. Jilbabnya lusuh tak berbentuk, pun letaknya yang melorot hingga memperlihatkan ikat kepala bewarna putihnya.

"Ini akibat karna lo udah ke-gep berduaan sama pacar gue!"

Adiba menatap gadis di depannya dengan helaan napas panjang. Dia memperbaiki letak jilbabnya sebelum mengatakan balasan dari tuduhan Salsha.

"Harusnya lo nyadar siapa sih lo tuh sampe berani deketin pacar gue." Salsha melipat tangannya dengan sombong seolah menunjukkan kekuasaan yang dia miliki tak terbantah. Semua orang yang ada di ruangan itu mendengus dan menatap Salsha tak suka, kecuali Adiba, Jeha, dan Steffi tentunya.

"PRM akan buat acara minggu depan untuk penyambutan hari santri dan aku selaku ketua panitia minta kesediaan Iqbaal selaku ketua OSIS untuk kasih masukan tempat dan gimana acara akan diselenggarain," jelas Adiba. "Liat! Di papan ini semua kegiatan udah dipaparin."

Salsha mendengus, "Lo pikir gue perduli sama kegiatan lo?"

"Aku cuma jelasin kalo tadi kita murni bahas planning acara."

"Harus banget berduaan?"

"Tadi di belakang kita ada Dina kok, dia yang catet semua ide yang Iqbaal kasih tadi."

Gadia bertubuh gempal yang bername tag Dina Renata itu menunjukkan sebuah buku yang dia bawa. "Nih kalo gak percaya! Steffi sama Jeha liat kok kalo gue ada di sana."

Salsha melirik ke arah buku itu sekilas kemudian berkata, "Gue gak perduli! Yang gue liat dia ini udah jalan berdua sama pacar gue.

"Kalo gitu, kenapa lo gak cemburu sama Vanes?"

Salsha menatap gadis bernama Dina itu. "Vanes?" ucapnya asing mengingat ia tak pernah mendengar kata itu.

"Iyaa... Vanes. Kemarin kan Iqbaal abis jalan berdua sama dia. Kenapa lo gak cemburu sama dia juga? Padahal mereka jalannya berdua loh," kata Dina mengangguk, "ber-du-a!" ejanya menegaskan.

***

What do you think about this part?

Cium beceq
-Bieber.

Continue Reading

You'll Also Like

Say My Name By floè

Teen Fiction

1.2M 72.7K 35
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
127K 6.1K 44
"Gue yakin bisa gantiin Meredith di hati lo." Calson tertawa meremehkan. "Let's see, kalo berhasil gue nikahin lo langsung." Adriella Ornetta Halim...
1M 33.2K 45
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
1.5M 75.6K 78
Karena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa...