Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]

By Anindana

11.4M 734K 20.6K

Megan Penelope dimata Alceo Tyler adalah seorang perempuan yang sangat menyebalkan di kehidupannya. Disaat se... More

Prolog
BadBoy 1
BadBoy 2
BadBoy 3
BadBoy 4
BadBoy 5
BadBoy 6
BadBoy 7
BadBoy 8
Badboy 9
BadBoy 10 (1)
BadBoy 10 (2)
OPEN PO FATED!!!
BadBoy 11
BadBoy 12
BadBoy 13
BadBoy 14
BadBoy 15
BadBoy 16
BadBoy 17
BadBoy 18
BadBoy 19
BadBoy 20
BadBoy 21 (1)
BadBoy 21 (2)
BadBoy 22
BadBoy 23
BadBoy 24
BadBoy 25
BadBoy 26 (1)
BadBoy 26 (2)
BadBoy 27
BadBoy 28
BadBoy 29
BadBoy 30
BadBoy 31 (1)
BadBoy 31 (2)
BadBoy 32
BadBoy 33
BadBoy 34 (1)
BadBoy 34 (2)
BadBoy 35
BadBoy 36
BadBoy 37
BadBoy 38
Badboy 39
BadBoy 40
BadBoy 41
BadBoy 42
BadBoy 44
Epilog (End super End!)

BadBoy 43

212K 12.6K 516
By Anindana

Selamat berbaper ria ❤

Selamat membaca, kesayangan 😊

"Kau mau membawaku kemana?" Tanya Megan sesaat setelah mobil telah melaju membelah jalanan kota Paris.

"Suatu tempat," jawab Alceo penuh senyum misteri di wajahnya.

Megan mengernyit dan mendengus melihat senyum itu. Ia lalu menatap jalanan kota Paris dan mendesah lega.

Mimpi buruknya telah berlalu.

Sebelum ia dan Alceo pergi dari restoran, Keira sempat membisikinya sesuatu yang sampai sekarang terus membuatnya tidak bisa berhenti tersenyum.

"Kau kenapa?" Tanya Alceo penasaran.

Megan menoleh dan tersenyum lebar. "Rahasia," balasnya yang membuat Alceo terbahak akibat di balas.

"Selamat datang di keluarga Tyler, Megan. I'll see you in LA." Begitulah bisikan Keira yang sampai sekarang terus berputar di kepala Megan setiap kali ia mengingat kejadian malam ini.

Bahkan ia saja belum setuju untuk menikah dengan Alceo. Dan ia sudah di sambut oleh ibu lelaki yang ia cintai. Apa lagi yang bisa membuat harinya buruk hari ini? Tidak akan ada.

Kecuali tugas kuliahnya mungkin.

Megan menegakkan tubuhnya dengan cepat dan menoleh lagi kearah Alceo. "Kapan kita akan pulang? Aku harus menyelesaikan tugas akhirku! Aku sudah membolos 2 hari, besok 3, lalu-"

"Jangan khawatir, Megan. Kita akan pulang malam ini setelah aku menunjukanmu sesuatu." Alceo menyela kepanikan Megan dengan cepat. Ia lalu merangkul wanita itu dan mengecup keningnya lembut. "Lagipula, sudah ku katakan, bukan? Kau tidak lulus juga aku tetap akan-"

"Bicara satu kata lagi, aku akan turun disini, Mr.Tyler!" Ancam Megan setelah berhasil mencubit pinggang Alceo gemas. "Setidaknya aku juga harus berpendidikan agar bisa menyeimbangimu. Aku tidak mau di bodoh-bodohi nantinya."

Alceo menyunggingkan senyumnya dan kembali merangkul Megan. "Di bodoh-bodohi? Siapa yang berani membodoh-bodohimu?"

"Kau," jawab Megan santai.

"Kapan aku pernah membodoh-bodohimu?"

"Setiap saat!" Megan mendengus. "Setiap ada kesempatan," tambah Megan.

Alceo terbahak mendengar kalimat protesan Megan, namun ia juga tidak berniat membantahnya. Bukan berarti ia mengakui, tapi jika ia membantah, pembicaraan mereka tidak akan selesai dan mungkin itu akan berimbas pada rencananya saat ini.

"Baiklah. Aku akan membantu tugasmu sampai selesai, bagaimana?" Tawar Alceo.

"Sebagai gantinya?" Megan menyipitkan matanya, menatap Alceo penuh selidik.

"Apa?"

"Kau bicara dengan kalimat menggantung. Pasti masih ada kelanjutan dari ucapanmu. Sebelum aku setuju, katakan saja apa maumu!" Megan bersedekap.

Alceo kembali terbahak. "Kau sudah pintar rupanya." Megan mendengus mendengar kalimat pujian yang terdengar seperti sindiran itu. "Aku akan memikirkan timbal baliknya. Yang terpenting, aku akan membantumu."

"Kalau begitu aku baru akan setuju kalau kau sudah terpikir permintaan timbal balikmu itu." Megan berseru dan itu kembali membuat Alceo terbahak juga gemas dengan kekeras kepalaan Megan. Ia tidak pernah bisa menang beradu argumen dengan Megan.

Megan tiba-tiba terkesiap begitu matanya menangkap kilat cahaya dari luar mobil yang ia tumpangi. Mobil juga perlahan berhenti sempurna di lahan parkir yang tersedia. Alceo kemudian melepas rangkulannya dan lebih dulu keluar meninggalkan Megan yang masih terkesiap di dalam mobil.

Alceo membuka pintu di sisi Megan dan bertanya dengan nada jahil, "kau mau duduk di sana terus, atau ikut denganku berkeliling sebelum kita ke bandara?"

Megan mengerjap. Senyumnya kembali melebar dan tanpa berpikir dua kali mengenai ajakan Alceo, Megan sudah melompat keluar dan berlari melihat menara tinggi yang menjadi pemandangan kamar hotelnya beberapa hari ini.

"Aku kira kau tidak akan membawaku kemari!!!" Seru Megan kelewat senang. "Astaga, ini lebih tinggi dari perkiraanku!!! Oh, aku harus mengabadikannya! Selfie! Ya, benar! Claire dan Tania pasti akan iri!"

"Kau melupakanku? Ingin mengabadikannya seorang diri?" Alceo berdiri menjulang di belakangnya dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku. Sebelah alisnya terangkat saat ia menatap Megan.

"Ah benar!" Seru Megan dengan senyum lebar. Ia mengeluarkan ponselnya dan berjalan mendekati Alceo.

Alceo mengukir senyum dan hendak merangkul Megan ketika Megan menyerahkan ponselnya. "Tolong fotokan."

Megan lalu berlari meninggalkan Alceo yang berdiri menatap Megan tidak percaya. Puluhan hingga jutaan wanita ingin berfoto bersamanya, tetapi hanya Megan yang tega menjadikannya fotografer.

"Cepat, Al!!! Bibirku pegal!" Omel Megan karena Alceo tidak kunjung mengabadikan gambarnya dengan ponsel yang ia berikan.

"Wanita itu benar-benar!" Gerutu Alceo kesal. Ia mengabaikan omelan Megan dan memanggil supirnya. Ia menyerahkan ponsel miliknya kepada sang supir dan menghampiri Megan yang semakin memajukan bibirnya.

"Jangan banyak protes. Senyum! Kau tidak mau hasilnya jelek, kan? Meski aku bisa membawamu kemari sesering mungkin tetapi ini adalah kali pertamamu. Kau tidak ingin menghancurkan kenangan ini, kan?" Tanya Alceo begitu berhasil merangkul Megan yang masih tidak terlihat senang.

Padahal ia ingin memamerkan fotonya di depan menara Eiffel seorang diri pada teman-temannya. Kalau ia berfoto bersama Alceo, ia pasti harus memberikan penjelasan pada mereka, bagaimana ia bisa bersama Alceo di Paris.

"Smile, Babe." Alceo berbisik membuat seluruh bulu kuduk Megan meremang.

Megan menoleh dengan mata membulat sempurna. "Kau memanggilku apa?"

Alceo menarik sudut bibirnya dan tanpa izin, Alceo mengecup bibir Megan dan memeluk erat tubuh wanita itu seakan tidak ada hari esok.

Hanya Megan yang berhasil mengubahnya dari seorang yang brengsek, menjadi laki-laki gentle yang penuh cinta.

Ia merasa penantiannya tidak sia-sia. Ia menyimpan hatinya dengan sangat baik untuk wanita yang tepat. Wanita yang ia yakini untuk menjadi pelabuhan terakhirnya.

"Let's get married, Babe." Alceo berbisik tepat di depan bibir Megan begitu kecupan mereka berurai. Alceo menatap kedua mata Megan yang semakin membulat tanpa berkedip.

Ia serius ketika mengatakan itu. Ia bersedia menukarkan seluruh harta yang ia punya hanya demi mendapatkan seorang Megan. Dan itu dirasanya pantas, karena Megan tidak dapat tergantikan.

Diluar dugaan, keseriusannya dibalas dengan tawa oleh Megan. Alih-alih menjawab permintaannya, Megan terbahak dan menguraikan pelukan Alceo dan berkata, "seriously? Untuk hidung belang sepertimu, sejujurkan aku mengharapkan sesuatu yang lebih, Al."

Alceo mengernyit melihat Megan masih terbahak dengan wajah merona samar akibat kegelapan di sekitar mereka.

Merasa hanya dirinya yang tertawa, Megan berusaha mengontrol dirinya. Dengan sisa kekehan yang tidak bisa ia tutupi, ia berdeham dan melanjutkan ucapannya. "Maaf, maksudku... aku kira kau akan lebih romantis dari mengajakku ke Eiffel hanya untuk mengajakku menikah, Al." Ia nyaris menyemburkan tawanya jika memikirkan kalau Alceo memiliki kejutan lain untuknya sebelum ini. "Mengenai pertanyaanmu-"

"Maksudmu," Alceo memotong ucapan Megan. Ia tersenyum kecil dan menatap Megan sambil berjalan mundur menjauhi wanita itu. Ia lalu bersedekap dan menatap lurus Megan yang menatapnya bingung. "Seperti ini?"

Alceo menjentikkan jarinya dan seluruh lampu di sekitar mereka meredup. Begitu juga lampu menara Eiffel. Sekeliling Megan berubah menjadi gelap gulita.

Megan menahan nafasnya. Tidak mungkin Alceo benar-benar mempersiapkan sesuatu untukku, kan? Apa mungkin ini hanya kebetulan? Konsleting listrik yang kebetulan terjadi setelah jentikan tangan Alceo?

Cahaya kecil menyala di tanah yang tidak jauh darinya. Menuruti insting, Megan menghampiri cahaya itu dan berdiri disana.

"Al?" Panggil Megan. Seingatnya, Alceo tadi berdiri tidak jauh dari tempatnya. Kegelapan ini benar-benar membuatnya sulit untuk melihat.

Perlahan, lampu di dekatnya menyala lagi hingga membentuh sebuah lingkaran yang melebar hingga hampir seluruh taman itu terlihat olehnya. Begitu juga dengan Alceo yang masih berdiri di tempatnya dengan senyum lebar.

"Apa yang kau rencanakan?" Tanya Megan tanpa bisa menyembunyikan senyumnya.

Alceo hanya bergidik dan menunjuk menara Eiffel dengan telunjuknya.

Detik berikutnya, menara itu mulai menyala. Namun cahayanya bukan lagi cahaya kuning orange seperti sebelumnya, melainkan cahaya putih yang berkerlip indah seakan seluruh sisi dari menara itu terbuat dari berlian yang berkilauan.

Megan terpukau dengan keindahannya tanpa menyadari kalau Alceo sudah berjalan mendekatinya dengan satu buket bunga di tangannya.

"Special flower for a special person." Alceo berujar menyadarkan Megan dari keterpukauannya.

Bunga yang sama yang ia berikan siang tadi untuk Megan. Megan menerimanya dengan senyum lebar. "Bunga apa ini?" Tanyanya.

"Balloon Flower." Alceo tersenyum bersama Megan.

"Kau tidak akan memberiku ini kalau tidak ada maknanya. Apa itu?" Pancing Megan sambil menatap mata Alceo dalam.

Alceo terkekeh. Ia mengangguk dan kembali berujar, "cinta abadi."

Megan menarik senyumnya semakin lebar begitu mendengar ujaran Alceo. Ternyata tanpa ia sadari, sejak siang tadi, Alceo sudah memberinya tanda akan datangnya hari ini.

"Megan," panggil Alceo. Megan menoleh dan terdiam. "I'm an asshole. Tanpa perlu aku katakan, kau mungkin lebih tahu seberapa brengsek aku."

"Ya, aku tahu," jawab Megan santai mengundang kekehan gemas Alceo.

"Aku tidak percaya kata cinta. Melihat bagaimana adikku terlihat menjijikan sekaligus menyedihkan ketika jatuh cinta, aku yakin kalau aku tidak akan pernah menjadi seperti mereka."

"You should see yourself now." Megan terkekeh.

Alceo mencubit kedua pipi Megan dan bergumam dengan gigi yang saling beradu menahan rasa gemas untuk tidak membungkam bibir Megan dengan cara lama.

"I know. Dan itu terjadi setelah aku bertemu denganmu, Megan. Kau mengubah seluruh pemikiranku tentang jatuh cinta. Bagaimana seseorang bisa menjadi sangat lemah hanya karena cinta. Kau menunjukanku itu."

Megan mengulum senyumnya.

"Sekarang, aku berada dalam situasi gawat, Meg. Dan hanya kau yang bisa menolongku," sambung Alceo menatap Megan dengan serius. Tidak ada lagi kekehan yang tersisa.

Megan mengernyit. "Kau sakit?"

"Aku mungkin akan mati." Alceo mengangguk dan menambahkan asumsi Megan.

Megan melotot dan memukul bahu Alceo hingga menimbulkan bunyi nyaring disertai ringisan Alceo.

"Jangan bercana! Ini tidak lucu!" Omel Megan.

Alceo masih meringis. Ia mengelus bahunya yang sedikit nyeri dan kembali berujar. "Aku serius, Megan. Ini gawat. Aku rasa aku tidak akan bisa bertahan meski sedetik saja jika aku tidak berada di dekatmu."

Baru saja Megan akan kembali memukul bahu Alceo. Namun mendengar kalimat Alceo yang sangat klasik itu, membuat Megan merinding geli juga senang secara bersamaan. Ia akan menikmati momen indah ini sebentar mengikuti rasa senangnya. Baru setelahnya, ia akan memberi perhitungan pada Alceo.

Alceo terkekeh melihat rona merah di wajah Megan.

"Aku mencintaimu, berulang kali aku mengatakan kalimat itu, tapi aku tidak akan bosan untuk mengulangnya," sambung Alceo. Ia menatap Megan dengan lembut dan sesekali mengusap pipi merah Megan. "You bring out the good in me in a way that i couldn't understand at all."

Megan mengernyit bingung. Alceo kembali melanjutkan ucapannya. "Bagaimana aku bisa jatuh cinta pada wanita yang jelas-jelas tidak tertarik padaku? Bahkan dengan terang-terangan menolakku dan berani melawanku. Aku sama sekali tidak mengerti alasannya," terang Alceo sambil terkekeh.

Megan memajukan bibirnya dan detik berikutnya ia tersenyum mengingat bagaimana ia menolak Alceo sebelum ini.

"Bagaimana aku yang tidak pernah cukup dengan satu wanita, bisa bertahan selama ini hanya demi satu wanita yang dicintainya. Aku sama sekali tidak mengerti," sambung Alceo. "Sampai aku tiba di satu pemikiran kalau aku tidak bisa lagi hidup tanpa wanita ini. Aku harus mendapatkan wanita ini, dan memeluknya seumur hidupku, memberikan seluruh hal yang kumiliki untuknya." Alceo menyunggingkan senyumnya dan berbisik, "aku sama sekali tidak mengerti bagaimana aku bisa jatuh sedalam ini pada cintamu."

Mata Megan terasa berair. Ucapan Alceo memang mungkin berupa pertanyaan yang Megan juga tanyakan pada dirinya. Kenapa ia bisa jatuh cinta pada Alceo? Laki-laki yang bahkan bisa ia pastikan di hari pertama ia mengenalnya, bukan kriteria idealnya. Mendengar pertanyaan-pertanyaan yang sama terlontar dari bibir Alceo, Megan mengerti satu hal.

Cinta tidak membutuhkan alasan.

Cinta ada tanpa mereka sadari.

Bulir air mata mengalir dan langsung diusap oleh jemari Alceo. Laki-laki itu mengecup kening Megan cukup lama. Ia kemudian melepas dekapannya dan berjalan mundur 2 langkah kecil.

Alceo meraih sesuatu dari saku kemejanya dan berlutut di depan Megan.

Ledakan kembang api dari arah menara Eiffel membuat Megan terkejut dan spontan mengadahkan kepalanya lurus. Ia kembali menahan nafasnya begitu untaian kalimat yang ia tunggu, terpampang di sepanjang menara Eiffel dengan bantuan sinar proyeksi.

Will you marry me?

Megan kemudian kembali menatap Alceo dengan mata berbinar tidak percaya jika Alceo merencanakan sejauh itu.

Eiffel dan lamaran? Mungkin terdengar klasik. Tapi Alceo memutar keklasikan itu ke arah berbeda dengan caranya.

"Will you marry me, Megan Penelope?" Tanya Alceo tanpa mengalihkan pandangannya dari Megan yang terlihat takjub.

Megan terdiam cukup lama menatap Alceo yang masih menunggu jawabannya dengan posisi berlutut. Kemudian Megan menyunggingkan senyumnya dan berkata, "before that, aku ingin mengatakan sesuatu."

"Apa sesuatu itu berhubungan dengan lamaranku? Kalau tidak, apa kita bisa membicarakannya lain waktu karena aku menunggu jawabanmu," ujar Alceo tidak sabaran.

Megan terkekeh dan menyeka air matanya. Ia kemudian berdeham dan berkata, "you took something from me. And now, i want something in return."

Alceo mengernyit. Ia memeriksa seluruh kantungnya dan berkata, "aku tidak mengambil apapun."

"You did. You stole my heart, Al." Megan terkekeh. Merasa geli dengan ucapannya sendiri, namun ia tetap melanjutkan ucapannya, "and now i want to steal your last name in return."

Perlahan, bibir Alceo terangkat dan senyumnya mengembang. "Is that a yes?" Tanyanya memastikan.

Megan tersenyum dan mengangguk kecil.

Alceo berdiri dan langsung memeluk Megan dengan erat. "Kau membuatku takut!" Gerutunya sambil tersenyum bahagia.

"Kemana cincinku?" Tanya Megan mengingatkan. Alceo belum memasangkan cincin di jarinya ketika berdiri tadi.

Alceo tergelak dan segera memasang cincin itu sebelum Megan berubah pikiran.

Alceo lalu kembali memeluk Megan dengan erat dan berbisik, "sekarang siapa yang membodohi siapa?"

"Kau," jawab Megan. "Kau membodohi dirimu sendiri." Wanita itu terkekeh dalam pelukan Alceo.

"Oh baiklah, Mrs.Tyler-to-be. Kau menang," balas Alceo mengalah dan tertawa bersama dengan Megan.

Kembang api mulai mewarnai langit-langit kota Paris saat ini. Seakan sebagai sebuah selebrasi kebahagiaan yang Alceo dan Megan rasakan. Sebagai puncak rasa lega mereka hari itu. Awal dari kebahagiaan yang tidak akan pernah Alceo akhiri.

Tbc

Can you smell it guys???

ENDING IS COMING!!!! WKWKWKKWKW

*kok aku malah seneng 😂

Oke semoga suka 🙏

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 111K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
241K 11.1K 33
kringggg""" ..jam weker yg bermotif gambar doraemon tersebut bunyi untuk membangunkan gadis cantik yg masih asik dg dunia mimpi nya..perlahan lahan g...
1.3M 66.6K 51
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
21.2M 751K 68
[[Tidak diRevisi]] [[Completed]] 21+ Ada beberapa part yang berunsur dewasa. Dimohon menjadi membaca yang bijak. Nichole Scrott adalah anak dari pa...