[END] Blind Rainbow

By flowergarden48

418K 24.2K 319

[Teen Fiction] Follow dulu, baru dibaca. "Awal pertemuan kita bagai takdir. Antara aku dan dirimu seperti te... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Epilog

Bab 16

8K 489 2
By flowergarden48

Seusai sekolah, Arsen, Nesa, dan Tomo sudah berada di "Nesania", sebuah kafe milik keluarga Nesa. Kafe yang menjual makanan dan minuman enak khas anak gaul Jakarta ini terletak di Kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Kafe ini bisa dibilang kafe dengan desain interior yang cukup keren. Dinding luarnya sengaja menggunakan dinding kaca agar para konsumen bisa melihat pemandangan dan keramaian di luar sana.

Kemudian, barang-barang di kafe itu juga tergolong unik, antik, dan keren. Barang-barangnya, seperti meja, kursi, piring, gelas, dan bahkan lampu hiasnya sedikit bergaya retro dan klasik. Tetapi, tetap keren dan enak untuk dipandang mata.

Kafe itu masih belum memiliki konsumen saat mereka berada di sana. Terang saja belum ada pengunjung yang datang karena "Nesania" memang baru mulai buka pukul 5 sore.

Waktu pengoperasian kafe ini dari jam 5 sore sampai sekitar pukul 3 pagi. Sementara itu, saat pagi dan siang hari kafe ini tutup. Kawasan Kemang memang paling ramai didatangi malam hari.

Oleh karena itu, jam pengoperasian kafe sengaja diatur seperti itu. Karena belum ada pengunjung, Arsen, Tomo, dan Nesa pun bersiap untuk check sound dan mempersiapkan beberapa peralatan lainnya yang akan dipakai untuk nge-band nanti malam.

Mereka pun mencoba perlengkapan dan alat-alat musik mereka di atas panggung mini yang ada di sudut kafe itu.

"Jreng! Jreng! Jreng!"

Arsen mencoba mengecek suara gitar listrik warna merah miliknya. Rasanya suaranya sudah cukup bagus dan jernih.

"Arsen, Tomo, gimana suara alat musik kalian masing-masing? Udah Oke kan?" Tanya Nesa kepada kedua temannya yang sedari tadi sibuk mengecek suara alat musiknya masing-masing.

"Gitar gue sih udah oke." Sahut Arsen.

"Iya. Sama. Bass gue juga udah oke. Lo sendiri Nes, lo udah nyiapin suara indah lo kan untuk manggung nanti?" Tanya Tomo kepada Nesa.

"Pastinya dong." Seru Nesa sambil mengacungkan jempolnya.

"Oh iya, mana drummer baru kita? Kok belum kelihatan juga. Dasar! Anak baru kok udah ngaret." Tanya Arsen yang nampak jengkel terhadap anak baru yang baru-baru sudah terlambat.

"Tenang. Dia bentar lagi dateng kok! Naaah, tuh dia orangnya!" Kata Nesa yang tiba-tiba menunjuk ke luar kafe.

Karena dinding kafe terbuat dari kaca, otomatis Nesa bisa melihat jelas kedatangan drummer baru yang sedang menuju pintu masuk restorannya.

Arsen pun menolehkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Nesa. Begitu melihat drummer baru itu, matanya pun terbelalak.

Rasanya bola matanya hendak meloncat ke luar saat itu juga. Dia benar-benar tidak percaya kalau drummer baru band nya adalah Adit, orang yang jelas-jelas ingin dia singkirkan dari hidupnya.

Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah karena di sebelah Adit ada sosok seorang gadis yang ikut bersamanya. Adit menggenggam tangan gadis itu dengan tangan kanannya dan merangkul pundak gadis itu dengan tangan kirinya seakan sedang menuntun gadis itu berjalan.

Pintu kafe itu pun dibuka. Adit masuk bersama gadis buta itu. Ya, dia bersama Pelangi.

Adit masih berjalan dengan tetap menuntun dan merangkul Pelangi. Dia membantu Pelangi berjalan karena hari itu Pelangi tidak membawa tongkatnya.

Cara berjalan Pelangi yang perlahan-lahan -selangkah demi selangkah- dengan tatapan mata yang kosong membuat Nesa dan Tomo kebingungan dengan gadis itu.

Tatapan mata Pelangi yang kosong jelas sekali menggambarkan kalau tidak ada sekilat cahaya pun yang ditatapnya. Tatapan itu benar-benar kosong dan dua manik bola mata hitam itu menatap entah ke mana-mana.

Ke arah-arah yang tidak seharusnya ditatap. Dia tidak menatap ke arah Arsen, Nesa, dan Tomo. Melihat hal itu, Nesa dan Tomo saling berpandangan. Dua-duanya dengan raut muka yang ingin bertanya "apa gadis ini buta?"

Sementara Arsen yang sudah tahu kalau Pelangi adalah seorang gadis buta hanya diam mematung. Dia tidak terlalu memedulikan Pelangi saat ini karena fokus pikirannya adalah kakaknya yang terus saja merecoki kehidupannya.

"Hai semua! Aduh, sorry banget ya gue telat. Tadi gue ada PM dulu. Maklum lah, udah kelas 12." Kata Adit begitu dia tepat berada di depan panggung kecil itu dan berhadapan dengan Arsen, Nesa, dan Tomo.

"Hmmm... Gak apa-apa, Dit. Gue memahami kok. Jadi anak kelas 12 emang repot. Harus banyak ikut PM biar pinter. Oia, betewe, cewek ini teman lo Dit?" Sahut Nesa yang sekaligus langsung berbasa-basi menanyai tentang gadis yang dari tadi membuatnya bingung.

"Oh iya. Dia ini teman gue dari kecil. Kenalin, namanya Pelangi. Ini pertama kalinya gue gabung di grup band dan gue pingin banget Pelangi "ngedengerin" performance gue yang pertama kali ini. Gak apa-apa kan kalau gue ajak dia ke sini?" Kata Adit berusaha menjelaskan.

"Oh, gak apa-apa lah. Betewe, namanya lucu juga ya! Hai Pelangi! Gue Nesa!" Kata Nesa sambil melambai ceria dari atas mini panggung itu kepada Pelangi.

"Hai juga Pelangi. Gue Tomo." Kata Tomo yang juga memperkenalkan dirinya sambil turut melambai. Mengikuti yang dilakukan Nesa.

Kini giliran Arsen untuk memperkenalkan dirinya. Namun, Arsen hanya diam mematung dan terus memandangi Adit sinis.

Sementara, Adit sebagai pihak yang dipandangi hanya diam kalem dan membalas tatapan Arsen dengan tatapan mata yang lembut seolah-olah sedang melawan tindak kekerasan dengan cara yang halus.

Melihat perang lewat tatapan mata itu, Nesa dan Tomo saling berpandangan satu sama lain. Lagi-lagi mereka bingung dengan kejadian yang terjadi di hadapan mereka.

Tomo pun perlahan-lahan mendekati Nesa dan menyenggol sikut nesa, kemudian dia berbisik kepada Nesa. "Nes, si Arsen kenapa? Dari tadi sinis banget ngelihatin Adit."

"Gak tahu, mungkin dia kesal karena Adit telat." Bisik Nesa lirih.

"Hmm... hai semuanya! Kenalin, nama aku Pelangi. Senang bisa kenalan dengan kalian." Tiba-tiba suara Pelangi yang mencuat dari bawah panggung mini itu memecah keheningan.

Kembali menghidupkan atmosfer hangat di tempat itu. Karena tidak ada orang yang memperkenalkan diri lagi setelah Nesa dan Tomo memperkenalkan diri mereka, maka Pelangi mengira kalau dalam perkenalan itu hanya ada 2 orang di hadapannya.

Dirinya tidak pernah menyadari kalau Arsen kini berdiri tepat di hadapannya.

Arsen tidak peduli dengan percakapan dan perkenalan yang sedari tadi terjadi di hadapannya. Sedari tadi, dia hanya terus memandang Adit sinis.

Tatapan matanya mencuatkan semburat kemarahan yang tidak tertahankan lagi. Oleh karena itu, setelah perkenalan itu berakhir, dia pun langsung mengambil alih topik pembicaraan.

"Oh, jadi drummer baru kita itu ternyata lo?" Desis Arsen.

"Iya, Sen. Sorry gue gak bilang dulu sama lo. Sebenarnya gue tahu kalau lo adalah salah satu anggota dari grup band ini, makanya..."

Arsen menyela pembicaraan itu, dia sangat kesal dengan tindakan kakaknya yang tiba-tiba menjadi anggota dari grup band nya.

Oleh karena itu, kali ini dia menghujani kakaknya dengan sejumlah pertanyaan yang diucapkannya dengan diiringi raut muka kesal dan penuh emosi kemarahan.

"Kalau lo udah tahu gue adalah anggota grup band ini, terus ngapain lo tiba-tiba gabung jadi drummer baru band ini? Kenapa lo selalu muncul tiba-tiba dan selalu ngerecokin hidup gue? Apa lo mau ngacak-ngacak hidup gue lagi? Atau lo sengaja mau ngerebut teman-teman grup band gue? Mau ngambil mereka dari gue?"

"Arsen, lo salah paham!" Kata Adit yang kemudian menghela napasnya dengan berat.

"Bukan begitu masalahnya, Sen. Gue bisa jelasin semuanya. Lo denger dulu penjelasan gue."

Arsen pun terdiam sesaat. Menunggu penjelasan keluar dari mulut kakaknya. Atmosfer pun berubah menjadi dingin, tegang, dan kaku.

"Sen, sebagai kakak lo, gue cuma pingin memperbaiki hubungan aja sama lo. Karena itu, setelah gue tahu lo adalah anggota dari grup band ini, maka gue berupaya buat masuk dan jadi anggota band ini.

"Semua ini gue lakuin karena gue pikir dengan ada di grup band yang sama, maka gue bisa lebih dekat sama lo. Kita bisa jadi adik kakak yang seharusnya." Ucap Adit dengan nada bicara yang halus dan lembut. Berbeda sekali dengan nada bicara Arsen yang kasar dan penuh emosi kemarahan.

Mendengar ucapan Adit, Nesa dan Tomo pun kaget bukan main. Nesa dan Tomo saling berpandangan dengan raut muka penuh tanda tanya satu sama lain.

Sebelumnya, Adit tidak pernah mengatakan kalau dia adalah saudara Arsen dan Arsen pun juga tidak pernah mengatakan kalau dia punya kakak yang juga bersekolah di SMA yang sama dengannya. Bahkan, setahu mereka berdua Arsen itu adalah anak tunggal.

Sementara itu, bukan hanya Nesa dan Tomo yang kebingungan, tetapi Pelangi yang sedari tadi berdiri bersisian dengan Adit juga merasa kebingungan.

Walaupun dia tidak bisa melihat apa yang terjadi, tapi sedari tadi Pelangi mencuri dengar percakapan yang terjadi antara mereka berdua. Pelangi nampaknya tahu orang yang sedang berbicara kasar dengan Adit seperti itu.

Nama, suara, dan aroma tubuh orang tersebut telah terekam baik di otak Pelangi. Sama persis dengan nama, suara, dan aroma tubuh orang yang ditemuinya saat hujan sore hari waktu itu.

"Gak usah nyari-nyari alasan deh lo." Desis Arsen yang langsung memalingkan mukanya dari Adit.

Dia sangat muak dengan tampang sok malaikat kakaknya itu sampai dia harus memalingkan muka seperti itu.

"Lo denger ya Dit, kalau emang semua yang lo omongin itu yang ada di pikiran lo, maka itu semua salah. Salah banget. Karena pikiran gue bener-bener beda dari pikiran lo. Kalau emang lo masuk band ini, itu artinya gue yang keluar dari band ini." Kata Arsen dengan tegas.

Perkataan Arsen tadi tentunya disambut dengan tatapan mata shock Nesa dan Tomo. Mereka berdua langsung cengo begitu mendengar perkataan Arsen. Mulut Nesa sampai ternganga lebar karena kaget mendengar Arsen ingin keluar dari grup band.

"Sen, apa apaan nih? Lo gak serius kan? Apa maksudnya keluar? Apa lo beneran mau keluar dari grup band ini?" Tanya Tomo dengan nada serius dan tatapan mata yang juga serius.

"Gue serius kok. Kalau emang kalian mau jadiin dia sebagai drummer, maka silahkan aja kalian lanjut nge-band sama dia. Gue pergi!" Kata Arsen sambil turun dari panggung kecil itu dan melangkah pergi dengan kesal.

"Tunggu, Sen. Jangan pergi!" Nesa mencoba mencegah kepergian Arsen dengan meraih tangan Arsen dan menahannya pergi.

Namun, dengan cepat Arsen menyingkirkan kedua tangan Nesa dari lengannya dan kemudian melanjutkan langkah-langkah cepatnya untuk segera pergi dari sana.

"Hmm.. Arsen!" Tiba-tiba suara seseorang muncul. Suara itu jelas sekali mengaburkan dan mengganggu pikiran Arsen.

"Jangan pergi!" Kata orang itu lagi dengan nada yang sangat lembut.

Mendengar suaranya yang begitu lembut, tak ayal Arsen menghentikan langkahnya. Langkah kaki itu seakan terhalang oleh suara yang begitu lembut itu.

Ternyata seseorang yang menyuruhnya untuk tidak pergi itu adalah Pelangi. Adit pun menoleh ke arah Pelangi.

Dia menatap Pelangi lekat-lekat. Kaget mendengar sesuatu yang baru saja diucapkannya. Kaget karena Pelangi menyebut nama Arsen.

Bukan hanya Adit, Nesa dan Tomo juga jadi ikutan menatapnya. Mereka berdua ikut-ikutan menatap Pelangi, terbelalak kaget, dan nampak bertanya-tanya dalam hati: "apakah gadis buta ini mengenal Arsen?"

Keheningan pun tercipta selama beberapa detik setelah Pelangi usai mengucap kalimatnya.

"Angi! Apa lo mengenal Arsen?" Tanya Adit ketika langkah Arsen terhenti tepat di samping Pelangi.

"Iya. Arsen itu teman aku, Kak." Jawab Pelangi.

"Hah!?" Arsen mendengus.

Dan kemudian Arsen menolehkan pandangannya ke arah Pelangi yang bersisian dengannya.

"Bukan. Gue bukan teman lo!" Sanggah Arsen dengan tegas. Dia kemudian melanjutkan langkahnya dan bergegas pergi dari kafe itu.

Pelangi tertegun dan membisu sejenak. Dia menunduk kecewa. Bukan kecewa karena Arsen tidak mengakuinya sebagai teman.

Sebenarnya, tidak masalah kalau Arsen tidak mengakuinya sebagai teman. Pelangi sudah paham betul akan hal itu.

Sebagai seseorang yang tidak bisa melihat, dia sudah sering mendapat perlakuan seperti itu. Banyak yang menolak dan tidak mengakui keberadaan dirinya. Tapi bukan itu masalahnya. Kekecewaan yang dirasakan Pelangi sekarang ini adalah kekecewaan yang lebih dari itu.

"Kak Adit, tolong bantu aku jalan Kak! Aku ingin nyusul Arsen." Kata Pelangi dengan suara yang sangat lirih seperti hembusan angin.

Hanya Adit yang mendengar suara lirih nan lembut itu. Dari nada suara Pelangi yang penuh ketulusan, Adit tahu kalau Pelangi ingin menyusul Arsen. Adit pun menuruti kata-kata Pelangi dan membantunya berjalan keluar kafe. Menyusul Arsen.

Sementara itu, Nesa dan Tomo hanya melongo dan ternganga melihat kejadian barusan. Mereka sampai lupa untuk mengatupkan mulut mereka saking kagetnya dan saking herannya. Mereka berdua tidak tahu kalau keadaannya akan menjadi seperti ini.

"Aduuh, Gawat Gawat Gawat!" Ucap Nesa tiba-tiba.

Dia panik sekali karena sekarang ini yang tersisa di ruang kafe itu hanya tinggal dirinya dan Tomo.

"Santai Nes, santai. Hadapi semuanya dengan sabar dan tawakkal. Mending sekarang ini kita berserah diri aja sama Tuhan."

"Iiih, nyebelin banget sih lo!" Kata Nesa yang marah-marah karena kesal terhadap Tomo yang terlalu menggampangkan masalah.

"Lah? Kok jadi gue yang nyebelin? Kan Arsen yang tiba-tiba kabur, kenapa jadi gue yang lo marahin?"

"Karena lo tuh emang ngeselin banget. Heh, lo tahu gak sih apa yang bakalan terjadi kalau Arsen benar-benar gak balik lagi ke sini dan kita batal manggung?"

"Yah, mungkin nyokap lo bakal marah banget." Kata Tomo dengan nada menyesal.

"Bukan cuma itu. Kalau emang beneran batal manggung, gue pasti bakalan gak punya muka lagi di depan nyokap. Band SMA yang masih amatir kayak band kita tuh udah bisa manggung di kafe aja udah syukur.

"Jadi, kalau sekarang kita malah batal manggung, itu sih namanya udah dikasih hati, tapi minta jantung." Kata Nesa Panik sambil terus menghentak-hentakkan kakinya dan menggigiti kukunya.

Kebiasaan yang selalu dilakukan oleh Nesa ketika dirinya sedang panik.

"Yah, nasib oh nasib." Ucap Tomo sambil merogoh sesuatu dari saku depan celana jeans nya.

"Yaudahlah Nes, gak usah dipikirin. Entar lo malah jadi stress." Ucap Tomo sambil kemudian mengunyah permen karet yang tadi diambilnya dari saku celananya.

"Aduh, Tomo! Lo tuh gak penting banget! Bisa-bisanya lo ngunyah-ngunyah permen karet di saat genting kayak gini!"

"Abis mau gimana lagi! Yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah pasrah dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa." Ucap Tomo sambil menggaruk-garuk rambut keritingnya.

Nampaknya dia menggaruk rambutnya bukan karena sedang bingung, melainkan karena memang rambutnya yang awut-awutan itu sedang kegatalan.

"Maksud lo!? Pasrah? Kenapa harus pasrah? Emang gak ada lagi yang bisa kita lakuin gitu untuk ngebujuk Arsen? Ayo dong pikirin caranya bareng-bareng biar Arsen bisa balik lagi ke sini!"

"Percuma Nes! Gue udah kenal lama sama Arsen. Dan biasanya kalau dia udah benar-benar marah kayak tadi, ya gak bakal ada orang yang bisa meredam kemarahannya itu. Makanya tunggu aja sampai marahnya mereda dengan sendirinya."

"Hhhh!" Nesa lantas menghembuskan napas yang berat setelah mendengar ucapan Tomo barusan.

Tidak ada yang bisa dilakukannya dan sekarang ini dia nampaknya hanya bisa PASRAH.

*****

Jangan lupa vote, follow, sama komentar yaa

-XOXO

Continue Reading

You'll Also Like

547K 20.8K 34
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
13.9K 498 21
Miya Azizah dan Brien Adam. Berawal dari Miya Azizah yang tak sengaja menabrak Brien Adam (seorang CEO terkenal di kotanya dan Famous di kalangan CE...
2.5M 70.9K 29
Telah dibukukan. Sebagian part telah didelete. Salahkah apabila seorang ayah -walaupun tidak sedarah- mencintai anak yang diasuhnya, dan cinta itu bu...
7.5M 103K 16
[ 𝐓𝐄𝐋𝐀𝐇 𝐃𝐈𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓𝐊𝐀𝐍 ] PENERBIT : COCONUTBOOK PUBLISHERS /// Beberapa part telah di hapus. Lihat versi cetak untuk full part • [18+]...